Sebuah gambaran yang tak akan pernah Pria Jung itu fikirkan selama tiga puluh lima tahun hidupnya, dengan susah payah ia mengatur nafasnya. Apa mungkin setelah ini Mark akan benar-benar bisa meninggalkan kehidupan di masa lalu dan muncul kembali tanpa diikuti oleh sisa-sisa kenangan tersebut. Yang Mark ketahui saat ini ia harus fokus menjalani kehidupan baru dengan orang asing. Yaitu sebagai suami dari pemuda yang usianya terpaut jauh dari-nya. Namanya Seo Haechan, tingkahnya tak jauh berbeda dengan Chenle sang anak. Keras kepala dan maunya menang sendiri. Setidaknya itu yang ia dengarkan dari orang-orang saat mendeskripsikan bagaimana sosok Haechan ini.
Sekitar satu minggu yang lalu tepatnya, sang Ibu —Jung Taeyong tiba-tiba saja menjodohkan Mark dengan anak dari sahabat karibnya. Awalnya Mark sempat menolak karna rasanya untuk saat ini ia benar-benar hanya akan fokus membesarkan Chenle saja tanpa harus menjalin hubungan asmara dengan siapapun, karna menurutnya membagi hati dengan seseorang itu hanyalah perbuatan yang sangat sia-sia. Lagi pula kalau untuk berhubungan atau sekedar memuaskan nafsunya, Mark bisa dengan gampangnya membayar siapapun yang ia mau. Jadi untuk apa gunanya menikah??
Namun kata Bubu ini bukanlah sebuah permintaan, lebih tepatnya suatu perintah yang harus Mark turuti karna bagaimanapun menurut Taeyong, dirumah besar yang dihuni oleh anak dan cucunya itu butuh sosok seorang Ibu yang bisa mengurus serta menghidupkan kembali suasana yang sudah lama redup tersebut.
Taeyong hanya ingin Chenle mengetahui bagaimana rasanya mempunyai seorang Ibu walaupun nyatanya itu merupakan ibu sambung, dan yang paling utama sekali. Ia hanya ingin anak sulungnya itu merajut kembali rasa cinta dari seorang pasangan karna ia tau Mark membutuhkan itu walaupun ia berusaha mati-matian menutupinya di hadapan semua orang.
Jadilah hari ini, tepat di akhir pekan. Walaupun tidak adanya persetujuan dari Chenle sang anak. Mau tak mau Mark harus menuruti kemauan Bubu dan menikah dengan pemuda yang ia ketahui bernama Seo Haechan itu.
"Hyung sudah siap??" Tanya Jeno sang adik, tersenyum pelan menatap kearah pria yang lima tahun lebih tua darinya itu. Nampak kagum dengan tampilan Mark yang sudah rapi dengan stelan jas berwarna putih, dan rambut disisir rapi.
Mark mengangguk samar, sembari menghela nafas pelan. "Apa Chenle akan datang??"
Jeno mengangguk. "Tentu saja. Sudah jelas ini pernikahan Daddynya, jarang-jarang sekali kita sebagai anak bisa menghadiri pernikahan orang tua kita sendiri." Balas adiknya itu sembari tertawa lebar, coba mencairkan ketegangan sang kakak.
"Apa aku boleh memukulmu?" Mark hampir saja melayangkan pukulan di kepala Jeno kalau saja Bubu tak segera masuk membuka pintu kamar hotel tersebut.
"Sayang, sudah siap?? Ayoo keluar. Keluarga Seo sudah menunggu di aula, pendeta juga sudah tiba." Ucapnya kearah Mark selembut mungkin. Menyempatkan tangannya untuk mengusap lengan sang anak perlahan.
Mark mengangguk tanpa suara, melangkahkan kakinya keluar kamar setelah Bubu dan Jeno berjalan terlebih dahulu. Tangan kirinya tanpa sadar mengusap pelan cincin berwarna perak yang sudah menunggui jari manisnya selama puluhan tahun ini, lalu setelahnya tersenyum miris.
"Maafkan aku..." lirihnya pelan.
~ • • ~
Di pertengahan bulan Juli kali ini air hujan turun begitu lebatnya membasahi bumi, dan semenjak tadi pagi sang mentari enggan untuk menampakkan wujud.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEPMOM [ Markhyuck ]
Humor🔞 Nikah muda itu bonus. Tapi dinikahin Duda tampan kaya raya anak satu itu HARUS! BXB Mark X Haechan Genre : Romance, Comedy, Happy family😌