Bab 1

472 48 17
                                    

***

Dildar Karuna Sankara punya tiga alasan menyukai hari Senin. Karena dia bisa bertemu para cewek cantik di sekolah. Karena dia bisa menggoda para cewek cantik di sekolah. Dan karena dia bisa menebar pesona wajah tampannya di sekolah. Simple bukan?

Bukan.

Karena cowok itu suka semua hari dalam hidupnya asal dia bisa melihat, menggoda, dan meng-ghosting cewek cantik. Bukan cuma di sekolah, di mana pun ia bertemu cewek cantik, lelaki itu akan selalu melancarkan rencana mulianya. Sungguh mulia bukan hatinya?

Seperti siang ini, cowok itu duduk di samping siswi baru yang pindah ke sekolahnya. Bahkan teman-temannya pun tidak ada yang menggelengkan kepala melihat tingkah seorang Dildar. Mereka malah akan heran jika Dildar tiba-tiba berubah menjadi normal. Dildar yang normal itu, tidak normal.

"Boleh minta nomor telponnya? Biar bisa lebih deket." Dildar tersenyum manis seperti biasa. Gadis itu tersenyum malu, kemudian mengangguk dengan tangan menyodorkan ponselnya ke arah Dildar.

Dildar dengan senyuman manisnya, mengetikkan nomor ponselnya lalu menyimpan dengan nama paling indah di dunia. Dildar My Honey. Indah bukan?

Siapa yang mau menjadi kekasih Dildar? Angkat tangan! Tapi hanya salah satunya ya. Bukan satu-satunya. Kalau kamu bisa jadi satu-satunya gadis dalam hidup Dildar, Jasver akan tepuk tangan paling keras, paling lama, paling depan, paling paling pokoknya.

Karena sampai detik ini pun, belum ada satu cewek pun yang berhasil menaklukkan hati seorang Dildar Karuna Sankara. "Nih udah. Nanti calling calling ya, nanti kita cerita tentang masa depan kita berdua."

Sebelum berbalik, Dildar masih sempat-sempatnya mengedipkan sebelah matanya, membuat pipi gadis itu memerah. Walau tahu kalau Dildar itu hanya bermain-main dengannya, tapi gadis itu akan sukarela bermain dengan Dildar. Karena Dildar tampan, tentu saja. Jadi syarat untuk menjadi playboy itu sebenarnya cuma satu, tampan. Dan kemauan dari diri sendiri, seperti Dildar contohnya.

Plak!

Dildar kaget bukan main saat tiba-tiba pipinya ditampar. Tidak sakit, cuma malu satu abad. Karena yang menamparnya itu cewek. Cantik lagi. Kan tidak mungkin habis ditampar malah Dildar kasih kata-kata rayuan miliknya. Yang benar saja.

"Jangan berani-berani deketin Hera!"

Dildar diam tentu saja. Diam-diam memandangi wajah cantik rupawan gadis yang ada di depannya. Benar-benar cantik. Sampai Dildar tidak kedip menatap cewek itu.

"Kenapa Cantik?" tanya Dildar dengan nada paling lembut sedunia. Bahkan kain sutra kalah lembut dari suaranya. Selembut itu sampai beberapa siswi yang ada di sana mleyot, melting, meleleh, melebur, menguap, menyublim hatinya.

Dildar memberikan senyuman manisnya, membuat gadis yang ada di depannya memutar mata malas. "Jangan deketin sepupu gue! Gue tau lo cuma mau main-main sama dia."

"Gue cuma mau temenan sama Hera kok. Dianya juga mau." Cewek dengan rambut ponytail itu mendekati Dildar. Kaki cewek itu menendang keras tulang kering milik Dildar, membuat Dildar mau tak mau menahan sakit jika tak mau malu. "Minggir!"

Dildar didorong ke samping. Cowok itu mendengus kesal, mencoba berjalan dengan kaki yang masih berdenyut sakit.

Buset! Cantik tapi galak bener!

Dan yang bikin Dildar emosi adalah, Jasver dan Harraz. Lihatlah, kedua cowok itu menahan tawanya di depan sana. Tawanya terlihat sangat, sangat, SANGAT mengejek jiwa dan batin Dildar.

Ini Tentang Dildar | Doyoung Treasure [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang