Ini tentangnya, Dildar Karuna Sankara. Tentang hidupnya, tentang tawanya, tentang para sahabatnya, tentang cintanya, dan tentang namanya. Nama memang hanya nama, tapi Dildar boleh kan berharap jika suatu saat nanti takdir hidupnya juga sempurna sepe...
Sebelum baca, boleh minta vote dan comment nya? Gamsahamnida yeoreobun🙏
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
"Makasih Cantik. Kalo gitu, aku balik ke mejaku ya." Dildar tersenyum manis lalu mengedipkan sebelah matanya sebelum balik ke tempat makannya. Cowok itu berjalan dengan senyuman lebarnya, membuat Jazlan menggelengkan kepalanya.
"Ngerdus mulu!" sindir Jazlan. Dildar tertawa, lalu memeluk leher Jazlan. Dildar mencubit pipi Jazlan yang tembam karena memang suka makan. "Makanya cari cewek, Jaz!"
"Ogah. Entar ketularan kayak lu." Dildar semakin gencar mengunyel pipi Jazlan. Sungguh, cowok itu sangat menggemaskan. Ingin sekali ia karungi bawa pulang.
"San! Lepasin!" titah Husein. Bukannya dilepaskan, Dildar malah makin gencar menggoda Jazlan yang sudah berontak minta dilepaskan. "Makanya cari cewek, Jaz! Coba deh, enakeun."
Jazlan berhasil melepaskan pelukan Dildar dari lehernya. "Nggak!"
"Bayi kan nggak boleh pacaran, San." Dildar terkekeh mendengar itu. Telunjuknya mencolek pipi Jazlan, kembali menggoda anggota termuda mereka. "Oh, bayi nggak boleh pacaran ya?"
"Bayi, ucucucucu." Jazlan berdecak sebal. Kalau begitu ia pura-pura bodoh saja dulu. Biar tidak ketemu makhluk macam Dildar. Tangan Jazlan menyentak, menyingkirkan telunjuk Dildar yang semakin brutal mencolek pipinya. "Apaan sih?! Gue bukan bayi!"
Jazlan melengos, mengalihkan pandangannya dari mata Dildar. Dildar tersenyum manis, lalu kembali melayangkan aksi menggodanya. "Aduh, ada bayi ngambek nih."
Jasver juga ikut-ikutan menggoda Jazlan. "Ada bayi ngambek guys!"
"Hah bayi? Ngambek? Mana?" teriak Yudhis histeris. Jazlan semakin menekuk wajahnya. Raut wajahnya semakin asam, membuat ketiga cowok itu tertawa keras.
"Udah ah! Entar bayinya pundung." Jazlan benar-benar marah. Cowok itu beranjak, meninggalkan kantin. Tapi tak berselang lama, cowok itu kembali lagi tapi dirangkul oleh Harraz.
Tidak jauh beda, Harraz pun nampak mencubit pipi Jazlan, membuat Jazlan nampak pasrah digiring seperti sapi oleh Harraz. "Ni bayi satu kenapa nih? Kok muka asem banget perasaan."
"Pundung, Har." Jazlan benar-benar tidak mau menatap kesebelas wajah teman-temannya. Gala terkekeh, lalu mengambil sekotak donat yang dari tadi ia sembunyikan.
"Oh. Ada yang nggak mau donat toh. Ya udah deh, habisin guys, habisin." Jasver maju paling depan jika ada makanan. Saat tangannya ingin mengambil donat, tangan Harraz memukul punggung tangannya.
Jasver menatap tak terima Harraz. Yang ditatap memberikan kode, bahwa Jazlan sudah menatap Jasver dengan tatapan mematikan. Jasver menyengir, lalu mengangkat kedua jarinya. "Peace boy! Hehe."
Jazlan melengos sambil membawa sekotak donat itu. Ia duduk di meja terpisah, tak mau berbagi donat dengan teman-temannya. Ingat, dia masih marah.
Dildar dan lainnya tertawa gemas melihatnya. Cowok itu terdiam saat mendengar bunyi notifikasi dari ponselnya. Senyumnya luntur, saat membaca pesan dari ibunya.