Aku telah memasuki akhir kelas 12 dan Alice sebentar lagi naik ke kelas 12 di sekolah yang sama denganku. Aku berniat untuk menembak Alice ketika lulus nanti.
Hari berganti hari berlalu ketika aku menyiapkan rencana tersebut. Ketika kurasa rencanaku telah matang, aku mengirim surat ke Alice untuk menemuiku di atap sekolah sepulang sekolah nanti.
Aku pun menunggunya di sana. Hingga akhirnya ia datang.
"Ada apa Smith? Mengapa kau memberiku surat untuk datang ke sini? Padahal kau bisa menge-chatku lewat handphone saja," tanyanya dengan bingung.
"Begini Alice, setiap kali aku melihatmu pasti ada sesuatu di hatiku yang mengganjal. Lalu aku pergi menemui dokter untuk periksa, dan hasilnya..."
"Hasilnya bagaimana Smith?"
"Dokter bilang kalau aku menyukai seseorang, dan dokter bilang orang itu adalah kau Alice. Aku pun menyangkalnya, hingga suatu hari aku tak sanggup untuk menyangkalnya lagi dan menerima kenyataan bahwa aku meyukaimu..."
Dunia membisu sesaat.
"Alice..."
"Iya smith?"
"Maukah kau menjadi pacarku?"
Dunia kembali membisu beberapa saat hingga Alice membuka mulutnya.
"Maaf Smith, telah ada seseorang yang kusukai. Dan juga, kau t'lah kuanggap seperti kakakku sendiri. Maaf Smith..." Alice membungkukkan kepala dan langsung pergi dari tempat itu.
Hatiku seketika remuk, tak dapat kujelaskan dengan kata-kata seperti apa yang kurasakan saat ini. Hingga terbesit pikiranku tentang itu, untuk kembali kepada-Nya.
"Maaf mama, papa, anakmu ini tidak dapat memenuhi ekspetasi kalian. Maaf, Alice, karena telah menyukaimu sepenuh hati hingga berbohong kepada ibumu, seharusnya aku sadar mustahil memilikimu. Maaf, Tuhan, karena hamba tidak dapat menahan rasa sakit ini. Ah, kukira rasa merupakan hal yang begitu indah, namun sekarang ku tahu, ternyata rasa dapat begitu menyakitkan," air mengalir dari mataku seperti sungai yang mengalir.
Aku pun terjun dari gedung sekolah.