1

53 4 1
                                    

Seorang gadis sedang berbaring di kamarnya dengan beralaskan tikar anyaman.
Di tangannya terdapat ponsel jadul yang sering ia gunakan untuk kepentingannya sehari-hari.

Ia memandangi sebuah nomor, terlihat dari raut keraguan Yora saat ingin menghubungi nomor tersebut, nomor yang ia dapat tadi sore dari seorang pria yang bernama gun.

Dengan membulatkan tekad yora pun memberanikan diri untuk menghubungi nomor tersebut.

"Halo"

Terdengar suara seorang pria dari seberang telepon.

"Halo, saya Yora" ucap Yora dengan gugup.

"Gadis yang tadi sore?" Tanya orang itu.

"Ya, dan soal tawaran anda tadi sore saya menerimanya" ucap Yora tanpa basa-basi.

"Good, kalau begitu temui saya besok malam Jam 8 di tempat tadi sore kita bertemu"

Tut

Yora dibuat menganga karena sambungan teleponnya diputus secara sepihak.

"Huh Sabar Yora" Ucap gadis itu.

Yora meletakkan ponselnya di lantai samping tempat tidurnya ia pun lalu berbaring siap untuk tidur karena besok ia harus sekolah.

....

Pagi menjelang, Yora sudah siap dengan seragam putih abu-abunya, ia berangkat sedikit lebih awal hari ini karena hari ini akan diadakan upacara setiap minggunya.

Yora sekolah berangkat dengan menggunakan Motor Beat nya yang di belikan ayah nya, meskipun bekas Yora tetap senang, setidaknya dengan motornya ini dirinya bisa pergi ke sekolah dengan mudah.

7 menit perjalanan akhirnya Yora sampai di sekolah ia pun segera memarkirkan motornya di tempat yang sudah disediakan di sekolah.

"Yora" panggil Widya salah satu Teman Yora Satu angkatan tapi beda kelas.

Yora hanya membalas nya dengan senyuman karena ia malas menjawab apalagi sudah mendapatkan tatapan tak senang dari Ana, teman Widya yang entah apa seperti tak menyukai diri nya, padahal ia tak pernah berurusan dengan nya.

Yora pun berjalan menuju ke kelasnya yang berada di lantai 2 setelah sampai di kelas Yora pun meletakkan tasnya.

Terdapat 3 siswi yang sedang menunggu Yora dari luar.

"Yor, kamu udah tugas sejarah" ucap Risa salah satu siswi yang bisa di katakan teman Yora.

"Udah" jawab Yora.

"Nanti aku liat ya" ucap Risa Yora pun hanya mengangguk.

Setelah itu terdengar bunyi bel yang menandakan Semua siswa siswi harus berbaris di lapangan untuk melaksanakan upacara.

Yora pun pergi lebih dahulu dari temannya, di tangan nya terdapat Buku Berwarna hijau motif daun.
Tak lama Yora sampai di salah satu kelas.

"Mon" panggil Yora.

Lalu datang seorang gadis menghampiri Yora Gadis itu tersenyum karena Yora memberikan buku tersebut gadis tersebut lalu mengeluarkan uang pecahan rp20.000 lalu menyerahkannya kepada Yora.

"Uuh makasih Yor" ucap gadis itu lalu pergi begitu saja.

Ya, Yora memang selalu mendapatkan uang dari upahnya mengerjakan beberapa tugas dari siswa ataupun siswi yang memintanya untuk mengerjakan tugas mereka, bahkan jika dikumpulkan dalam seminggu Yora bisa mendapatkan sekitar uang 200 sampai 300 ribu, tapi semua itu tak menentu.

Yora bergegas pergi ke lapangan sekolah lalu ia pun berbaris sesuai kelasnya.
Sepanjang upacara berlangsung Yora hanya terdiam ia menatap lurus ke depan, pikirannya masih tertuju pada pekerjaan yang akan ia lakukan, ia memang sudah mengetahui pekerjaan apa yang sudah ia lakukan, jika dibilang terpaksa, Ya, Yora memang terpaksa melakukan pekerjaan itu untuk melunasi hutang-hutang mamanya, dan juga untuk keperluan ayahnya untuk berobat.

"ISS jijikk" tiba-tiba ana mendesis Kuat sambil melirik ke arah Yora, memang posisi yora dan ana tak jauh karena kelas mereka bersebelahan.

Yora hanya diam tak menggubris, kupingnya sedikit sakit mendengar beberapa cekikikan teman-teman ana yang sepertinya menertawainya.

Tak ada yang membela, bahkan teman-temannya hanya diam sibuk dengan omongan mereka sendiri.

Sekuat tenaga Yora menahan matanya yang sudah memanas agar tidak mengeluarkan air, orang bisa melihatnya seperti tak peduli tapi sebenarnya tidak ia dengan mati-matian menahan tangis karena ia takut akan terlihat lemah dan semakin banyak orang yang merundungnya jika dia terlihat lemah.

"Norak, alay lagi hiss" ucap teman Ana yang bernama Yumi, lalu sambut Tawa oleh beberapa Teman nya terutama Widya.

Yora hanya melihat mereka dengan ekor matanya tanpa berniat membalas, bukannya takut pada mereka, tapi Yora takut masuk catatan BK, karena ia sudah di wanti-wanti mama nya agak tak membuat ulah di sekolah.

"Ehh mbak jijik Tau saya lihat kamu, sok cantik hahaha" Ana tertawa melihat keterdiaman Yora.

Lalu tiba-tiba datang seorang pria berdiri di belakang Yora, dia adalah Awan, teman satu kelas Yora Yang lumayan dekat dengan nya.

"Senang tuh ada cowok deketin, gatel banget" ucap pedas Ana.

"Jangan dengerin, anggap aja tai ayam" ucap Awan ambil tersenyum Ke arah Yora meski Yora tak melihatnya karena posisi Yora sedang membelakanginya.

Setengah jam upacara pun selesai, Yora segera bergegas ke kelas karena panas dan capek setelah upacara.

Di tengah jalan saat dia ingin ke kelas Yora sangat kesal karena ia harus melewati kelas Widya karena di depan pintu sudah ada ana dan teman-temannya.

Dengan mempercepat langkahnya Yora pun segera melewati kelas Widya tapi tiba-tiba, Sera salah satu teman ana meludah tepat di depan Yora, meski tak kena, Yora cukup kesal.

Ia tahu Sera, karena Sera merupakan teman kelasnya waktu SD dan SMP.
Yora cukup mengetahui tentang Sera karena waktu SMP mereka pernah berteman.

Sera si gadis yang suka menguar-nguar kebohongan ia suka membuat cerita gosip karangan, mengada-adakan sesuatu yang tidak ada.

Yora mulai sedikit paham tentang Ana yang seperti tak menyukainya, Yora menebak pasti Ana mendengar cerita dirinya dari Sera, Yora selalu heran mengapa seseorang menilai orang dari cerita orang lain, padahal cerita itu belum tentu ada benarnya.

"Ehh maaf ya Yora gak lihat, kirain tong sampah,, hahaha"

  #Bersambung


YORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang