06. Shooting Ways

1.4K 156 5
                                    

Jasver menghirup nafasnya sangat panjang setelah sekian lama menghirup aroma ruangan yang penuh dengan obat dan alkohol untuk mengobatinya. Langkahnya berjalan keluar ke sebuah mobil mewah yang sudah menunggunya di luar, beberapa orang perhatian ke pusat pemilik mobil itu.

Jasver mengenakan baju yang tertutup contohnya jaket tebal berwarna hitam dan juga celana denim biru yang terlihat seperti orang pada umumnya.

Jasver membuka pintu mobil itu, segera duduk dan menutup pintunya dengan cepat agar orang-orang tak melihatnya kembali.

"You good, bro?" Tanya Dylan yang khawatir namun heran karena Jasver sudah dapat berjalan dengan normal kembali, pemulihan yang berangsur cepat.

Tentu saja dengan biaya yang tidak murah.

"Ayo, kita harus ke toko baju buat persiapan."

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ***ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

"Lo tau ga anak yang kemarin di tangkep?"

"Kenapa emang?"

"Kemarin 'kan dia di penjara, sekarang dia terpaksa dibebaskan soalnya harus di bawa ke rumah sakit jiwa buat pengobatan."

Jasver berhenti dari pergerakannya, "gimana bisa gitu? Dia emang ada riwayat penyakit jiwa atau gimana?"

"Kurang tau sih gue, tapi dia tetep dapet pengawasan kok disana." Herson berucap dengan memandang selembar kertas yang baru saja dikirim padanya hari ini. Jasver yang sedang melihat-lihat mobil barunya itu pun berdecih diam-diam.

"Palingan pengawasannya juga ga seketat itu. Kalau lo bobol cctv disana, bisa ga?"

"Bisa sih, ya udah gue lakuin. Gimana kabar kerjaan baru lo yang sekarang tuh?"

"Sekarang lagi beli baju doang, sekalian liat mobil baru. Tapi mobilnya gak gue pake buat kerja pasti, jaga-jaga doang." Jasver yang sedang berbicara dengan Herson, menjadi teralihkan dengan pemilik toko yang sedang menunggu.

"Merk apa?"

"Tesla."

"Anjing, Tesla?!"

Herson mengumpat tanpa sengaja sampai beberapa mata mulai menelisik Herson yang terkejut sembari menutup mulutnya, sampai akhirnya membuat gestur meminta maaf.

"Mobilnya ga akan gue pake juga sih, 'kan gue disana pake mobil mereka." Jasver mengusap setir mobil yang baru saja dibelinya, harganya seharga dua rumah. Herson tak heran, anak orang kaya.

"Lo tuh nyadar gak? Kaya tapi sok miskin jadi intel!"

Jasver tercengang, "loh 'kan emang itu tujuan gue, mengasah ilmu, nyari masalah, nyari kebusukan mereka dan agensi sama yang terakhir, gue mati."

"YA GA MATI JUGA LAH!" Herson dapat berteriak leluasa karena menghindari orang-orang di kantor, sekarang ia dapat mengumpat pada Jasver sesuka hatinya di toilet.

"Gak ada yang tau sih, ya udah gue otw dulu. Doain gue bre."

"Yoi!"

Jasver segera mengangguk dan kembali melihat-lihat mobil disana kembali, Dylan pun nampak sedang menunggu respon Jasver yang terlihat memikir.

"Saya ambil dua, apa bisa?"

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ***ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Jasver sempat tertegun melihat betapa besarnya rumah yang akan ditinggalinya hari ini, untuk sementara semua pelamar akan dipulangkan hari ini. Mereka tak diperbolehkan tinggal disini sebelum mereka diterima, bahkan ada tingkatan untuk melamar.

Robbers - JAEMJEN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang