- Tentang semesta

270 77 5
                                    

"Menurut gua pribadi, Flysia sepertinya sudah berhenti mengejar cinta Aksa," ungkap Jefran.

Ian menoleh, "Kasian anak orang Sa"

Aksa diam, tidak menggubris perkataan teman-temannya.

"Menurut gua, Flysia itu cocok sama lo Sa, dia kelihatannya tulus banget sama lo," kata Angkasa.

"Kalau memang lo udah mulai suka sama dia, coba kasih kesempatan Sa. Jangan sampai ketika lo sudah tidak ada rasa, lo mulai suka sama dia."

"Bentar lagi kita lomba basket, jangan sampai gara-gara dia kita kalah," ungkap Angkasa.

Aksa mengacak rambutnya kasar, merasa frustasi dengan kalimat-kalimat yang dilontarkan oleh teman-temannya.

Ian menatap sendu pada Aksa, lalu memukul pelan lengan laki-laki itu. "Lupakan sejenak bro, besok kita tanding, jangan sampai karena dia lo gagal fokus."

"MAU KEMANA LO YAN?," ucap Angkasa berteriak.

****

"Tumben datang pagi," kata Aksa sinis.

Ian tersenyum di ambang pintu kelasnya, "Anggap saja gua mau belajar disiplin.

"Sa, lo enggak berniat jatuh cinta lagi?," tanya Ian.

"Kenapa lo nanya seperti itu?," tanya Aksa kembali.

"Sa jujur sama gua, lo bilang apa ke Flysia sampai-sampai dia enggan untuk hanya sekedar menyapa lo!."

"Ga ada!," Sarkas Aksa.

"Enggak usah bohong sama gua Sa!, kita sudah temenan selama tiga tahun, pasti lo ngomong yang bikin Flysia sakit hati kan!," ungkap Ian sedikit berteriak.

Aksa menghela nafas kasar, helaan nafas itu terdengar jelas dari bibir Aksa. Cukup lama terdiam, laki-laki itu menceritakan semuanya pada Ian.

Sekarang ia paham alasan Aksa menyuruh Flysia untuk menjauhi dirinya.

"Itu bukan keputusan yang tepat Sa, dengan lo seperti itu, sama aja lo udah nyakitin perasaan dia, lo minta maaf sama dia secepatnya, sebelum dia benar-benar benci sama lo Sa!"

"Sifatnya ceria, tapi jiwanya gampang sedih, moodnya gampang berantakan, dan mentalnya gampang nangis," kata Aksa.

"Jangan pernah mengecewakan orang yang menyayangi lo karena, suatu hari nanti, bisa jadi lo yang di kecewakan sama dia!," jelas Ian.

"Seenggaknya kalo emang lo nggak suka sama dia, jangan buat dia sakit hati. Ayahnya saja nyakitin dia Sa, lantas laki-laki mana lagi yang harus dia percaya?."

"Suatu saat nanti, penyesalan dan karma akan mewakili rasa sakit seseorang, tunggu Sa, ada saatnya," ucap Ian lalu berlalu keluar kelas.

Aksa diam membisu seribu bahasa, benar yang dikatakan oleh Ian, ia sudah keterlaluan,  laki-laki itu tahu Flysia disakiti oleh ayahnya, lantas mengapa dia juga harus menjadi sebab gadis itu terluka.

Apa salahnya jatuh cinta lagi?.

****
Mata Flysia menyapu setiap sudut kantin, gadis itu tidak kunjung melihat Aksa. Semua siswa berbondong-bondong pergi ke kantin untuk mengisi sejenak perut mereka.

"Makan apa kita," ucap Lala bersemangat.

"Gua mau makan mie ayam saja seperti biasa!," seru lylia.

"Gua samain sama lylia."

Aksa, dengan wajah datarnya berjalan melewati orang-orang yang ada di kantin, memasukkan kedua tangannya pada saku celana.

"Sa...lo mau kemana?," tanya Gara.

"Mau kesitu," ucapnya, lalu menunjuk Flysia.

Angkasa membulatkan kedua matanya, "Hah enggak salah denger kan gua!!!?"

Lala menutup mulutnya dengan tangan kanannya, ketika melihat Aksa berjalan menghampiri mereka.

"Fly lihat Aksa!, dia mau kesini."

"Enggak mungkin, bisa jadi dia hanya sekedar lewat" jelas Flysia, lalu kembali menyantap makanannya.

"Makan apa?," tanya laki-laki di depannya.

Flysia sedikit mendongak, ia kaget dengan kehadiran Aksa di hadapannya  

"Mie ayam," ucapnya, lalu mengalihkan pandanganya datar. Jujur ia sangat kecewa pada laki-laki itu.

Merasa respon Flysia biasa saja, Laki-laki itu mendudukkan dirinya disamping Flysia. "Maaf atas segala"

Mata gelap obsidian Aksa, kemudian kembali menatap wajah gadis didepannya. "Maaf atas ucapan gua waktu itu Flysia," lanjut Aksa dengan suara lemah, laki-laki itu sudah cukup tahu akan kesalahannya.

Flysia tidak salah dengar kan?, Aksa mengakui kesalahannya!?. "Entahlah, walaupun ga mau, tapi gua harus maafin lo, toh semua orang punya salah, tugas kita sebagai manusia hanya memperbaiki dan menyadari kesalahan itu."

"Sa...itu mie ayam gua!!"

Aksa bersendawa dengan keras, setelah dirasanya sudah kenyang ia pun mengusap perutnya.

"Akhirnya kenyang."

"Lo kok jadi nyebelin sih!!," ungkap Flysia lalu menghentakkan kakinya.

Lala dan Lylia saling pandang, ketika melihat interaksi dua anak manusia di depannya itu, apakah tadi itu Aksa?, Aksa yang mereka kenal sifatnya tidak seperti itu.

"Tadi itu Aksa atau setan?," tanya Lala dengan polos

"Setan kali," jawab lylia.

Aksa menarik ikat rambut kupu-kupu milik Flysia, ia merasa heran pada gadis itu, kenapa dia sangat menyukai kupu-kupu. Bahkan ikat rambut Flysia saja kupu-kupu.

"Cantik, gua suka..." ucap Aksa berbisik pada telinga Flysia.

Flysia membuang wajahnya kasar, menutup kedua wajahnya dengan kedua tangannya, bahkan kini wajahnya sudah memerah.

Aksa tertawa kecil.

"Lo salting ya?"





Aku merasa sangat malu, ketika aku menyakitinya namun, dia meresponku dengan baik.

Aksa-





HAPPY READING







Dear Flysia [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang