Chapter 3

1.3K 148 5
                                    

Begitu Chi Han telah menemukan pintu lift menuju ruangan VIP, dia mendengar suara "dong" saat masuk. Kemudian hanya datang memeriksa untuk melihat seseorang terjatuh.

Sosok kurus itu nampak bersusah payah mendukung diri untuk bangun menuju kursi roda di sana. Jari tipisnya nampak terluka di beberapa tempat. Berbanding terbalik dengan cerahnya darah, warna kulitnya terlihat lebih pucat.

Seolah-olah dia tidak melihat sinar matahari, beberapa waktu yang lama.

Kening Chi Han berkerut kemudian melihat kearah lift yang sudah tertutup dan hanya untuk mendengar tawa ejekan keluar di sana.

Apa yang terjadi dengan orang-orang ini?  Begitu menyenangkan menggertak orang cacat?

Chi Han menatap tajam lift tersebut, mengambil beberapa langkah ke depan mengangkat kursi roda. Kemudian berjongkok untuk membantu anak laki-laki itu bangun.

Tapi yang tidak dia harapkan setelah menyentuh bahu pihak lain, ia di dorong menjauh.

Chi Han yang tidak menduga, hampir terjatuh ke belakang.

Anak laki-laki tersebut bernapas rendah, dan suaranya dingin penuh peringatan, "Pergi!"

Chi Han: "..."

Anak ini sedikit defensif.

Saat berhasil kembali ke kursi roda, tubuh kurus pemuda itu terengah-engah dan rambut hitam di dahinya juga basah oleh keringat memperlihatkan mata gelap di sana.

Harus dikatakan, mata tersebut sangat cantik, terlihat sangat bersih. Kedua obsidiannya memancarkan dingin dan kesombongan, akan tetapi mereka dilapisi oleh kabut. Membuat orang-orang tidak dapat melihat kedalamannya hanya sebuah kegelapan tak berujung yang terlihat.

Sulit untuk membayangkan temperamen seperti ini muncul pada anak laki-laki berusia sekitar 15 atau 16 tahun.

Saat di kursi roda pun, laki-laki kecil itu tetap tegak meski kepalanya selalu sedikit terkulai seperti tubuh yang mati tanpa jiwa.

Selain dari peringatan tadi dia tidak lagi mengucapkan kata apapun kepada Chi Han.

Angka pada lift menurun lapis demi lapis, Chi Han mengerutkan bibirnya dan menyapu dengan sudut matanya pada selimut yang terjatuh di tanah.

Faktanya, dia bukan orang yang penuh simpati. Terutama saat pihak lain jelas-jelas menolak kebaikan yang ia tunjukkan.

Tapi...

Mata Chi Han jatuh pada tulang belakang tinggi dan kurus tersebut yang tampak seperti memberi penjagaan untuk martabat terakhirnya.

Chi Han pun hanya bisa menghela nafas dalam hati. Ia tidak bisa berpura-pura tidak terlihat.

Kaki Rong Xu menjadi lebih menyakitkan. Lutut yang telah menabrak lantai tadi sepertinya berdarah. Dia memiliki tambalan basah tapi tidak sebanding dengan rasa sakit di betisnya.

Itu adalah rasa sakit menembus tulang, seperti sesuatu berguling-guling di sana.

Mata Rong Xu memutih, dan dia tidak dapat melihat dengan jelas.

Hanya ketika ia menggertak gigi mencoba untuk menahan, sebuah objek halus tiba-tiba menyapu lengannya. Dia langsung memusatkan perhatian, melihat kesamping. Untuk mendapati beberapa bunga lotus tersulam pada selimut camel berbulu hitam. Selimutnya yang jatuh.

Dia hanya menonton dalam diam, semua tenaganya terkuras sebab menekan rasa sakit dan ia tidak mempunyai energi lagi untuk melakukan apapun.

Chi Han melihat anak itu membungkukkan kepala dan tidak mengatakan apa-apa. Dirinya tidak dapat mengerti apa yang ia maksud sementara waktu. Apakah... Tidak lagi?

BL I Save The Disabled Villain by Pretending to be Pitiful (Wear Book) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang