17. Miya Cemburu

292 21 0
                                    


'Mungkin itu Tita.' batin Miya, hampir memasuki alam mimpi.

Namun tiba-tiba, aroma itu ...--

Deg

Jantung Miya berdebar kencang dan matanya seketika terbuka lebar-lebar.

"Kau?!"

Brien tersenyum manis, bersedekap dengan angkuh sembari berjalan santai ke arah Miya.

Bug'

Brien langsung menjatuhkan tubuhnya keranjang, menarik Miya yang ingin lari ke pelukannya kemudian memeluk tubuh perempuan itu dengan gemas.

"Brengsek! Lepaskan aku! Ck, tolong lepaskan aku dan segera pergi dari sini!" Miya memaki kasar, nadanya kesal bercampur marah; menoleh penuh kebencian pada pria yang seenak jidat memeluknya ini.

Shit! Pria satu ini benar-benar menyebalkan! Setelah menggunting-gunting habis gaun milik Miya, pria ini masih berani menunjukkan batang hidungnya.

"Kau cemburu, heh?" Brian menunduk pelan, menatap wajah Miya; dia tersenyum dengan riang dengan tatapan sayup ke arah perempuan yang telah ia klaim sebagai miliknya ini.

"Cemburu apa?" Miya berucap malas.

Hah, kepalanya masih pusing dan pria ini semakin membuat kepala Miya terasa ingin pecah. Belum lagi perasaan kantuk yang kembali menyerang Miya. Tapi jika dia tidur sekarang dia takut pria mengerikan ini melakukan hal tak senonoh padanya.

Yah ... Brien ini tipe pria brengsek, dan sialnya Miya harus bertemu serta berurusan dengan pria semacam Brien ini.

"Jangan cemburu, Sweetheart." Brien mengusap pucuk kepala Miya, kemudian mengecup kening perempuan tersebut dengan lembut; membuat Miya menggeram tertahan, tetapi jauh dalam lubuk hatinya Miya merasakan ...-

'Big non! Aku tidak menyukai pria ini. Aku membencinya!' batin Miya, memilih menyengkal perasaan apapun yang ada dalam hatinya.

"Dia hanya temanku," lanjut Brien sembari mengacak-acak surai di pucuk kepala Miya.

"Gerrrr!" Miya mengeram, menepis kasar tangan Brien di tangannya lalu mendorong kuat dada bidang pria ini agar Brien menjauh darinya. Namun, sedikitpun Brien sama sekali tak bergeser. Ck, tubuh Brien terlalu besar dan tenaga Miya hanya tersisa sedikit; habis karena perjalan panjang kemari.

"Pertama, aku membencimu karena gaunku habis kau gunting. Kedua, aku nggak peduli semisal dia temanmu atau kekasihmu. Dan ketiga, tolong pergi dari sini!" ketus Miya, mendongak untuk memberikan tatapan tajam pada Brien.

"Aku tidak peduli. Yang jelas kau sedang cemburu, Miya." Brien berucap meremehkan. "Ah, mengenai gaunmu ...-" Brien tiba-tiba meraih dagu Miya, mengangkatnya agar perempuan ini menatapnya. Wajah Brien tiba-tiba berubah dingin, tatapannya tajam dengan aura intimidasi yang menguar dari tubuhnya.

"Aku bisa lebih parah dari itu jika kau kembali berani menggunakan gaun merah keparat itu," ancam Brien dengan masih melayangkan tatapan tajam dan membunuh pada Miya.

Gluk'

Miya diam-diam meneguk saliva dengan susah payah. Kenapa dia ketakutan? Bahkan jantungnya meronta-ronta dalam sana, serta hatinya yang bergemuruh hebat.

Hah, Miya akui jika sebenarnya Brien termasuk orang yang dia takuti. Hanya pria ini yang membuat Miya merasakan takut dan terancam, bahkan ketika Miya di antara keramaian.

"Ck." Miya berdecak pelan, menepis tangan Brien dari dagunya dan memilih membuang muka. Dia memilih memejamkan mata, acuh tak acuh pada pria yang berbaring disebelahnya ini.

Obsesi Sang CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang