Rencana; bisa yok AC prioritaskan
Ide & Niat; RANDOM BULLSHIT GO!!!***Happy Reading***
Watson sudah keliling empat kali, namun tak ada gambar atau tanda apa pun di lantai. Apa yang terjadi? Tidak mungkin pelaku lupa melukisnya. Jangan-jangan motif membunuhnya tidaklah sama.
Tidak, sudah jelas sama dan berhubungan. Sherlock Pemurung itu harus periksa lebih teliti lagi. Musuh mereka kuat kali ini.
"Waktumu habis," potong Angra menyeret cowok itu keluar dari zona TKP. "Kamu berjanji hanya tiga menit dan aku sudah bermurah hati menambah tujuh menit. Puas, kan? Sekarang enyah dari sini."
"Aku belum menemukan tandanya."
"Tanda? Haa... Cerita apa lagi yang hendak kamu karang?" Angra mendengus.
Watson menepis tangan Angra, menatap masam. "Aku tahu anda seorang brengsek. Tapi meski begitu, anda tetaplah seorang polisi. Apa anda tak memiliki simpati pada mayat ini? Dia sudah mati lampau lalu, diawetkan, dan digantung ke pohon natal. Anda tahu persis apa maksudku kecuali otak anda benar-benar tidak ada isinya."
"Aku. Tidak. Peduli. Sama. Sekali."
Watson mendesis kesal. "Inspektur...!"
Plak! Sebuah dokumen menampar kepala Angra membuatnya terdorong ke depan. Wanita paruh baya berseragam polisi itu menyengir pada Watson sambil merangkul bahu Angra seakan teman dekat.
"Ayolah, Angra. Jangan terlalu kasar dengan anak-anak. Aku tak mengajarimu seperti itu lho. Bicaralah dengan baik."
Apa yang dia lakukan?! Klub detektif Madoka tersyok-syok. W-wanita itu baru saja memukul kepala Angra? Ketua divisi unit kejahatan khusus yang dingin? Apa dia cari mati?! Itu kan si Angra Emo!
Tidak, tunggu. Watson memicing melihat lencana di lengan seragam wanita itu, melotot. Astaga! Dia bukan polisi biasa!
"JENDERAL NOSAROC! Buat barisan—"
"Tidak, tidak perlu. Kita tidak sedang di acara resmi melainkan di TKP. Sudah seharusnya aku terjun ke lapangan."
Tunggu sebentar. Watson manyun. Aiden dan Hellen saling tatap hina. Barusan, para petugas memanggilnya 'Nosaroc'? Itu kan nama marga Angra. Jangan bilang...
Sherlock Pemurung itu berkacak pinggang, menatap Angra malas. "Oh, jalur orang dalam toh rupanya. Pantas saja, ckckck."
Pemilik nama mencengkeram leher Ingil, melotot marah. "Apa yang Penyihir Tua itu lakukan di sini, hah?! Kenapa dia bisa—"
Plak! Beliau kembali melampang kepala Angra menggunakan benda sama. "Begitu caramu memanggil ibumu?" Wanita itu bersedekap santai. Nada ramahnya tidak hilang, juga tidak marah. Seakan terbiasa.
"Berhenti memukuliku, Penyihir Tua Sialan!"
Klub detektif Madoka memandangi Angra dengan tatapan prihatin. Image pria itu seketika jatuh di hadapan ibunya. Mau sedingin dan sekasar apa, dia tetap tak berdaya di depan makhluk berstatus ibu.
"Mulutmu itu lain kali kusambet. Yah, aku juga tidak tertarik padamu." Beliau melewati Angra, berdiri di depan Watson dan sedikit membungkuk untuk menyejajarkan tinggi. "Ini kali pertama kita bertemu bukan, Detektif Imut?"
Watson menelan ludah. "H-halo..."
"Jenderal!" Raum menerobos kerumunan, cengengesan sembari menggeser Watson, menggosok-gosok tangan. "A-apa yang anda lakukan di sini? Anda tidak memberi pemberitahuan akan terjun ke TKP."
"Raum... Kamu bukan superintenden lagi. Apa kamu pikir kamu masih berkuasa?"
"T-tidak. Bukan begitu—"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Gari Gariri - Misteri Hermesate
Mystery / ThrillerWe wish you a merry Christmas. We wish you a merry Christmas. We wish you a merry Christmas. And a Happy Death Day! ♪ Dia menyebut dirinya Santa Claus D-Day. Dia menyenandungkan lagu natal yang liriknya sedikit diubah kala membunuh orang. Dia ada...