"Pak, bolehkah kami menyimpan rekaman cctv-nya? Ini flashdisknya. Terima kasih."
Buat apa Watson memintanya? Beberapa menit lalu mereka mendesah kecewa karena wajah 'tersangka' tidak terekam jelas alias buram karena gelap dan rintik salju yang mengganggu kebeningan lensa.
Watson membungkuk pada petugas itu sebelum keluar dari ruang sekuriti. "Aku tahu kamu kecewa, Bari. Hanya karena wajahnya tidak terlihat, bukan berarti kita menyerah begitu saja. Ayo semangat. Masih banyak yang harus kita lakukan."
"Hufft, baiklah. Ke mana kita sekarang?"
"Aku sudah mengirim pesan pada Stern agar menginvestigasi temannya Rona untuk mempersingkat waktu. Tugas kita yaitu mencari informasi di rumah Nilam."
Dan di sinilah mereka sekarang. Pukul dua siang, Watson dan Jeremy berada di wilayah kediaman korban ke-8, Alnilam.
"PENJAHAT ITU MASIH BELUM DITANGKAP? SEBENARNYA APA SAJA KERJA POLISI, HAH? KAMI YANG MEMBAYAR GAJI MEREKA, TAPI MEREKA MALAH BERLEHA-LEHA! TAK BECUS!"
Duh, temperamennya. Jeremy menelan ludah, hati-hati dalam memilih kosakata. "Maka dari itu kami, klub detektif Madoka, yang langsung turun ke kasus ini. Sekarang kami butuh kesaksian anda, Nyonya. Siapa tahu kami bisa mendapatkan petunjuk."
"Huh! Anak-anak seperti kalian tahu apa tentang dunia orang dewasa?"
"Nyonya..." Watson menceletuk, menatap beliau datar. "Kami dan kepolisian sedang berusaha keras menangkap pembunuh putri anda. Kami butuh kerja sama anda."
"Hmph! Apa yang kamu inginkan?"
"Kami penasaran mengapa kasus Alnilam dikatakan kasus bunuh diri pada awalnya. Pasti ada penyebab tertentu, alasan kepolisian sampai berpikir demikian."
"Karena anak dari tetangga kami yang melapor pada 119," jawabnya pendek.
Beliau pun mulai menjelaskan, bahwa putra tetangga melihat siluet Alnilam gantung diri di kamarnya. Anak itu berusaha menelepon polisi, memberitahu ada yang tergantung, namun polisi mengira itu panggilan iseng dan menutupnya.
Bocah tersebut mengulangi sampai enam kali, polisi bersikukuh tidak percaya. Sampai akhirnya dia minta tolong secara histeris sebab melihat lampu kamar Alnilam tiba-tiba padam dan jendela yang pecah. Baru lah polisi menanggapi serius dan segera meluncur ke TKP.
Polisi datang satu jam kemudian dan mereka terlambat. Anehnya, jasad Alnilam tidak tergantung melainkan terikat ke pohon natal. Mereka pun menyimpulkan korban telah bunuh diri dengan cara unik agar kematiannya berkesan. Itu terbukti dari handuk yang terlilit di lehernya. Polisi menyangka korban mencekik leher sendiri hingga kehabisan napas dan tewas.
"Apa-apaan itu?! Bukankah sudah jelas Alnilma dibunuh Hermesate?! Bunuh diri macam apa yang pakai pohon natal?! Bagaimana cara dia mengikat diri sendiri? Tidak masuk akal!" Jeremy mengomel.
"Alnilam, Bari. Mulutmu typo."
"Kenapa kamu malah menotis itu?!"
"Tidak ada sidik jari siapa pun di kamar putriku selain Alnilam seorang. Pantas saja para polisi munafik itu berpikir dia bunuh diri. Padahal putriku punya impian. Mana mungkin orang penakut sepertinya berani melakukan hal bahaya. Tak masuk akal."
Ini mungkin karena di tahun 2020 Hermesate tidak beraksi. Publik mengira dia sudah mati atau apalah. Dan merujuk Alnilam korban perdananya setelah berhenti membunuh setahun, polisi menyangka kematian Alnilam hanya untuk menakut-nakuti. Mereka putus asa hingga tak percaya bahwa Hermesate kembali.
Apalagi kita membicarakan cara membunuh Hermesate yang berubah dari 7 korban awal. Hal itu memperkuat teori mereka bahwa Alnilam memang bunuh diri dan meniru modus tindakan Hermesate.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Gari Gariri - Misteri Hermesate
Mystery / ThrillerWe wish you a merry Christmas. We wish you a merry Christmas. We wish you a merry Christmas. And a Happy Death Day! ♪ Dia menyebut dirinya Santa Claus D-Day. Dia menyenandungkan lagu natal yang liriknya sedikit diubah kala membunuh orang. Dia ada...