"MAS BERHENTI SEBENTAR MAS, ADA YANG KETINGGALAN" Jendral menaikkan sedikit intonasi suaranya sembari mengetuk dinding bus.
Setelah supir itu memelankan laju kendaraan nya, jendral membantu anak yang sekiranya sekolah di tingkat akhir itu untuk naik karna bus itu tidak benar-benar berhenti, anak itu membungkukkan badannya pada jendral, tangan kanan anak itu di depan mulut menggerakkan ke depan untuk bertemu tangan kiri yang berada di depan dada.
Jendral tidak mengerti, tapi setelah melihat hearing aid di telinga anak itu, jendral paham bahwa anak itu kurang dalam mendengar.
"Theee rih ma kassihhh" anak itu mengucapkan terimakasih, walau kurang jelas, jendral paham artinya.
"Oh iya hahaha, santay aja" jendral mengibaskan tangannya, tanda bahwa tidak usah di pikirkan. Anak itu menganggukkan kepalanya, ah lucu sekali dirinya.
"Nama Lo siapa?"
"Ahh mmm mahafff?"
"Sorry-sorry, nama Lo siapa?" Jendral mendekatkan mulutnya ke kuping anak itu supaya bisa lebih mendengar ucapannya.
"Sayaah naahresss" jendral mengerutkan dahinya.
"Ares?" Menggelengkan kepalanya heboh, dia kembali bicara.
"NNNAAAH RESSHH"
"hares?"
Anak itu menghela nafas panjang, lelah sekali bicara pada pemuda di depannya, dia memberi isyarat abjad menggunakan tangannya sembari bicara.
"N A R E S H" Jendral fokus melihat isyarat tangan itu, berusaha mencoba mengerti.
"Ohhhh naresss"
"Ihyahh" menganggukkan kepala dengan semangat, berhasil memberi tahu namanya.
"SMA ya? Kelas berapa res?"
"Duah bbelass" Naresh memberikan isyarat tangan kiri satu, lalu tangan kanan dua jari yang kemudian dia putar ke belakang.
Jendral menganggukkan kepalanya, seangkatan dengan Jian ternyata, lalu kembali melihat ke depan, tersentak bahwa halte sudah berada di depan mata, beranjak mendekati pintu depan untuk segera turun.
Mereka berpisah tanpa ucapan selamat tinggal, bahkan Naresh pun belum tau namanya, mungkin mereka akan bertemu kembali nanti, entah besok, Minggu depan, atau lusa.
༶┈┈⛧┈♛ ♛┈⛧┈┈༶
"Lama banget anjir Lo datengnya" jendral sedikit tersentak.
"Hehe maaf ya, adik gua kumat tadi, tiba-tiba gamau sekolah" cengir Jendral, pemuda di depannya menggeleng, sudah biasa mendengar cerita pagi Jendral, hanya seputar masalah Helena, kalo tidak ya Jian.
Mereka mulai membuka bengkelnya, membereskan yang sekiranya harus di bereskan, menyiapkan segala kebutuhan bengkel. Ngomong-ngomong, bengkel ini punya bapak, tapi karna bapak sudah tua, bapak menyerahkan bengkel ini ke jendral, jendral dengan senang hati menerima dan membantu melanjutkan pekerjaan bapak.
.....
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.