5.1

1.9K 106 0
                                    

ㅤTahun ke 5 ku diisi dengan hal yang tidak menyenangkan. Well, walaupun memang dari 5 tahun sebelum nya sudah tidak menyenangkan. Dengan ada nya Profesor baru yang sedikit mengekang membuat Hogwarts tidak sama seperti sebelum nya. Dan, Dumbledore pun menghilang entah kemana.

"Hei, anak Pelahap Maut!"

Suara yang sangat tidak ingin ku dengar saat ini membuat ku menghela napas. Ya, kalian tidak salah, aku memang anak dari Pelahap Maut. Vincent Vandervan dan Shelyna Vandervan.

"What do you want, Parkinson?" Tanya ku dengan melas.

Sudah beberapa kali ini dia mengganggu ku. Sebenarnya dari tahun ketiga, tetapi terkadang Profesor McGonagall sering memergoki nya, sampai sampai kami berdua harus dipanggil ke ruangan nya.

"Keluar dari ruangan ini!" Kata nya seraya tertawa bersama teman teman nya.

Crabbe dan Goyle.

Aku baru menyadari jika kedua lelaki itu berada di ruangan khusus perempuan. Aku tidak ingin berdebat lebih lama dengan mereka, jadi aku memutuskan untuk pergi dari kamar. Pansy menyentuh punggung ku, aku merasakan ada sesuatu yang aneh tetapi aku tidak peduli. Malah nanti tambah panjang.

Aku berjalan saat wajah ku diterpa angin yang begitu dingin.

Aku merasakan langkah kaki seseorang, sial, aku lupa ini sudah malam. Pasti salah satu Prefect memergoki ku. Aku mengambil ancang ancang untuk mengeluarkan tongkat ku, siapa tahu itu Voldemort bukan? Dikala semua orang tidak percaya ia kembali, aku percaya. Selain karena orang tua ku yang kebetulan Pelahap Maut, aku juga percaya karena Harry jarang mengada - ada.

Aku mengacungkan tongkat ku hendak mengucapkan mantra, tetapi lelaki tersebut mendahului ku, "Wow wow, calm down."

Aku memasukkan tongkat ku lagi ke saku ku. Memasang wajah datar seraya menatap nya, ia membuka mulut nya, "Seharusnya kau tidak disini, Vandervan. Itu bisa membuat Asrama kita kekurangan poin."

"Well, your friend Pansy Parkinson just kicked me out. From my own room." Sedikit ku tekan kalimat akhir nya.

Ia mengerutkan dahi, aku tersenyum tipis, layak nya mengejek, "Terkejut bukan? Aku juga, ia bisa bertindak selain dibawah perintah mu. Ah, dan juga ada Crabbe, serta Goyle."

Ia membuang tatapan nya ke arah lain, "Kembali ke Asrama."

Aku langsung memutar tubuh ku dan hendak berjalan, baru satu langkah ia memanggil ku lagi, "Vandervan,"

Aku menoleh, tatapan ku seakan berkata katakan saja ada apa, bukan nya menjawab ia malah mendekati ku, ia mengacungkan tangan nya ke punggung ku dan mengambil sesuatu, "Kau punya sampah di punggung mu,"

"Oh, she's a dick too. You're very kind." Balas ku tanpa ekspresi. Bukan ingin 'sok keren', senyum ku menghilang ketika tahu bahwa orang tua ku meninggal. Ditambah fakta bahwa mereka sudah membunuh banyak orang.

Aku meninggalkan nya, "Thank you," kata ku saat berjalan di Koridor, hampir bergema.

Aku sudah tahu apa isi dari kertas yang ditempelkan Pansy ke punggung ku, dia sudah sering melakukan itu. Palingan hanya bertulisan 'Aku calon Pelahap Maut! Jangan berani berani nya kau dengan ku.'

-

Pagi ini.. Tidak ada hal yang menyenangkan. Yang ku lihat pertama kali adalah perempuan berambut sependek bahu yang tidak ku suka. Ya, aku sekamar dengan nya.

Aku menguncir rambut ku, dengan menyisihkan rambut lain nya didepan. Membawa buku pelajaran untuk pelajaran pertama dalam hari kedua.

We are the same? [ DRACO MALFOY ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang