Pt. 6

4.2K 428 15
                                        

Cast :
Lee Haechan
Jung Jeno

Genre : Historical, Drama

Rated : G

WARNING : JIKA TIDAK MENYUKAI CERITA INI DIMOHON UNTUK SEGERA KELUAR DARI SINI TANPA MENINGGALKAN KOMENTAR KEBENCIAN! TERIMA KASIH

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Setelah kepergian Musisi Donghyuk, Raja kembali ketempatnya. Senyuman manis tak pernah pudar dari bibirnya.

Ia sendiri pun bingung kenapa ia merasa sangat senang setelah melihat dan berbicara dengan pemuda itu. Ada perasaan lain dihatinya yang ia sendiri tidak mengerti.

Semenjak pertama kali Raja melihat Musisi Donghyuk yang berdiri ditengah-tengah aula besar sambil memainkan seruling, matanya tak pernah lepas dari sosok pemuda itu. Bahkan secara langsung menyuruh prajuritnya mencari musisi itu untuk mengajaknya bicara.

Entah apa yang terjadi pada dirinya, dia langsung mengajak musisi itu tinggal di istananya.

Bahkan meskipun dia tengah disibukan dengan berbagai macam urusan negara, tak sehari pun ia lupa membayangkan wajah manis sang musisi.

Rasa berbung-bunga dan kupu-kupu yang berterbangan didalam perutnya setelah melihat Musisi Donghyuk dari dekat membuatnya semakin yakin jika ia tak salah meminta pemuda itu untuk tinggal didalam istana.

Wajah manis, bibir tipis, senyumnya yang indah, bola mata yang bersinar. Semua yang ada pada pemuda itu mampu membuatnya sangat luluh. Apalagi setiap musisi itu tengah memainkan nada-nada indah dari serulingnya.

Dengan mata yang terpejam dan bibir tipis yang bersentuhan dengan permukaan seruling bambu itu membuatnya candu.

Raja Jeno tidak menegrti perasaannya sama sekali. Dia hanya merasa sangat nyaman bisa bersama dengan Donghyuk.

Rasa nyaman itu yang tidak pernah ia dapatkan sebelumnya. Walaupun dirinya sudah menikah dan memiliki seorang Ratu. Namun sama sekali tak pernah mendapatkan kebahagiaan yang ia inginkan.

Karna sesungguhnya pernikahannya dengan Ratu adalah murni keinginan orang-orang didalam kerajaan. Raja Jeno sama sekali tidak memiliki perasaan apapun pada Ratu-nya.

Semua orang di kerajaan memaksanya untuk menikah dan memilih wanita itu sebagai istrinya. Tanpa bertanya padanya apa ia suka atau tidak.

Setelah mendiang kakaknya meninggal dan membuatnya diangkat menjadi Raja, ia sudah tak memiliki apapun yang membuatnya merasa bebas dan bahagia.

Kebebasan dan kebahagiaanya sudah hilang. Yang ia lakukan hanya bekerja dan bekerja, dia sengaja menyibukan dirinya agar tak pernah bertemu dengan Ratu.

Sejak mereka menikah Raja hanya sekali mengunjungi Ratu, yaitu tepat setelah malam pernikahan mereka. Selebihnya dia hanya akan sibuk diruang kerjanya dan keluar hanya saat malam hari.

Raja Jeno bahkan sangat malas menanggapi kehadiran Ratu saat sang Ratu ingin berkunjung. Dia akan selalu bilang "Aku sangat sibuk dan tidak bisa diganggu."

Dan itu sungguh berhasil membuat sang Ratu murka.

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

"Tuan, apa Yang Mulia Raja menyukai tuan?"

"Hust!! Jangan bicara sembarangan."

Donghyuk menyembur dayangnya yang tiba-tiba berbicara tak masuk akal.

"Saya hanya heran dengan perlakukan Yang Mulia pada tuan. Karna selama saya bekerja diistana tidak pernah sekalipun saya melihat Yang Mulia begitu perhatian pada seseorang, bahkan dengan Ratu pun tidak seperti itu."

"Jangan bicara sembarangan. Kalau nanti ada yang mendengar perkataanmu dan akhirnya menyebar lalu membahayakan Raja, bagaimana?"

"Maaf tuan."

Donghyuk menggelengkan kepalanya dan kembali fokus membersihkan serulingnya dengan kain.

"Tapi sungguh tuan, perhatian Raja—"

"Yerim! Sudah cukup! Jangan bicara yang aneh-aneh lagi. Kau sendiri yang bilang kalau di istana semua tempat punya mata dan telinga." Omel Donghyuk membungkam dayangnya itu.

"Maaf tuan.. —Oh ya tuan, sepertinya tuan harus hati-hati dengan Yang Mulia Ratu mulai saat ini." Sepertinya dayang mungil ini sangat senang menggosip.

Donghyuk menghentikan kegiatannya. "Yang Mulia Ratu? kenapa?"

"Sepertinya Ratu tidak menyukai kehadiran tuan di istana."

"Kenapa tidak suka? Aku tinggal disini kan atas perintah Raja."

"Justru karna itu. Seperti yang tadi saya bilang kalau perhatian Raja itu berbeda pada tuan. Sepengetahuan saya Raja sangat jarang sekali bertemu dengan Ratu. Dan sepertinya itu yang membuat Ratu cemburu pada tuan."

Donghyuk berpikir sejenak. "Cemburu? Kenapa harus cemburu? Aku kan hanya bekerja untuk menghibur Raja."

Dayang Kim gemas dengan tuan-nya itu.
"Aduhh tuan~ Tentu saja Ratu cemburu. Tuan bisa bertemu langsung dengan Raja setiap hari sedangkan Ratu sangat sulit melihat Raja. Siapa yang tidak akan cemburu? Aku pun kalau diposisi Yang Mulia Ratu juga akan melakukan hal yang sama." Ujar Dayang Kim panjang lebar.

"Sudah sudah— Jangan bicara sembarangan lagi. Aku tidak peduli dengan masalah Raja dan Ratu."

.
.
.
.
.

Saat ini Donghyuk yang sedang berjalan-jalan santai dihalaman istana merasa tertarik pada beberapa pelayan yang baru saja keluar dari area istana Raja.

Donghyuk segera menghampiri mereka. "Tunggu."

Donghyuk menghentikan beberapa pelayan pria yang membawa sesuatu yang tertutupi oleh kain ditangan mereka.

"Kalian bawa apa?" Tanyanya.

"I-ini tuan, kami baru saja mengambil sisa makan siang Raja." Jawab salah seorang.

"Apa boleh aku lihat?" Sebenarnya Donghyuk hanya iseng saja. Dia juga tidak mengerti apa yang dia lakukan sekarang.

"Yee tuan."

Setelah diijinkan Donghyuk membuka kain penutup makanan itu.

"Kenapa masih sisa banyak sekali?" Gumamnya pelan, tapi masih dapat didengar oleh pelayan itu.

Donghyuk melihat makanan itu masih tersisa banyak, malah seperti tak tersentuh.

"Sudah lebih dari seminggu ini Yang Mulia Raja tidak menghabiskan makanannya tuan. Bahkan terkadang Yang Mulia tidak menyentuhnya sama sekali."

"Apa sudah diganti dengan menu yang lain?"

"Sudah tuan, koki yang bertugas sudah sering mengganti menu makanannya tapi tetap tidak membuat Raja makan dengan lahap."

"Eumm~ Apa boleh kalau aku mencoba memasak makanan untuk Yang Mulia Raja?"

Eh? Jangan bertanya. Karna Donghyuk pun tidak mengerti apa yang barusan ia katakan. Kata-kata itu keluar dari bibirnya begitu saja.

"Ta-tapi tuan—"

"Tidak apa-apa. Kalian jangan khawatir, aku yang akan bertanggung jawab."

Pelayan itu dengan pasrah mengiyakan walaupun bingung dan khawatir. Bagaimanapun juga Musisi Donghyuk adalah tamu kehormatan yang dibawa oleh Raja secara langsung. Bagaimana mungkin membiarkan tamu Raja memasuki dapur yang kotor.

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Sang Musisi [NoHyuk] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang