Cast :
Lee Haechan
Jung JenoGenre : Historical, Drama
Rated : G
WARNING : JIKA TIDAK MENYUKAI CERITA INI DIMOHON UNTUK SEGERA KELUAR DARI SINI TANPA MENINGGALKAN KOMENTAR KEBENCIAN! TERIMA KASIH
.
.
.
.
..
.
.
.
.Dayang Kim membuka pintu kamar Selir Lee sambil membawa nampan yang diatasnya terdapat cangkir berisi teh ginseng hangat untuk tuan-nya itu. Dan benar saja, didalam sana ia melihat Selir Lee yang masih terdiam duduk didepan jendela yang terbuka lebar. Mengabaikan angin malam yang tentu saja menyerang tubuh kurusnya.
Dayang Kim meletakan nampan itu diatas meja. Lalu beralih mengambil sebuah jubah tebal yang ada didalam lemari pakaian.
"Selir Lee.." Panggilnya sambil melampirkan jubah itu dipundak Selir Lee. Dan tentu saja membuat Selir Lee tersadar dari lamunannya itu.
"Oh.."
"Sudah malam, tidak baik jika terkena angin malam yang dingin." Ujarnya khawatir.
"Aku baik-baik saja." Jawab Selir Lee.
Dayang Kim tersenyum maklum. Sejak selesainya acara peresmian Heejin menjadi Ratu tadi siang, Selir Lee mendadak menjadi pendiam seperti ini. Setiap kali ditanya jawabnya selalu bilang jika dia baik-baik saja. Walaupun begitu Dayang Kim tentu tahu jika tuan-nya itu tidak mungkin baik-baik saja.
"Tadi diperjamuan Selir Lee hanya menyantap sedikit makanan. Dan jika terlalu lama terkena angin malam seperti ini aku takut Selir Lee akan sakit." Dayang Kim menyerahkan cangkir yang tadi ia bawa.
Selir Lee meraih cangkir itu dan dengan perlahan menyeruput sedikit teh ginseng itu. "Terika masih."
Dayang Kim merasa kasihan dengan keadaan Selir Lee. Namun ia juga tidak tahu harus berbuat apa untuk menghibur pemuda itu.
"Apa Selir Lee merasa sedih karna malam ini Yang Mulia Raja tengah bersama dengan Yang Mulia Ratu?"Selir Lee menatapnya sebentar lalu kembali menyaksikan langit malam dari balik jendela. "Aku tidak punya hak untuk itu."
Ya, setelah perjamuan untuk merayakan pengangkatan Ratu tadi Yang Mulia Raja dan Ratu segera memasuki kamar pengantin mereka untuk segera melaksanakan malam pertama.
Itu adalah hal yang wajib dilakukan Raja setelah menikah.
"Aku memang mencintai Yang Mulia, dan aku tahu Yang Mulia juga mencintaiku. Tapi takdir kita memang harus seperti ini, dan aku harus menerima apapun resiko yang terjadi." Ucap Haechan.
Dayang Kim hanya terdiam dan tidak meresponnya karna dia tidak tahu harus mengatakan apa. Bagaimana juga dirinya hanya seorang dayang walaupun ia sangat dekat dengan Selir Lee. Takut-takut jika nanti dia hanya akan salah bicara.
"Selir Lee, istirahatlah.. Angin sudah semakin dingin, aku benar-benar takut jika Selir Lee akan masuk angin." Bujuk Dayang Kim.
Awalnya Selir Lee mengabaikannya namun setelah menghembuskan nafas beratnya akhirnya Selir Lee mengikuti ucapan Dayang Kim. Dia menjauh dari jendela dan memilih untuk duduk diatas ranjangnya.
"Kau pergilah untuk istirahat. Aku akan segera tidur." Ucap Selir Lee.
"Yee.." Dayang Kim memastikan jendela itu tertutup dengan rapat. Dan setelahnya meninggalkan Selir Lee didalam kamar.
Dan sepeninggalan Dayang Kim, Selir Lee langsung merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Matanya masih terbuka menatap langit-langit kamarnya.
Dan tiba-tiba saja air matanya mengalir keluar dari ujung matanya. Entah kenapa nafasnya terasa sangat berat, dan hatinya sedikit ngilu. Tepat saat dia membayangkan malam ini adalah malam yang panjang untuk suaminya dan sahabatnya itu.
.
.
.
.
..
.
.
.
.Selir Lee dan Raja Jeno bergandengan tangan sambil menikmati pemandangan indah yang terbentang didepan mereka. Pegunungan serta air terjun yang mengaliri sungai dibawahnya terlihat sangat damai. Ditambah suara kicauan burung yang juga menemani keduanya.
"Sudah lama sekali aku tidak ketempat yang tenang seperti ini." Ucap Selir Lee dengan senyuman lebar dibibirnya saat melihat seekor ikan melompat kecil dari dalam sungai.
Raja Jeno memandang wajah Haechan yang terlihat sangat indah, kemudian ikut tersenyum dibuatnya. "Maaf, aku selalu tidak punya waktu untuk mengajakmu keluar seperti ini." Sesalnya.
Haechan menggelengkan kepalanya singkat, "Tidak apa-apa, Yang Mulia memiliki tanggung jawab besar pada pekerjaan yang Yang Mulia kerjakan. Aku malah yang jadi merasa tidak enak hati karna membawa Yang Mulia keluar dari istana."
"Aku yang mengajakmu, karna aku tahu kau akan merasa sangat bosan. Apalagi beberpa minggu terakhir ini didalam istana terdapat banyak sekali masalah yang datang silih berganti."
Setelah Raja menyelesaikan kalimatnya, Selir Lee dengan perlahan memeluk tubuh tegap sang Raja. Menyamankan kepalanya pada dada bidang Raja.
"..."
"Kenapa, hmm?"
Selir Lee mengeratkan pelukannya, hingga membuat Raja sedikit bingung dengan apa yang ia lakukan. Entah kenapa Haechan merasa hatinya sedikit tidak tenang dan selalu merasa gelisah.
Dia pun tidak mengerti sebenarnya, hanya saja dia merasa jika sebentar lagi akan ada sesuatu yang terjadi. Namun dia sendiri tidak tahu apa itu.
TIba-tiba saja ada rasa ketakutan akan kehilangan Raja."Yang Mulia, bolehkah aku bertanya?" Ujarnya.
"Ya, tentu saja."
Haechan menggigit bibir bagian dalamnya, kata-kata yang siap ia lontarkan tertahan di ujung tenggorokannya. Ada sedikit keraguan disorot matanya, namun rasa penasaran yang begitu besar melonjak didalam hatinya.
"Kau kenapa, hm? Apa yang menganggu pikiranmu, sayang?" Raja menangkup wajah kecil Haechan.
"Yang Mulia.. A-aku merasa Yang Mulia akan meninggalkanku." Cicitnya pelan, namun masih dapat didengar oleh Raja Jeno.
"Meninggalkanmu? Pikiran macam apa itu, tsk?" Raja Jeno berdecih dan terkekeh.
Pria gagah itu kembali melihat keseriusan dan kekhawatiran dari sorot mata Haechan. Dan dirinya sadar jika Haechan serius dengan ucapannya. Raja Jeno kembali membawa Haechan kedalam pelukannya.
"Aku hanya akan pergi beberapa hari saja, kenapa kau begitu khawatir, hm? Ini bukan kepergianku pertama kali kan?"
Haechan menghela nafas beratnya, dan membalas pelukan erat sang Raja. "Entahlah, aku hanya merasa Yang Mulia akan pergi jauh.."
Raja Jeno mengelus rambut panjang Selir Lee dengan lembut. "Kau tenang saja, aku tidak akan meninggalkanmu, aku sudah berjanji pada hidupku."
"Mn.."
Haechan mengangguk pelan, walaupun entah kenapa hatinya masih terasa sangat gelisah, namun dia mencoba untuk mengabaikannya. Apalagi dalam dua hari kedepan Yang Mulia Raja beserta rombongan prajurit akan pergi ke medan perang untuk memperebutkan sebuah kota. Haechan berpikir untuk tidak membuat Raja hilang fokus hanya karna masalah sepele.
"Kembalilah dengan selamat." Ujar Haechan.
"Ya, aku akan selalu kembali padamu." Raja Jeno mengecup kening Haechan dengan lembut.
.
.
.
.
..
.
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Musisi [NoHyuk] END
FanficHaechan hanya seorang musisi jalanan yang dibawa oleh Raja Jeno untuk tinggal di istana. . . . . BxB Bahasa Baku