Pagi ini, Alice bangun dari tidurnya dengan suasana hati yang nano-nano. Setengah dari perasaannya sangat senang, namun setengahnya lagi merasa deg-degan. Entah kenapa, ia jadi tidak siap untuk mendatangi acara wisuda pacarnya, Dylan, di salah satu kampus pelayaran negeri yang ada di Sulawesi. Kedatangannya merupakan surprise yang ia siapkan dari satu bulan yang lalu. Ia tak bilang pada Dylan bahwa ia akan menghadiri acara tersebut.
Dalam beberapa bulan terakhir, Alice sudah melakukan fitting baju (Alice tak menemukan baju yang cocok dengan badannya, kebanyakan dari baju yang ada di mall atau e-commerce terlalu longgar atau sempit untuk tubuhnya yang pendek dan berlekuk seperti jam pasir) yang tentunya tak murah, mempersiapkan hadiah-hadiah, memesan tiket dari jauh-jauh hari, dan juga booking hotel dari jauh-jauh hari pula (karena hotel yang dekat dengan sekolah tersebut merupakan hotel yang sangat jarang menyediakan kamar hotel yang kosong.
Bangun dari tempat tidurnya, ia segera mencuci mukanya, sikat gigi, kemudian mengambil jaketnya. Ia berniat untuk pergi mengambil buket bunga yang sudah ia pesan. Tempatnya lumayan jauh dari hotel, namun Alice tak masalah karena berbekal motor rental dan google maps. Alice adalah orang yang pandai membaca google maps, loh.
Dengan bersenandung kecil sepanjang perjalanan, tak terasa Alice sudah tiba di toko bunga yang ia mau. Ia pun mengambil buket bunga yang ia pesan, yaitu buket bunga matahari yang sangat besar. Harganya sangat mahal, terlebih Alice memesan kualitas bunga yang terbaik dan besar-besar.
Buket bunga matahari melambangkan rasa kagum, kesetiaan, dan harapan akan datangnya hari-hari yang baru. Walaupun sudah bertahun-tahun pacaran dengan Dylan, rasa kagumnya masih lekat tiap kali ia menatap pria itu entah secara langsung maupun tidak langsung. Kesetiaan Dylan dan Alice juga tak gugur ditelan waktu yang sudah dihabiskan bersama-sama selama bertahun-tahun, walaupun beberapa tahun belakangan mereka harus LDR karena Alice harus kerja di Kalimantan. Dan Alice juga berharap akan datangnya hari-hari yang baru, awal permulaan baru bagi Dylan setelah melewati tahun-tahun beratnya di sekolah pelayaran yang tentu menetapkan sistem semi-militer. Alice sudah menyaksikan Dylan berkali-kali ingin menyerah dan keluar dari sekolah tersebut, namun Alice selalu meyakinkan Dylan untuk tetap berjuang dan ia juga tak akan pernah menyerah untuk menemani Dylan menggapai mimpinya.
setelah mengambil bunga tersebut, Alice kembali ke hotel dan segera bersiap-siap. Ia mandi, berdandan, memakai parfum yang wangi, memilih tas yang senada dengan bajunya, dan ia juga tak lupa untuk memakai bross capung yang merupakan hadiah pertama dari Dylan saat mereka masih duduk di bangku kelas 1 SMA. Ia ingin menunjukkan bahwa ia masih menyimpan bross bersejarah itu dan mampu menjaganya selama bertahun-tahun walaupun Alice sebenarnya adalah orang yang sangat ceroboh, pelupa, dan kerap kali menghilangkan barang-barang.
Setelah siap, tepat pukul 10 pagi, ia bergegas ke kampus Dylan.
Setelah diarahkan ke tempat parkir, Alice pun menggendong buket bunganya dan menenteng 2 bingkisan hadiah dan berjalan ke arah lapangan tempat wisuda para taruna(i) sekolah pelayaran tersebut.
Alice agak kebingungan ditengah keramaian para orang tua dan gadis-gadis maupun pria-pria yang merupakan partner dari para wisudawan. Hingga, ketika ia melihat Dylan dari kejauhan, senyum Alice merekah. Dengan susah payah (karena mengenakan heels), ia berlari kecil ke arah Dylan dengan menembus kerumunan orang. Namun, langkahnya seketika terhenti ketika ia melihat seorang gadis berkebaya merah maroon ketat menghampiri Dylan dan memeluknya. Tak hanya dipeluknya, gadis itu juga mencium pipi Dylan.
Dada Alice seakan dihantam sesuatu yang keras. Dia terpatung ditempatnya. Padahal jaraknya sisa 2 meter dari Dylan, tapi berat sekali langkahnya untuk mendekati pacarnya itu.
Siapa perempuan pirang itu? kenapa dia memeluk Dylan? Kenapa dia mencium Dylan?
Alice masih terlalu syok untuk sekedar meneteskan air matanya. Otaknya dan seluruh tubuhnya seakan tidak berfungsi saat itu.
Awalnya, Dylan sangat asyik berbincang, mencium tangan gadis itu, mengelus pipi dan kepala gadis itu tanpa menyadari Alice yang berdiri 2 meter disampingnya. Hingga, ketika salah satu junior Dylan menawarkan untuk memotret Dylan dan partner wisudanya—gadis itu. juniornya berdiri tepat disamping Alice, sehingga ketika Dylan bersiap untuk difoto, ia berbalik ke arah Alice.
Mata pria itu terbelalak. Ketika matanya bertemu dengan mata Alice, disaat itu juga air mata Alice menetes. Alice membiarkan kedua manusia itu berfoto sepuas mereka.
Kamukok kamu ga bilang kalau mau datang? Dylan langsung menghampiri Alice dan memegang kedua pundaknya, menahan Alice untuk tidak ambruk karena dia melihat disaat itu juga, Alice akan tersungkur ke tanah.
Alice, please!
Alice!!!
Gadis asing tadi menyela. Sayang, dia siapa? Adek kamu? Sepupu?
Mendengar suara merdu gadis itu memanggil Dylan dengan kata sayang membuat Alice merasa tertohok, kemudian ia terkekeh sinis. Dia menatap Dylan ganti-gantian dengan gadis itu, membuat Dylan mulai menunjukkan gestur panik.
Kamu bisa diam dulu, gak?! Dylan membentak gadis itu. Gadis itu sedikit terkejut.
Masih diam, Alice menyingkirkan kedua tangan Dylan dari bahunya dengan kasar. Dia juga melempar buket yang dipegangnya ke Dylan. Ia sebenarnya ingin menginjak-injak bunga tersebut ke tanah, namun ia tak sampai hati untuk merusak bunga tak bersalah yang indah dan syarat makna tersebut. kemudian, dia meletakkan bingkisan hadiahnya ke tanah.
Alice, dengarkan aku du—
Tenang aja, mbak Alice menatap mata gadis pirang itu.
saya cuman teman SMA Dylan.
Alice, kamu ngomong apa, sih? Heiheiidengarkan aku dulu. Dylan ingin menggandeng tangan Alice, namun Alice berhasil menghindar.
Dia menatap tajam Dylan. Dylan seketika menciut, sedikit segan untuk menyentuh Alice karena ia tahu betul Alice sekarang sedang marah dan kecewa besar.
Selamat wisuda, Dylan! Makasih sudah membuang-buang waktu berhargaku selama bertahun-tahun. Aku sudah temani kamu dari 0. Sekarang salah satu mimpimu sudah tercapai. Setidaknya, tugasku sudah selesai. Sudah, kan? Aku pulang.
Alice segera berbalik, berjalan menjauh dari Dylan. Namun baru beberapa langkah, Alice kembali berbalik ke arah Dylan, kemudian Alice melepas bross berhiaskan manik berbentuk capung, melemparnya ke arah Dylan, lalu ia kembali berjalan menjauh. Di detik itu, Alice masih ingat betul raut wajah kaget Dylan ketika ia menangkap apa yang dilempar Alice. Ia terlihat ingin mengejar dan memeluk Alice, namun Alice tahu bahwa ia menahan itu demi melindungi hati wanita yang sekarang ini sudah ada di sisinya, menemaninya di salah satu hari bersejarahnya.
Pada akhirnya, salah satu arti dari buket bunga matahari tersebut yang melambangkan harapan akan permulaan hari-hari yang baru memang betul terwujud, walaupun dengan cara yang sangat menyakitkan.
Alice bohong kalau ia berkata ia tak ingin menangis. Malah, semenjak berjalan menjauhi Dylan, air matanya semakin deras bercucuran. Ia tak peduli lagi dengan maskara atau bedaknya yang perlahan meleleh bercampur dengan air mata. Dia juga tak peduli jika harus ditatap aneh dengan orang yang lalu-lalang melewatinya.
Yang ada di kepala Alice saat itu adalah dia betul-betul ingin pergi dari tempat tersebut. dengan kecepatan tinggi, Alice melajukan motornya sejauh mungkin. Ia tak juga berniat untuk kembali ke hotel, yang dikepalanya saat ini adalah pergi, pergi, dan pergi. Alice tak pusing lagi ketika pandangannya mengabur karena air mata. Namun, tak diduga-duga, hari itu memang merupakan hari yang sial baginya. Alice mengalami kecelakaan tunggal di dekat kampus penerbangan kota tersebut.
Saat Alice terbaring dengan luka dan darah yang mulai merembes dari tubuhnya, sebelum matanya tertutup, Alice menghela napas panjang dan bergumam sesuatu.
Sayang sekali, aku harus mati karena patah hati, ya? Menyedihkan banget.
Setelah itu, pandangannya perlahan menggelap dan menjadi hitam legam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain Alice's Choice
RomanceAlice trauma dengan yang namanya percintaan. Setelah 8 tahun dia menemani pasangannya mengejar mimpinya, ujung-ujungnya pria itu malah mengkhianati Alice. 8 tahun umur hubungannya tentu Alice jalani dengan segudang pengorbanan mulai dari keringat, a...