2

1.5K 3 0
                                    

Gadis itu melangkah turun dari mobil yang berhenti tepat di depan pintu rumahnya. Dia berlari kecil, masuk ke dalam rumah. Dia sudah lelah seharian menanggapi dua mahluk ga jelas, Dion dan Hanzel. Namun dia terhenti, matanya terbelalak.

"Nah, ini Nadya udah balik." Dirinya terkesiap di bibir pintu, tak percaya dengan sosok yang sedang duduk bersama Dady-nya di ruang ramu. Sosok yang kini menatapnya sambil tersenyum.

"Heh, malah bengong. Buruan ganti baju, terus makan." Ucap Momy-nya dengan nada jutek. Nadya mengangguk dan langsung pergi menuju kamarnya.

Sosok yang menemui orang tuanya tak lain adalah Adliansyah Nasution, mantannya di sekolah lamanya. Mereka putus karena Aldi ketahuan tidur dengan cewe setelah dari club. Selain itu, Aldi juga beberapa kali mencoba memperkosa Nadya, dengan berbagai cara pula. Yang terakhir, dan yang paling dibenci Nadya. Aldi memberikan obat perangsang. Untung saat itu Nadya diselamatkan oleh seseorang yang tak dia kenal. Sampai saat ini, Nadya masih menjaga keperawanannya.

Tok-tok-tok

"Nad? Mau diajak makan Aldi di luar." Itu suara Dady-nya dari balik pintu.

"Aku capek, Dad. Mau istirahat dulu." Sahut Nadya dari dalem kamar.

Dia merebahkan tubuhnya di atas kasur, membuka hp-nya. Nadya melihat sebuah grup baru yang muncul. Nadya teringat dia memberikan nomernya pada Eca saat di kelas.

Di deskripsi grup kelas ada sebuah link menuju space chat. Sebuah grup chat yang tidak tercantumkan nama pengirimnya. Sehingga kita tidak akan mengetahui siapa saja yang mengirimkan pesan di grup space chat.

Baru saja Nadya membuka grup space chat, matanya sudah terbelalak dengan sebuah foto yang diunggah. Foto saat Reyzan memberikan seragamnya pada Nadya. Seragam yang sampai saat ini masih berada di dalam ranselnya.

Paan, si. Caper banget ama Reyzan.

Iya, anak baru sok akrab.

Gilak si, dia berani banget deketin kak Reyzan.

Nadya sebenarnya antara paham dan ga paham dengan pembahasan di grup tersebut. Dia tahu pengaruh Reyzan saat dia diganggu oleh Hanzel dan Dion. Tapi dia tak tahu sampai mana pengaruh Reyzan.

Seseorang tiba-tiba mengunggah vidio. Di sana terrekam saat Reyzan menyerahkan seragamnya pada Nadya. Setelah Nadya pergi.....

Nadya menutup mulutnya, kaget.

Reyzan menghantamkan kepala Dion ke meja makan. Kemudian ada dua orang yang datang menahan Reyzan.

Nadya melihat komentar di bawah vidio itu, makin kaget lagi.

Mampus lu, si cari muka!

Makan tu meja!

Nadya sedikit kaget melihat reaksi Reyzan yang menghajar Dion. Entah karena seragam Reyzan atau karena membela dirinya, itu membuatnya tersipu. Nadya lekas mematikan hp-nya, dan tidur dalam angan-angan indah tentang Reyzan.

Tak terasa, malam telah tiba. Cowo-cowo berlarian mengejar bola yang terus menggelinding. Mereka tampak beradu chemistry dan skill mengolah si kulit bundar.

"Ndar, naik!" Seru anak yang tampak sedang sibuk mengatur tempo serangan timnya itu.

Lapangan futsal terbuka di dekat rumah Erza selalu menjadi tempat bermain bagi Erza dan kawan-kawannya. Terkadang juga tim futsal Eden bermain di sana.

"Je, tutup kak Reyzan!" Seru seorang pemain yang melihat Reyzan berdiri bebas. Namun yang betugas menutup Reyzan terlambat datang, dan malah Reyzan berhasil mencetak poin.

"Udah-udah. Sekarang istirahat dulu." Seru Hanzel dari bawah mistar gawang yang dia jaga.

"Zan, lu care banget ama anak baru." Ucap David sambil terkekeh pelan.

"Cie, akhirnya Reyzan jatuh cinta setelah sekian purnama." Sahut Erza, diikuti tawa dari kawan-kawannya yang lain.

"Dih, apaan. Kaga-kaga. Ga asik bocahnya." Sahut Reyzan mengelak dengan candaan kawan-kawannya.

"Kalo lu mau, gua ikhlas kok, Zan." Ucap Hanzel sambil mengusap pundak Reyzan. Mereka langsung tertawa melihat wajah prihatin Hanzel yang dibuat-buat.

"Abis ini maen PS, yok." Ajak Bima sambil mengemasi sepatu futsalnya.

"Jiakh, lu aja kalah mulu." Sahut Hanzel diikuti tawa kawan-kawannya.

Drrrttt....

Sebuah daring panggilan masuk terdengar dari hp Reyzan. Dia meraih hp-nya yang tergeletak di dalam tas sepatunya. Nama Arzan tertera di sana. Reyzan menghela nafas pelan. Pasti ambyar lagi, batin Reyzan.

"Eh, sorry ya, nyet-nyetku tercinta. Gua harus ke abang gua." Ucap Reyzan sambil bangkit dan menerima panggilan masuk itu.

"Yoi, besok lu kaga bolos, kan?" Sahut Bima asal, diiringi tawa dari yang lain.

"Si anjir. Kalo gua bolos, yang ngurusin PR lu siapa?" Mereka tertawa semakin kencang mendengar balasan dari Reyzan.

"Halo, kak. Gua otw, sorry tadi gua futsal." Ucap Reyzan saat duduk di jok mobilnya.

"Buruan, di VIP." Sahut suara disebrang yang terdengar mulai tak stabil karena mabuk.

Reyzan datang ke VIP club and bar setelah mandi. Dia melangkah, melewati penjaga pintu sambil menunjukkan kartu membership miliknya. Dia melangkah menyibak kerumunan manusia yang menari dengan angannya.

Reyzan menemukan Arzan tampak menenggak wyne dari sloki di genggamannya. Dia menghampiri kakaknya itu, menghempaskan pantatnya ke sofa empuk yang disuguhkan.

"Nape lagi, lu?" Reyzan meraih sebungkus rokok yang tergeletak di atas meja. Dia menyulutnya, menghisapnya dalam, dan menghembuskannya bersama udara bersuhu rendah dalam ruang club VIP.

"Bajingan, tau. Cewe gua kemaren abis maen belakang." Arzan membanting tubuhnya ke sandaran sofa.

"Si Camelia?" Tanya Reyzan memastikan, namun dibalas dengan dengusan kesal Arzan.

"Biarin, mah. Kalo lonte, lonte aja." Reyzan menyandarkan punggungnya kembali menghembuskan asap rokoknya.

"Masalahnya, ni cewe selingkuh ama anaknya bawahan gua." Tampak wajah Arzan yang sudah kacau karena mabuk.

"Permisi, kak. Ini ekspreso nya." Seorang pelayan meletakkan segelas kopi di atas meja. Reyzan mengulas senyum sambil menyerahkan tip pada wanita itu.

Reyzan kembali fokus pada kisah Arzan.

"Maksut lo si kontol?" Arzan mengangguk sambil kembali menenggak wyne-nya.

"Andaikan bukan karena profesionalitas, udah gua usir tu orang tuanya." Arzan menggenggam erat sloki yang telah kosong itu.

"Bener, tapi mending lu tenang dulu. Gua tau desakan bokap ke elu, tapi lu jangan asal ambil cewe." Reyzan menyeruput kopi di cangkirnya. Dia menatap ke arah DJ yang sedang asik memainkan musik.

"Ni, gua kasih hiburan. Tapi lu jangan pake hati." Ucap Reyzan sebelum berdiri.

Pukul 3 dini hari, VIP club and bar mulai sepi. Wanita yang sejak tadi berdiri di atas panggung, kini duduk bersama dua remaja. Meski  salah satu dari mereka telah teler, wanita itu tak terganggu dan tetap mengobrol dengan lelaki yang menikmati secangkir kopi.

"Oh, dari Jogja. Pantes ada nuansa-nuansa musik tradisionalnya." Sahut lelaki itu.

"Nama kamu siapa?" Tanya sang wanita itu sambil menenggak segelas martini- nya.

"Aku Reyzan, Kak. Kalo kakak?" Reyzan menghembuskan kembali asap rokok dari mulutnya.

"Asti Ajeng Rahayu, cuma nama panggung aku Ast. Nama asli aku jangan disebarin, ya. Soalnya semenjak pindah ke jakarta, aku selalu pake nama Ast." Asti menekan kalimat permintaannya sambil tersenyum manis.

"Aku udah sebatang kara dari kecil. Terus aku gede di lingkungan pasar kembang, untungnya aku ga harus kehilangan perawan ampe sekarang. Ya, mungkin emang jalannya aku jadi DJ." Asti menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa sambil menerawang langit-langit VIP club.

MONSTER inside MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang