Manis sekali gadis itu, walau tubuhnya sudah terjemur beberapa jam dibawah mentari tapi tak menghilangkan aura cantiknya.
Ganendra kemari, cepat, semua orang sudah bersiap ini latihan terakhir kita!, seru Keenan di tengah lapangan memanggil ku untuk segera bergabung.
Aku berlari-lari kecil mengikuti alur barisan.
hey bro kau lihat cewe cantik tadi ga? tanya ku basa-basi.
ah engga bro engga liat tuh, tukas Keenan agak malas, matanya langsung mengalihkan pandangan, pura-pura tidak melihat, takut-takut aku menyangka bahwa ia tahu.
Mungkin sebenarnya Keenan sudah tahu cuma mungkin dia malas menanggapi. Bisa jadi anak kurus itu menyukainya. Pikir Keenan singkat, melengos meninggalkan ku di barisan ujung menuju ke tengah barisan.
Aku masih senyam-senyum memperhatkan gadis cantik tadi yang celingukan mencari temannya. Tidak ketemu. Pasrah. Aku mengikut dibarisan ujung, tak peduli siapa orang disebelah ku . Latihan sore itu berjalan lancar. Tak ada satu pun yang mendapat hukuman karena tak ada yang melakukan kesalahan. Sungguh hari ini sangat menyenangkan, aku bisa berleha-leha sebentar, seperti biasa menikmati angin laut berhembus meniup anak rambut.
Tak lama seorang gadis datang mendekati ku, tapi ku pikir dia hanya duduk saja di dekat ku, memang benar, padahal memang dia biasa duduk disitu, keduanya sama-sama menyukai desiran ombak. Hening sejenak. Dag dig dug hati ku berdegup kencang, sungguh aneh tidak seperti biasanya.
Selama 17 tahun aku tidak pernah merasakan mencintai seseorang. Sungguh aneh, keduanya tetap hening tak ada yang memulai pembicaran padahal keduanya duduk bersampingan.
Ini selalu terjadi selama sebulan berturut-turut. Aku senang memandanginya, walau dia tidak terlalu terlihat peduli kepada ku yang selalu duduk dekat dengannya. Hati ku berkecamuk. Bingung. Rasanya ingin. Ahhh sudah lah tak bisa aku tak bisa membayangkan rasanya aneh.
Dasar Ganendra umpat ku dalam hati. Tapi lama-kelamaan rasa itu hilang, mungkin karena sudah biasa melihatnya duduk disitu dengan warna kulitnya yang tidak rata karena selalu terpapar sinar matahari.
Aku tidak tahu pasti siapa dia, dia memang selalu ada setiap baris-berbaris dan selalu berdiri di tempat yang sama, 2 baris dari ujung kanan urutan ke tiga dari depan. Aku sudah beberapa kali mencoba untuk mendekatkan barisan ku tapi apa daya, semua orang yang berada di dekatnya memang sudah biasa berbaris disitu.
Tapi entahlah setelah pelatihan itu berlalu, berbulan-bulan lamanya aku tidak pernah melihat lagi batang hidungnya. Aku tak tahu darimana asalnya, tak tahu juga siapa teman-temannya. Pikiran kosong kembali melalang buana. Tentang gadis cantik paskibra yang sangat manis, bola matanya coklat terang, rambutnya pendek sebahu, tatapan nya sangat manis.
Ah sudahlah, jika pikiran ku terus diadu rusak sudah rencana lain, yang ada hanya kebanyakan pikiran, melamun, menangis tidak jelas atau apalah. Aku Ganendra anak yang lumayan cengeng. Walau tidak cengeng-cengeng juga sih.
Kebetulan sekali setelah seribu purnama, organisasi ini mengadakan pertemuan kembali, pertemuan yang sama seperti bulan-bulan lalu, bedanya ini adalah pertemuan semua sekolah, harap-harap insan ini, aku maksudnya dapat melihat kembali gadis cantik itu, sedikit mustahil tapi tak apa mungkin berharap kepada pencipta takdir. Jikalau saja dikabulkan aku sungguh bersyukur.
Jam 7 pagi tepat semua peserta sudah duduk di kursi masing-masing yang sudah di sediakan oleh panitia. Seperti biasa Keenan bersama ku walau beda sekolah tetap saja anak ini akan selalu menempel dengan ku. Celingukan mata ini tak henti-henti mencari gadis berambut pendek itu.
Ah tidak ketemu, belum putus asa aku meminta izin meniggalkan kursi itu berputar, kali-kali gadis cantik itu tidak sengaja berjalan-jalan dan menabrak ku. Ganendra kamu kebanyakan berkhayal. Cukup. Tak kunjung ku temukan gadis itu, aku kembali membanting halus tubuh ini ke kursi saking kesalnya.
Padahal menurut kesehatan itu sangat buruk untuk tulang lutut. Tapi sekali-kali tidak apalah. Meluapkan rasa kesal cemberut. Keenan memperhatikan raut wajah ku yang tak begitu mengenakan.
Tak mau mengganggu, ia hanya melirik sekilas, tak bertanya. Memang kebanyakan orang butuh bela sungkawa atas keputusasaannya. Tapi aku tipe orang yang butuh duduk tenang, tanpa di ganggu. Jangan sok tau. Acara dimulai, pembawa acara mulai membacakan urutan acara hingga urutan acara terakhir yaitu penutup.
Tiba-tiba pintu di belakang terbuka kecil membuat semua orang mengalihkan perhatiannya kepada sang pembuka pintu. Walau tidak terlalu besar sih suaranya. Tetapi cukup mengganggu. Derit pintu itu tertutup lagi. Menunjukkan seorang gadis berambut pendek lebih sedikit dari bahu dan mata coklat terangnya yang khas.
Aku melotot, berbinar, wah ini dia putri cantik yang kutunggu hati ku dag dig dug. Tenang Ganendra. Keenan melirik ku sekilas, seakan dia sudah tahu apa yang aku rasakan.
tuh udah datang orang yang kamu cari, sembari menyikut lengan ku jahil.
syutt jangan merusak acara khidmat ini Keenan, omel ku, padahal aku sudah baper daritadi.
alah jangan bohong aku tau dari raut mukamu yang berseri-seri itu Keenan menggeleng tertawa kecil. Gadis itu duduk di kursi paling ujung. Wajar saja dia terlambat.
mohon kepada peserta yang terlambat harap melakukan push up 50 kali untuk perempuan dan 100 kali untuk laki-laki suara pembina memecahkan keheningan saat beberapa peserta terlambat mulai masuk.
Aduh wahai Ganendra bila saja kamu bisa menggantikan gadis itu untuk push up pasti sudah ia lakukan, dasar. Tapi mau bagaimana pun ia tetap mendapat hukuman. Aku menatap gadis itu dari kejauhan, cantik sekali anak itu batin ku sambil senyam-senyum.
hayo, tidak usah berbohong Ganendra lebih baik kamu samperin tukas Keenan jahil lagi-lagi menyenggol lengan ku.
kamu bisa diam engga sih Keenan?, seru ku sebal dan malu. Keenan terdiam cekikikan. Forum itu tidak boleh disertai candaan sebenarnya.
Gadis itu selesai melakukan push up 50 kalinya, dari wajahnya terlihat lelah, mungkin tadi dia sudah berlarian menaiki tangga aula, terlambat, push up juga.
terimakasih Martha silahkan duduk, seru seorang pembina.
Oh jadi namanya Martha, nama yang bagus batin Ganendra. Acara itu berlalu begitu saja tak ada yang spesial, dilakukan seperti biasa. Bagaimana nasib ku?, apakah aku berani menumpahkan perasaan rindu ku kepada gadis cantik bermata coklat terang itu?. Sungguh kau terlalu berharap, karena jawabannya adalah tidak.
Aku tetap membeku di kursinya dan tidak pergi kemana-mana hingga gadis itu beranjak serta Keenan yang menyeret lengan ku untuk keluar aula.
Masih terbayang bagaimana bodohnya aku yang tidak berani menyapa gadis itu, padahal acara sudah selesai, bisa saja aku berlari mengejar perempuan pujaan hatinya. Tetapi memang begitulah, badan seakan kaku, hati diam tak berdetak seakan beku serta lidah yang kelu. Walau hanya sekadar menyapanya.
Hallo Martha, kamu Martha kan?, loh Keenan mendahului langkah ku ini tak bisa dibiarkan.
Seketika tubuhnya menghangat seperti tiba-tiba dapat bergerak. Aku berlarian kecil menghampiri Keenan temannya. Di depan aula mereka berjabat tangan. Aku menatap Keenan yang sudah akrab dengan gadis yang bernama Martha itu. Gadis berkulit coklat khas orang jawa itu membalas jabatan tangan Keenan.
loh kalian sudah saling kenal kah? tanya ku bingung.
memang Ganendra, dia tetangga ku sahut Keenan santai.
Kenapa tidak kau bilang dari awal Keenan!. Batin ku geram, Keenan mendekat membisikkan sesuatu ke telinga ku, yang membuat bola mata melotot kemudian seketika melirik Keenan sinis. Keenan menunjukkan muka tanpa dosanya, cekikikan. Kau tau? Apa yang Keenan katakan?.
Martha adalah tetangganya, kenapa Keenan tidak memberi tahu? Karena ia hanya ingin aku berusaha mengenalnya dan mengapa dia berjabat tangan seakan-akan baru mengenal Martha? Karena ia ingin memancing perhatian ku. Karena Keenan sudah geram dengan temannya yang tak kunjung menjabat tangan Martha gadis cantik bermata coklat terang itu.
Pupus sudah rasa malu ku, aku merasa senang hari itu, akhirnya bisa mengenal gadis cantik yang sering ia lihat di pinggir pantai setiap istirahat sore.
KAMU SEDANG MEMBACA
AQUAMARINE
Science FictionAku ingin membuat ibu ku bangga, terlepas dari segala cobaan hidup yang berat, akan ku tempuh untuk mencapai cita-cita yang bahkan tak ku sangka. bagaimana perjalanan ku? baca sampai habis kawan