Hinata bangun dari tidurnya dengan kepala yang sangat pusing. Ketika melihat sekeliling, beberapa snack makanan berserakan, mengotori lantai kamarnya.
Hinata tidak merasa memakan semua makanan ringan itu, ia beranjak dari kasur, memungut sampah makanan itu seraya terus berpikir apa yang ia lakukan semalam.
Ketika sibuk memunguti sampah, ia menoleh pada cermin di sebelah meja belajarnya. Ia mendapati dirinya tidur dengan seragam sekolah. Selama ini, Hinata tidak bisa tidur jika tidak membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, ia gadis yang sejak kecil di ajarkan untuk bisa mengurus tubuhnya.
Kali ini, sudah kesekian kali, Hinata mendapati dirinya yang terlihat lalai dan abai pada tubuhnya sendiri. Dan Hinata sama sekali tidak ingat apa yang ia alami kemarin, terakhir, ia menangis ketakutan melihat Naruto mengamuk di kantin yang menghajar Toneri. Itu ingatan terakhir yang tinggal dalam memorinya.
"Aku mulai takut dengan diriku sendiri." Hinata berbisik, ia melihat sekeliling kamarnya yang sepi dan rumahnya yang selalu tak berpenghuni.
"Aku.. aku harus menelepon Dokter Konan." Hinata menggigit bibirnya gelisah, ia segera membuang sampah Snack ke dalam tong sampah di kamarnya, dalam keadaan kusut, ia mencari ponselnya di ranjang. Ia mencari kontak seorang psikiater yang rutin ia hubungi untuk konsultasi semenjak keanehan yang di alaminya terus menggentayangi.
Hinata menunggu dering ponselnya bersambut dengan Konan, lama menunggu, suara berat dan terasa lembut itu menyapa.
"Kenapa Sayang? Sepagi ini kau menelepon, ada masalah?" Konan terdengar hangat menyapa, tahu kalau Hinata sudah menelepon itu berarti kejadian aneh menimpa gadis itu.
"Konan-san, aku merasa aneh lagi. Saat aku bangun, kamarku berantakan oleh Snack makanan, aku tidur tanpa membasuh tubuh dan aku merasa sangat aneh untuk mengingat hari kemarin."
Terdengar helaan napas di sebrang sana.
"Apa kau yakin itu bukan karena Naruto mengunjungimu?"
Hinata menggigit bibirnya. "Aku yakin bukan, Naruto tidak suka kamar berantakan. Dia bukan orang yang serampangan ketika berada di kamarku. Lagipula, kami sedang bertengkar."
Terdengar decakan Konan, dokter kejiwaan itu seperti ikut merasa resah.
"Sepertinya, Hina memakai tubuhmu lagi,"
Hinata mengepalkan tangannya mendengar itu, Hina, begitulah Konan memanggilnya. Sebab gadis yang memiliki kepribadian bertolak belakang dari apa yang Hinata miliki menyebut dirinya bernama Hina. Sosok itu pernah datang menemui Konan, saat itu, Konan pikir itu Hinata yang mendatangi dirinya untuk berkonsultasi.
Tetapi, keanehan sikap yang di miliki Hinata membuat Konan curiga. Hinata yang aseli suka memakai pakaian manis, seperti bando atau jepitan kupu-kupu, memakai warna yang senada juga sikap sopannya yang melekat. Tetapi, pada hari itu Hinata tidak berperilaku demikian, Hinata yang waktu itu menemuinya memang tersenyum, tetapi senyum itu senyum angkuh, matanya terlihat tajam dan pakaiannya cenderung berwarna gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESIF
FanfictionHubungan yang menguji kewarasan dan selalu diintai dengan pembalasan, tidak ada yang boleh mendekati kekasihnya. Begitulah pikir Naruto. Hinata Hyuuga adalah pusat kegilaan lelaki itu.