"Aku menyukai mawar merah."
"Kenapa?"
"Hanya karena aku suka warnanya."
"Warnanya?"
"Seperti darah."
Masih segar di ingatan Hinata tentang kalimat kekasihnya, mungkin terdengar sepele untuk mengetahui apa yang paling disukai kekasihnya. Tetapi, mengenai mawar merah, tentu bunga itu cukup ikonik di sepanjang perjalanan ia mengenal Naruto. Bahkan Hinata pernah hampir di cekik begitu dirinya menjatuhkan pot bunga mawar merah milik kekasihnya hingga pecah.
"Hinata, kau tidak apa-apa? Wajahmu tampak pucat?" Sakura menumpu dagunya dengan tangan, memandang Hinata dengan raut khawatir.
Hinata menyelipkan helai rambutnya ke belakang telinga. Lalu tersenyum. "Tidak apa-apa," Hinata berusaha mengenyahkan kejadian kemarin bersama Naruto.
Sakura terkekeh, "Apa kau senang dengan perubahan Naruto?"
"Uh?"
"Lihatlah, Naruto mengantri dengan sabar di konter pudding hanya untukmu." Sakura menyikutnya untuk melihat Naruto yang mengikuti antrian dengan khidmat, ia pun memerhatikan Naruto yang kini sudah berjalan ke arahnya, ada seorang gadis yang hampir membuat nampan makanannya terjatuh. Gadis itu kontan menunduk meminta maaf berkali-kali dengan wajah ketakutan, tahu jika Naruto orang yang intoleran.
Tetapi,
Lihatlah sekarang,
Naruto terkekeh dan ikut membungkuk, tidak merasa keberatan, sikapnya itu kemudian di pandang aneh oleh gadis tersebut. Begitupun orang-orang yang melihatnya, termasuk Hinata. Sakura menaikan sebelah alisnya.
"Bukankah aneh? Naruto terasa berbeda, dia tersenyum sangat ramah." Tutur Sakura terlihat senang, meski tidak pernah berpikir Naruto memiliki sikap semacam itu.
Hinata memilin bibirnya ketika Naruto sampai di meja mereka, lelaki itu duduk di sebelahnya dan memberikan pesanannya. Tak lama Sasuke datang dengan membawa pesanan Sakura seraya menggerutu, mungkin karena pesanan kekasihnya sangat banyak.
"Naruto, kau beruntung karena Hinata tidak banyak meminta dan tidak membuat bawaanmu penuh." Sasuke berkomentar begitu melihat apa yang Naruto beli untuk Hinata hanya sedikit, sedangkan Sakura berpikir kekasihnya dapat berubah menjadi gurita dan memesankan semua yang ia mau.
"Apa maksudmu?" Sakura menegur sengit.
"Maksudku, aku lebih beruntung karena kekasihku sangat suka makan. Aku belum selesai bicara, sayang. " Sasuke tersenyum ceria, bahkan ekspresi itu sangat aneh di wajahnya yang kaku. Hanya Sakura yang dapat membuat Sasuke terlihat sangat palsu seperti itu dengan cengiran andalannya yang aneh.
Sakura mendengkus, lalu mengambil tumpukan marshmellow kesukaannya.
Hinata mulai memakan makanannya, sedangkan dari yang ia lihat Naruto memakan roti yang di belinya. Mereka memutuskan tidak memakan makanan berat karena bosan dengan menu yang tersaji, membuat tak ada satupun diantara mereka yang membawa nampan nasi. Kecuali Sasuke yang hanya mengambil sup tomat karena lelaki itu tak pernah bisa melewatkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESIF
FanfictionHubungan yang menguji kewarasan dan selalu diintai dengan pembalasan, tidak ada yang boleh mendekati kekasihnya. Begitulah pikir Naruto. Hinata Hyuuga adalah pusat kegilaan lelaki itu.