Ribuan tahun yang lalu ...
Dunia yang belum sepenuhnya terjamah tangan-tangan manusia, dunia yang hanya berjalan begitu saja seperti aliran air yang tenang.
Hanya predator yang membuat si mangsa waspada, hanya predator yang bersaing dengan sesamanya siapa yang terkuat, dan hanya alam yang membuat dua kelompok itu ketar-ketir.
Namun tidak begitu saja segalanya terbebas berjalan sesuai apa adanya.
Dibalik keseimbangan antara hewan dan alam, ada kelompok yang jumlahnya tak seberapa yang bertugas menjaga keseimbangan hewan agar tetap hidup sebagaimana.
Mereka yang menjaga keseimbangan hewan di dunia kala itu adalah mereka yang disebut sebagai Takdir Hitam.
Mereka bukan manusia tapi juga bukan hantu, mereka adalah sebentuk roh yang berwujud layaknya manusia biasa ataupun bentuk apa pun yang mereka inginkan namun kebanyakan dari mereka memilih berwujud manusia.
Sebentuk roh yang tidak dapat dilihat wujudnya, didengar suaranya, dan dirasakan keberadaannya oleh selain sesama mereka atau seekor hewan.
Mereka yang terlahir sebagai Takdir Hitam memiliki kehidupan yang individu. Ketika sudah cukup dewasa, mereka akan memecahkan diri dari kelompok atau keluarga mereka untuk hidup sendiri dan menjalani tugas mereka. Mengembara mencari sesuai tempat yang belum mendapat keseimbangan yang layak.
Takdir Hitam memiliki jangka hidup yang abadi sebagai roh karena mereka memiliki tugas yang menjaga keseimbangan hewan dengan selalu berada di wilayahnya dan ini yang membuat mereka sangat kesepian.
Mereka tidak terlihat, terdengar, ataupun dirasakan oleh orang atau makhluk lain seperti manusia yang memiliki banyak rasa dalam hidup mereka.
Kehidupan mereka seperti menyatu dengan angin. Mereka adalah sosok individu tetapi hal itu tak dapat memengaruhi jiwa terdalam mereka yang menginginkan seorang teman ataupun seorang pasangan.
Dan mengapa mereka dinamakan sebagai Takdir Hitam adalah karena takdir mereka begitu mutlak. Sendiri. Sepi.
Melihat bagaimana para manusia di sekitar mereka hidup, mereka juga menginginkan hal yang sama. Seorang teman. Tapi suara mereka tak dapat di dengar. Sosok mereka tak dapat dilihat. Keberadaan mereka tak dapat dirasakan. Hanya para hewan yang dapat melihat mereka dan hal itu tak memuaskan jiwa kesepian mereka.
Karena mereka ingin berbincang.
Kala mereka tak dapat menahan kesakitan jiwa mereka yang sepi, mereka akan mengeluarkan aura terdalam mereka dan itu dapat dirasakan oleh para hewan yang berada satu lingkup aura mereka yang akan membuat para hewan mengaumkan suara mereka ke arah langit, ikut berkabung.
Dan mereka sendiri pun akan menyanyi untuk diri mereka sendiri, menghibur diri, dan menyembuhkan diri.
“Aku tidak tahu harus bagaimana jika aku terlahir sebagai Takdir Hitam.” Lee bergumam sedih, tanpa sadar menyela Shino yang bercerita.
“Kau sendirian dan sendirian.” Neji mengomentari dengan nada pelan, ikut prihatin ternyata.
Shino berdehem kecil, membenarkan.
“Mau bagaimana lagi? Itu takdir mereka.” Shikamaru menyahut.
“Yak! Kau tidak berperasaan!” Kiba menyalak pada Shikamaru, kesal akan jawaban pria itu. Dia yang awalnya tidak setuju pada teori Shino kini mendengarkan dengan baik-baik cerita pria itu. “Lanjutkan, Shino!” masih kesal, Kiba menyuruh Shino untuk melanjutkan ceritanya.
Hal yang paling menyakitkan bagi para Takdir Hitam adalah ketika mereka harus merelakan suatu kehidupan hewan yang harus gugur seperti diterkam lalu dimakan oleh hewan lain untuk menjaga keseimbangan rantai makanan para hewan, terlebih ketika bencana alam terjadi. Mereka harus merelakan jiwa-jiwa gugur untuk mengurangi populasi yang melebihi batas.
![](https://img.wattpad.com/cover/328649932-288-k613881.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
IT DOESN'T TAKE YEARS [ SasuNaru ] ✓
Fanfiction[ Six Universe ] Sebuah mumi menyerupai rubah ditemukan di tanah Konoha, desa tersembunyi di salah satu kota besar. Melihat mumi yang baru ditemukan, salah satu anggota tim ilmuwan penemu mumi tersebut memberikan suatu cerita yang sudah lama tak did...