"Kenapa sih?" Lirik Maghara mengamati mata Maska yang menyipit.
"Ngantuk!" jawab Maska ngegas.
Cowok itu menarik lengan jaketnya sedikit. "Masih jam 8 kurang. Biasanya juga tidur lewat tengah malem."
"Harus banget ya kita cuma mau makan nasi goreng aja sampai ke sini?"
"Yang penting jam makan malam kita nggak telat telat amat."
"Kan bisa lo beli deket rumah terus di makan di rumah gue," protes Maska memberi saran, meski sudah terlambat.
"Bosen ah. Tiap bertamu ditatap sama banteng mulu. Kalau di sini kan sekalian cari suasana baru," ngelesnya.
"Dih, bilang aja lo ngajak gue ke sini karena nggak mau ada orang yang lihat kita jalan bareng."
"Tuh, pinter."
Bibir Maska komat kamit, seraya menerima piring berisi nasi goreng penuh beserta pelengkapnya. Sementara Maghara hanya menunduk, menahan tawa.
"Dihabisin. Perjalanan kita balik ke rumah itu kurang lebih 1 jam."
"Kalau gitu besok gue berangkat sekolah telat ya," beritahu Maska sebelum menyuap makanannya.
"Kenapa gitu?"
"Ya kan lo ngajak gue keluar jarak jauh malem malem gini. Selain udara dingin dan mata gue yang pedes, ini kaki sama badan gue pasti pada pegel pegel semua besok pagi!"
"Terus kalau lo telat, ketemu sama gue, habis itu hukumannya lari lapangan. Apa nggak makin pegel pegel itu kaki?"
"Ya, setidaknya gue punya waktu tidur yang lebih dari biasanya!" kesal Maska masih belum mereda.
Maghara tahu jika Maska ingin seperti orang-orang yang pacaran secara normal. Keluar tanpa harus pakai masker, bisa ngobrol bebas sambil pegangan tangan selama sekolah, atau posting potret berdua di akun sosmed masing-masing.
Sebelum mengambil gelas berisi es teh di bawah, Maghara lebih dulu menangkap tangan Maska. "Maaf kalau kita belum bisa kayak orang-orang."
Kelemahan Maska selain make-up, ya raut muka Maghara yang memelas seperti malam ini. Ia menarik kembali tangannya, melanjutkan tujuannya semula.
"Nggak usah ngomong maaf kalau ujung-ujungnya sama aja, Ra. Nggak ada perubahan yang terjadi setiap lo ngomong maaf ke gue."
_
Hari ini, di sekolah masih sama seperti hari-hari kemarin. Ada beberapa anak yang bermain bola di lapangan, duduk bersantai di pinggir koridor dengan bergosip, atau anak-anak yang memakan snack dari kantin sambil berjalan, juga seseorang yang tengah menunggu balasan chat dari pacarnya.
"Berhubung besok itu ada pemilihan tim pasus yang maju lomba baris berbaris bulan depan, gue jamin besok kita nggak bakal ada jam olahraga!" seru Lia menggebu.
Maska mengunci ponselnya. "Lo tahu dari mana?"
"Udah kesebar ceritanya. Lo aja yang selalu kudet."
Dalam diam, Maska baru ingat. Maghara juga anggota pasus kan?
"Menurut lo, siapa aja yang bakal masuk?"
"Eungg ... yang pasti sih kak Maghara ya. Yang lain mah bukan pemain dominan."
Seharusnya Maska juga tahu akan hal itu. Selain ketua OSIS, Maghara juga aktif di beberapa ekstrakurikuler. Pasus, pramuka, juga teater. Tak heran kalau kata-katanya selalu berhasil menghipnotis Maska.
"Oy! Kenapa lu? Malah bengong."
Yang sedang berlari-lari di otak Maska saat ini ... kenapa Maghara tidak mengatakan apapun, padahal semalam mereka baru saja ketemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET WITH YOU
Teen Fiction"Cieee!" "Lo salah paham. Indi lagi sakit dan gue cuma bantu gendong dia ke UKS." "Emang cowok di kelas lo cuma lo doang?" "Gue ketos, Ka. Lo ga lupa itu kan?" "Iya gue nggak lupa. Tapi gue inget banget waktu gue pernah pingsan dan posisinya lo jadi...