Tidak Pernah Tuntas

33 1 0
                                    

Karena bosan, Maska meminta izin untuk pergi ke toilet di jam pelajaran. Alih-alih pergi ke toilet, Maska malah mangkal di koridor lantai 2, sambil melihat anggota pasus yang masih melakukan latihan.

Maska bisa melihat Maghara dengan jelas dari tempatnya. Cowok itu dengan gagahnya melakukan setiap gerakan yang ia komandoi sendiri.

Setelah insiden tadi pagi, Maska masih belum mendapat chat dari Maghara. Tak berharap banyak memang. Hari-hari biasa pun, Maghara sangat jarang mengirim chat ke Maska ketika masih di lingkungan sekolah. Ia takut ketahuan oleh teman-temannya.

"Maska." Seseorang memanggilnya dari arah tangga.

Maska segera memutar badan. Takutnya jika ia ketahuan guru tidak mengikuti pelajaran, malah menonton anak pasus latihan.

"Oh, Gavin. Ngagetin aja."

"Lo ngapain di sini?"

"Tadinya sih mau ke toilet. Lo sendiri habis dari mana?"

Maska baru ingat, Gavin memang belum masuk ke kelas sejak tadi selesai jam olahraga.

"Gue habis dari ruang UKS."

"Ngapain? Kayaknya lo sehat-sehat aja deh gue lihat."

Tentu saja Maska ragu. Beberapa jam tadi, orang yang mengenainya dengan bola penuh lumpur, itu Gavin. Dia masih punya tenaga untuk menendang bola sekencang itu.

"Iya, habis olahraga tadi kepala gue pusing."

"Harusnya yang pusing kan gue, Vin."

Tanpa aba-aba, tangannya langsung menyentuh bagian pelipis Maska. "Sorry, ya. Masih sakit banget?"

Maska sedikit melangkah mundur, menghindari sentuhan Gavin. "Udah nggak sakit kok."

"Gu—"

"Vin, gue pergi dulu ya. Udah kebelet!"

Maska berlari kecil menuju turunan tangga. Sementara Gavin masih berdiri di tempatnya. Memastikan Maska benar-benar menghilang dari pandangannya. Sambil tersenyum kecil.

Rupanya, kejadian itu disaksikan oleh Maghara dari kejauhan. Ia sedang memerintah ke barisannya untuk parade. Sementara ia mengamati pergerakan yang dilakukan Maska dan Gavin, di koridor lantai 2.

Dan tanpa Maghara sadari, ia telah melupakan pasukannya.

'Bruk!'

Salah satu dari mereka ada yang pingsan. Sontak semuanya bergegas mengakhiri barisan. Tak kecuali, Maghara ikut mengecek keadaan salah satu anggotanya itu.

"Ren, bawa ke UKS sekarang."

"Oke, Ra."

"Yang lain, latihan kita lanjut besok pagi. Dan ingat semuanya! Yang merasa tidak enak badan atau belum sarapan, jangan memaksakan diri untuk ikut latihan! Mengerti?!"

"Siap, mengerti!"

Setelah memerintah, Maghara segera menyusul Rendika dan anak yang pingsan tadi. Yang sepertinya dia adalah adik kelas, satu angkatan dengan Maska. Maghara belum mengingat semua nama anggotanya.

"Ren, gimana?"

"Aman. Udah siuman tuh anaknya. Bu Lina baru buatin teh anget di kantor."

"Kenapa sampai pingsan? Belum sarapan tadi pagi?" Karena melihat anak itu sudah kuat bangun, barulah Maghara bertanya.

"I-iya, Kak. Maaf, tadi pagi lupa sarapan dulu."

"Lo tahu, karena insiden ini latihan hari ini sampai gue bubarin. Kalau besok gue lihat lo masih belum sarapan dan bikin ulah kayak gini lagi, mending lo mundur dan nggak usah masuk ke tim."

BACKSTREET WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang