prolog

1.9K 321 59
                                    

Sasuke mengerling, melirik segelas kopi dingin yang sudah tandas separuh dengan dengusan pelan. Wajahnya suntuk, menahan muram yang teramat sangat setelah insiden satu minggu lalu berkat Naruto Uzumaki membawanya ke tahap merana sejauh ini.

Ada sebuah situs bernama Kinder yang sengaja dipamerkan untuk mereka, si para lajang sejati mencari partner yang sesuai untuk dikenalkan dengan bayaran perbulan. Sasuke sedikit merasa kesepian dan jenuh, serta membutuhkan uang banyak sebelum badai bernama Naruto datang dan mendaftarkannya ke situs tersebut sebagai si calon penyedia jasa.

Notifnya berbunyi kemarin, tepat di jam satu siang yang terik dan Sasuke tertegun karena sebuah kotak masuk dari anonymous memintanya bertemu. Seseorang menawarkan nominal yang tidak sedikit dan membuat dompet keringnya menjerit senang, histeris lebih tepatnya karena sebentar lagi durian runtuh menghampiri.

Sasuke tidak berpikir panjang dan tanpa diketahui rekan-rekannya, ia memilih datang ke sebuah tempat sesuai kesepakatan. Romanos Caffee yang berjarak kurang lebih lima belas menit dari kantor tempatnya bekerja.

Lonceng itu berbunyi dan Sasuke melirik untuk melihat seorang gadis berperawakan tinggi dengan rambut panjang terkepang serta kacamata bundar melamun di sana. Seolah sedang mencari sesuatu dan ada magnet tersendiri ketika Sasuke mengangkat alis, mata mereka bertemu satu sama lain.

Gadis itu mendekat, meremas tas punggungnya dengan tatapan cemas. "Kau bernama Sasuke?"

"Ya," balas pria itu dingin. "Kau anonim itu?"

"Oh, ya, anonim."

Gadis itu terburu-buru duduk dan tersentak karena dia belum memesan minum. Gesturnya teramat canggung dan kaku, yang membuat Sasuke mengernyit bahwa gadis ini baru saja pulang dari bimbel alih-alih pekerja industri.

Apa dia disewa oleh gadis remaja menengah atas?

"Aku pesan minum dulu," ujarnya lalu bergerak bangun dan membayar segelas minuman dingin.

Sasuke menarik napas bosan. Memandang tas besar yang kemungkinan berisi buku bacaan, catatan atau binder. Entahlah apa namanya, yang jelas mereka seperti ingin berbagi ilmu dan bukan membahas kencan bayaran.

"Namamu hanya Sasuke?"

Kerut itu nampak jelas di dahi. "Kau sendiri?"

"Aku Sakura, Sakura Senju."

Sasuke mendesah pelan. "Aku tidak asing dengan marga itu," tukasnya lalu mengusap wajah. "Kau yang meminta bertemu dan bantuanku. Apa yang kau butuhkan?"

"Kau menjadi kekasih palsuku selama tiga bulan," ucapnya dengan semangat dan Sasuke terdiam. "Aku akan membayarmu sesuai rate."

"Rate?" Sasuke membeo bingung.

Mau ditelisik dari mana pun, gadis di depannya tidak sesuai. Pakaiannya terlalu biasa, murah dan tidak berkelas. Wajahnya terpoles bedak cukup tebal dan Sasuke mengira bahwa dia adalah tepung berjalan. Kacamata bundar itu terlihat mencolok aneh dan terakhir rambutnya dikepang indah, tetapi masih berantakan. Apa dia baru saja dikejar perampok?

"Apa pekerjaanmu?" tanya Sakura setelah menyedot habis kopi susunya.

"Aku bekerja untuk agensi di bidang digital marketing. Kau sendiri?"

Sakura bergumam pelan seraya berpikir. "Pagi berangkat, malam ditahan."

"Maaf?"

"Aku seorang perampok," dan Sasuke pucat pasi setelah mendengarnya.

Sakura mengulum senyum aneh yang membuat Sasuke merinding. "Aku bercanda. Sejujurnya aku bekerja di rumah dan baru saja kembali dari perpustakaan. Tas punggung ini berisi buku pinjaman dari sana."

Sasuke mengangkat alis, melirik tas aneh yang tersampir di kursi dan mendesah. "Katakan saja berapa banyak kau bisa membayarku."

"Kau mau melakukannya?"

"Hanya tiga bulan, kan?" sahut pria itu datar. "Itu sebentar."

Sakura menjalin tangannya di atas meja dan tampak gugup. "Tiga bulan dan setelah itu berakhir. Aku bisa membayarmu sebanyak lima belas juta perbulan dan jika berhasil, akan ada tambahan."

Sasuke tersenyum puas setelah mengulurkan tangan dan gadis itu terperangah karena bingung.

"Sepakat."

***

Dua hari setelahnya.

"Bos, kita butuh kenaikan gaji."

"Berisik."

"Kalau aku demo ke pemerintah, kulaporkan atas kasus penyalahgunaan kekuasaan. Agensi ini memasarkan narkoba dan obat terlarang lainnya biar kau tahu rasa!"

Sasuke mendengus, bersandar jenuh pada kubikel tempat anak buahnya bekerja. Semua orang di sini berisik, selalu banyak mulut walau pekerjaan mereka semua berhasil selesai dengan baik. "Kutraktir kau minum nanti malam."

"Oke, aku tidak bisa menolak."

Naruto mendesah berat dengan gelengan masam. "Mudah sekali membujuk belut rawa satu itu dengan alkohol murah. Dasar lembek."

"Kau punya uang?"

Seseorang dari belakang berjalan dengan segelas air putih di tangan. "Agensi ini hampir bangkrut dan kau selalu kekurangan orang karena klien yang tidak puas. Daripada uang untuk mentraktir minum kami? Kau merampok bank?"

"Aku dengar kemarin polisi menyebarkan daftar pencarian orang dan wajahnya mirip Sasuke," sela Sai berbinar. "Kurasa dia buronan kelas tenggiri."

Sasuke mendengus, tidak lagi bersuara setelah ada tamu lain masuk dan menyapa mereka dengan suara lembut.

"Halo, selamat pagi."

"Nah, ini dia! Karyawan baru yang mau dibayar murah dan seadanya. Ya Tuhan, semoga ada kabar baik dan tidak mengeluh tentang kelakuan Sasuke nanti."

Sasuke berbalik, begitu pula rekan-rekannya yang tertarik untuk melihat seorang wanita berpenampilan modis mahal berdiri di ruangan sempit mereka. Kontras yang membuat Sasuke membeku, terkejut luar biasa.

"Oh, ini yang bernama Sakura?" Sai bersuara kegirangan dan Ino bersiul senang.

Sakura?

Apa ini Sakura senju?

Mengapa penampilannya sungguh berbeda?

.

.

.

tbc.

.

.

.

note:

Ada yang ingat The Man? Haha. konsepnya sama seperti itu cuman yang ini ada genre misterinya. Semoga kalian tetap suka, yaa!

Vigilante ShitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang