Sakura termenung. Menatap sisi wajah pria itu dalam diam. Paras rupawan Sasuke memang mengundang tanya dan penasaran, termasuk dirinya. Ia tertarik karena pria itu adalah kekasih bayaran, mau menemaninya berpura-pura.
Keluarganya tidak akan bertanya lebih jauh karena Sakura dirasa memiliki selera bagus. Hanya saja, mungkin ibunya akan bersikap lain dan berisik. Terutama karena pria ini tidak jelas asal-usulnya, latar belakang dan pekerjaan yang menurutnya di bawah standar. Sasuke tidak akan berhasil masuk ke lingkaran keluarganya.
Manik kelam itu melirik, merasakan hal aneh dari tatapan gadis di sebelahnya. "Apa?"
"Jangan jatuh cinta," ucapnya yang membuat pria itu mencibir. "Di antara kita berdua, tidak ada cinta."
"Kau terdengar percaya diri sekarang."
Sakura menghela napas. Menyadari kalimatnya baru saja bersifat lelucon. Sasuke jelas akan menertawakannya. "Aku paham benar bahwa diriku tidak sesuai dengan seleramu."
"Memang."
Sasuke berdecak, menggeleng pelan. "Aku menemanimu dan hubungan ini bersifat mutualisme. Kita berdua sama-sama mendapatkan keuntungan. Aku tidak ingin melibatkan perasaan di dalam hubungan ini."
Sakura mengulum senyum. "Baguslah. Aku merasa terbebas dari semua urusan tentang asmara."
Ekspresi itu berubah lebih serius. Sasuke penasaran dengan alasan putri konglomerat menolak perjodohan dan memilih mengencani pria murahan macam dirinya. "Apa calon pasanganmu itu tidak sesuai denganmu?"
"Aku tidak ingin menikah," akunya jujur.
Sasuke mendesah berat. "Aku tahu. Tetapi biasanya keluarga kaya menyilangkan pernikahan untuk tetap menjaga kekayaan mereka di satu tempat. Apa cerita Cinderella itu benar ada? Tidak, itu mitos."
"Aku benci Disney," ungkap Sakura kaku.
"Aku juga. Pangeran seharusnya mati membusuk di ruang tamu karena kelaparan. Dia itu miskin."
Gadis itu tertawa yang membuat Sasuke terpaku. Sakura berusaha menahan tawanya lebih jauh lagi ketika berdeham. "Kau lucu. Selera humormu bagus. Tidak sesuai dengan wajahmu yang dingin."
"Kita harus terbiasa satu sama lain agar tidak terendus tentang hubungan palsu ini," kata Sasuke menjelaskan dan Sakura mengangguk. "Membangun kemistri itu tidak mudah, terutama pasangan baru. Mereka akan menuduh dan mencurigaimu berbohong."
"Kalau begitu, kau pandai bersandiwara?"
Sasuke mengangguk. "Mungkin saja. Ada alasan mengapa temanku menaruhku di situs lelang itu dan bertemu denganmu. Aku pandai bernegoisasi."
"Yah, aku cukup beruntung bertemu denganmu."
"Kau orang pertama dan aku berusaha bersikap sebaik mungkin untuk mendapat bintang lima," sahut Sasuke lagi yang membuat Sakura tersenyum.
"Berapa usiamu?"
"Dua puluh tujuh. Kau?"
"Kita seumuran," balas Sakura tanpa ragu.
Sasuke mengangkat alis dengan satu cemoohan. "Aku mengira kau di usia awal dua puluhan. Kau tidak terlihat setua itu."
"Terima kasih," ujarnya sopan. "Aku menyukai penampilanku yang seperti ini. Santai dan menyenangkan. Aku tidak perlu memasang apa pun di depan orang banyak hanya untuk membuat mereka kagum."
Sorot mata itu meredup dan Sasuke melihat itu sebagai sinyal misterius dari sang kekasih palsu. Sakura tidak tertebak dan dia hanya perlu berhati-hati terhadap wanita, terutama karena mereka berbisa. Naruto pernah bercerita jika yang mengalahkan Gidora adalah Godzila perempuan dan Sasuke berasumsi bahwa semua perempuan sama kuatnya dan misterius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vigilante Shit
FanfictionSemula, ini karena ide konyol sahabatnya yang meminta agar dirinya menjadi pacar sewaan dengan nominal murah, tetapi bisa ditawar. Alasan klasik; karena dia sedang BU alias butuh uang. Sayangnya, partner yang menjadi si penyewa sama sekali tidak se...