satu - doom dada

1.1K 189 53
                                    

Sasuke membaca semua yang tertulis di dalam CV wanita itu tanpa terkecuali. Kualifikasi yang dicari oleh agensinya ada pada dirinya dan bahkan Sasuke mendapat paket lengkap dengan bayaran yang bisa ditawar.

Sakura duduk di depannya bersama tatapan sinis menilai. Ekspresi itu berubah, kontras dengan aura cerahnya ketika menyapa anak-anak di luar ruangan. Dia bertemu dengan iblis atau bagaimana? Mengapa wajahnya bisa semasam itu? pikir Sasuke muram.

"Namamu?"

"Di sana sudah tertulis," tukasnya dan Sasuke tertegun ketus. "Oh, ya, baiklah, aku harus memperkenalkan diriku lagi. Namaku Sakura, Sakura Haruno."

Sasuke menarik napas panjang, menunduk menatap tabletnya dengan desisan. Dia bukan Sakura Senju, aman.

Penampilan seorang Sakura Haruno berbanding seratus delapan puluh derajat dengan pacar bayarannya, Sakura Senju, yang memintanya untuk menjadi kekasih palsu dalam kurun waktu tiga bulan dan ternyata banyak uang. Menurutnya, wanita yang duduk angkuh di depannya ini pernah bekerja sebagai sugar baby atau sejenisnya dan membuat dia hidup nyaman bergelimang harta untuk tampil modis. Sasuke berpikiran buruk karena memang sebagian besar perempuan yang dia kenal seperti itu, kecuali Ino, si petasan korek yang bilang anti pria.

"Ingin sesi interview atau apa?" tanya Sakura menahan kantuk. "Kau ini sebenarnya siapa?"

Sasuke ingin tertawa sinis di depan wajahnya. Ia menurunkan tablet, memandang Sakura datar tanpa ekspresi. "Mengapa melamar di perusahaan ini?"

"Aku melihat lowongan ini sejak satu bulan yang lalu dan tidak mendapatkan satu pelamar satu pun yang tertarik membuatku iba," kata Sakura berpura ramah yang membuat Sasuke jengkel. "Ini hanya keisenganku semata. Rupanya lamaranku ditanggapi secepat angin tornado. Wushh. Lagi pula, aku bosan di rumah dan harus pergi bekerja."

Sasuke hanya berusaha untuk tidak membuka mulutnya agar tak ternganga dengan semua alasan yang dilontarkan perempuan aneh di hadapannya. Sakura mau dilihat dari mana pun terlihat seperti ular sisik berbisa, semua orang perlu waspada dan hati-hati. Ia harus segera memberitahu semua orang untuk menendang Sakura secepat mungkin jika dia mengacau.

"Kau mengecat rambutmu?"

Wanita itu mengangkat satu alisnya, meraih anak rambutnya dengan dengusan. "Aku bertanya siapa kau dan tidak dijawab? Sungguh, tidak sangat ramah. Bintang satu untukmu."

"Apa?" suara itu tanpa sadar meninggi dan Sasuke menghela napas panjang untuk bersabar.

Sakura mengulum senyum tipis, tampak acuh tak acuh melihat kejengkelannya sudah memuncak menembus galaksi.

"Aku manajer sekaligus pemilik agensi ini," balas Sasuke sinis.

"Agensi yang sebenarnya ingin bangkrut," sela Sakura yang membuat Sasuke membeku. "Pria berambut kuning itu memberitahu semuanya padaku. Alasan mengapa aku menerima tawaran offering dan bayaran super seadanya dari perusahaanmu."

Ada keinginan untuk memaki dan Sasuke menahan lidahnya tetap diam di tempat. "Kau bisa mulai bekerja. Sekarang. Tolong, jangan banyak bicara dan bersikaplah profesional. Kami menerima sekaligus menghargaimu."

"Oke, bos."

Sakura bangun, mengibaskan rambut panjang yang terikat dan membungkuk formal kepada Sasuke yang mencibir, menatapnya dingin seolah ingin membelah wanita itu menjadi empat bagian. Entah untuk alasan apa, dia benar-benar merasa kesal sekarang. Bagaimana pihak HR dan Naruto merekrutnya sebagai karyawan dengan sesantai itu?

Pintu tertutup dan Sasuke mendengus keras, memijit pelipis yang tidak berdenyut bersama sebaris gumaman untuk membuat dirinya sabar. Ia sudah pusing dengan tiga dedemit, sekarang bertambah satu dewa iblis lagi.

Vigilante ShitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang