empat - all too well

622 113 10
                                    

Ada yang berbeda pagi ini, pikir Sasuke datar. Melihat wajah muram pegawai baru kantornya yang terlihat gelap dan kurang bersahabat. Tidak ada tanda-tanda lingkaran hitam di bawah mata yang menandakan Sakura masih waras.

Sasuke berdeham, membubarkan rapat setelah semua orang memberikan laporan bulanan. Tentu saja kecuali Sakura yang belum mengerjakan apa pun dan masih tahap rencana. "Kalian bisa kembali bekerja."

"Tandatangani cutiku segera," sahut Naruto sebelum melipir pergi membawa kedua temannya kabur.

Hanya tertinggal Sakura yang kerap membuang napas berat dan sedang menyusun tablet serta catatannya.

"Kau tetap di sini," pinta Sasuke datar.

Wanita itu melirik, merespons singkat dan ini membuat Sasuke kebingungan. Ada apa gerangan?

"Ada lagi?"

"Semalam aku melihat iklan dari produk Senju di laman sosial media," kata Sasuke sinis yang membuat Sakura diam. "Mereka sudah mulai memasang iklan lebih awal daripada klien kita. Kapan rencananya?"

"Minggu depan," balasnya.

"Seperti menunggu selama satu abad," sahut pria itu dingin. "Klien menyetujui?"

"Aku perlu menganalisis kompetitor terlebih dulu sebelum beriklan. Kau tidak ingin mengalami kerugian, benar?"

"Aku merasa tenang karena kau mampu melakukannya dan akan mengganti modal yang hilang sia-sia," timpal Sasuke tidak peduli.

Manik hijau itu memandangnya datar tanpa minat. Sasuke meringis dalam hati, membandingkan antara Sakura si anak manja dengan Sakura Senju, kekasih bayarannya. Mereka memiliki kemiripan dari segi nama dan mata, tetapi kekasihnya jauh lebih hangat dan kaku. Sementara wanita ini? Cih, dalam mimpi.

"Kau sepertinya ingin berkelahi."

"Aku hanya ingin makan sesuatu," tandasnya bosan.

"Selesaikan pekerjaanmu dulu."

Sakura menautkan alis, memandang sang bos dengan pandangan sengit sebelum mengangguk. Ia hanya tak ingin membuang waktu untuk berdebat dengan crazy iblis satu itu setelah melalui pagi yang buruk. "Tentu saja. Selamat pagi."

Sasuke memandangi kepergian wanita itu dengan tanya. Tapi toh, itu sama sekali bukan urusannya. Profesional di tempat kerja itu perlu dan Sakura sepertinya baru saja melanggar karena masalah pribadi. Sasuke tidak suka.

"Apa dia membuatmu ingin makan orang?" tanya Sai setelah melihat Sakura keluar dari pintu ruangan. "Ino baru saja melakukan kesalahan."

"Aku sudah minta maaf, sialan."

"Percuma. Bayaranmu bulan ini mendapat potongan karena tidak sesuai. Salahmu sendiri," singgung Naruto yang diberi delikan sinis temannya.

Mata biru itu menyapu Sakura yang baru saja duduk di kursinya dengan dengusan. "Anak baru rentan melakukan kesalahan dan Sasuke seperti anti kritik layaknya pemerintah. Kau harus berhati-hati dan kami akan memaklumi jika itu kesalahan pertama."

"Terima kasih," ucapnya singkat yang membuat Ino bungkam. "Aku akan berusaha sebaik mungkin."

Sai berdecak, menyahut dengan pandangan skeptis. "Aku rasa dia baru saja diamuk Sasuke di dalam. Senta Grup mungkin meminta hal aneh lagi dan Sakura diharuskan mengerjakan tugas neraka itu."

"Tidak. Aku sedikit tidak berselera makan pagi ini dan membuatku cepat lelah," jawabnya yang diberi anggukan Sai. "Maaf. Aku seharusnya lebih profesional."

Ino mendesah pelan. "Kupikir kehidupan orang kaya lurus saja selayaknya jalan tol. Sekarang? Aku tidak menyangka."

"Yang paling penting masalahnya bukan karena uang," tukas Naruto dari mejanya sembari melempar cengiran lucu. "Benar, kan?"

Vigilante ShitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang