BSP #7

456 50 2
                                    

Singto membawa Krist ke apartemen nya. Pandangan Krist beredar ke sekeliling ruangan apartemen si tampan yg didominasi warna gelap. Cukup mewah lah, mirip-mirip kaya apartemen nya tapi masih cerah dan aesthetic an apartment dede Kit. Kita iyain aja kali ya daripada ini kura-kura ngambek di grauk singa tambah burik kita nya.

Singto meletakkan tas nya dan tas Krist di meja ruang tamu. Ini habis digebukin malah di jadiin babu, Krist doang yang bisa. Mana sekarang dianya keliling ruangan tanpa rasa bersalah lagi. Tapi mending sih untung ga ngamuk-ngamuk lagi. Bahaya kalo ngamok.

"Selesai toure nya? " Tanya Singto.

Krist menoleh baru sadar kalau dia dari tadi keliling ga jelas. Krist mengangguk kemudian ikutan duduk di sofa. Agak jauh jarak nya, antisipasi kalo Krist kerasukan lagi gara-gara liat muka abang yg ngeselin banget.

"Selama kamu diskors kamu tinggal sama saya disini. Setiap hari harus bangun pagi, bersih-bersih lalu sarapan kalau bisa masak ya masak sendiri kalau tidak ya beli, ikuti kelas online tanpa ada satupun kelas yang di skip ataupun tidur saat kelas berlangsung. " Jelas Singto.

"Kok lo bacot sih? Perasaan ortu gue ga se cerewet lo dah napa jadi lo yg repot? " Sinis Krist yang membuat Singto jengah. Ga ngerti ngerti juga ini anak.

" Ya karena orang tua kamu gaperduli! Saya yang perduli. " Ucap Singto.

"Sialan, kata-kata lo nyakitin bangsat! " Protes Krist pada perkataan Singto yang kurang ajar tadi. Si abang mah bodoamat udah jengkel juga dia. Dipikir ini anak ga akan batu tapi ternyata lebih batu dari kembaran nya.

Suasana mendadak hening seketika. Keduanya sama-sama bungkam sebelum dering telfon Singto berbunyi. Sepertinya ada pesan dari seseorang. Krist ini diam-diam mengintip sedikit kearah HP Singto. Jaga-jaga kalau Singto punya rencana jahat sama dia kan dia bisa kabur duluan.

" Jangan kepo.! " Singto

"Dih pede banget. " Krist

Ngeselin emang, untung imut untung gemes untung manis. Sedangkan Singto yang mendapatkan pesan dari Bas mengeryit bingung. Apa maksud pesan wakil nya ini. Sepertinya ada oknum lagi yang berusaha menggeser kepemimpinan Singto. Singto bukan nya ingin egois terus memimpin hingga lulus, hanya saja ia belum mendapatkan kandidat untuk menggantikan dirinya.

Banyak cara yang Singto lakukan untuk menutupi kelicikan nya dan membungkam seluruh siswa yang tidak Terima dengan sistem otoriter nya. Singto tidak perduli, sekolah tenang dan tentram sebelum geng itu beraksi diam-diam dan Krist semakin berani berulah. Bahkan Singto yakin botol alkohol yang ia anggap milik Krist itu sebenarnya milik geng sialan itu.

"Apa sih serius amat! " Krist.

"Hanya masalah OSIS sedikit. " Jawab Singto seadanya.

Krist hanya menjawab dengan huruf O. Sebelum kembali berdiri dan berjalan jalan di apartemen Singto. Ia menuju ke dapur dan membuka kulkas nya. Ada beberapa makanan instan, minuman dan snack serta beberapa buah didalam nya. Tampak sekali tidak pernah memasak. Bahkan dapurnya tampak tidak pernah tersentuh. Bersih sih tapi bersih nya lain.

" Lo ga pernah masak ya? " Tanya Krist.

" Saya tidak bisa masak. Tidak ada yg memasak untuk saya juga! " Singto. Ini dia ngode dimasakin dede ges, modus nya udah keliatan ini nih.

"Siapa juga yang mau sama orang licik kaya lo. " Ejek Krist lalu mengambil buah apel untuk dimakan.

"Kamu. " Singto

"Apa!! " Krist.

"Kamu. Kamu yang mau sama saya. " Singto.

"Idih najis. Lo bukan tipe gue. " Krist.

" Jangan bilang seperti itu dulu, nanti jatuh cinta nangis. " Ejek Singto yang langsung dilempar buah jeruk oleh Krist. Masih untung ini buah bukan pisau. Singto yang kaget hanya bisa menghindar agar tidak terkena lemparan bar-bar si kura-kura. Lelah Singto ini.

Krist memakan apelnya dengan santai setelah melempar Singto jeruk. Tidak ada rasa bersalah di wajahnya. Ya kan Singto juga salah jadi yaudah impas lah. Sedangkan Singto sedang membalas pesan dari Bas tadi. Ia harus segera bertindak untuk menangani kaum kaum yang ingin melengserkan nya.

Sesekali Singto akan meringis kesakitan saat luka di ujung bibir nya terkena gesekan saat dia menggerakkan bibirnya. Belum lagi tulang pipinya yang kebas dan terus nyut nyutan akibat tonjokan kura-kura yang lagi makan di apartemen nya. Sabar Singto ini udah ditonjokin, di katain, di palak makan lagi. Untung sama ayang.

Krist yang memperhatikan Singto dari dapur jadi merasa kasihan. Ngeri juga luka Singto dia buat. Mana biru-biru merah-merah ada yg berdarah juga lagi. Itu pasti sakit banget sih ini dia kena pukulan Singto di pipi 3 kali aja sakitnya ampe kepala apalagi Singto yang dia pukul berkali-kali tadi.

Krist meletakkan apelnya di meja dapur kemudian mencari kotak obat di sekitar lemari dapur. Untung ada dan isinya masih lengkap. Krist bawa kotak itu ke ruang tamu dan meletakkan nya di depan Singto. Singto yang melihat Krist membawa kotak obat nya sempat bingung sebelum kembali membiarkan Krist berbuat sesukanya.

Krist mendudukkan dirinya di samping Singto. Sempat ragu sih untuk berdekatan dengan si abang ganteng ini tapi Kit punya niat baik, itung-itung buat nambahin pahalanya. Krist lalu membuka kotak obat nya, mengambil beberapa kapas dan alkohol untuk membersihkan luka Singto sebelum mengoleskan obat di lukanya.

" Nengok sini dong. " Kata Krist.

" Hah? " Singto menoleh dengan bingung sebelum akhirnya terkejut saat melihat wajah Krist yang cukup dekat dengan wajahnya. Matanya menatap langsung dengan mata bulat si kura-kura yang tampak menggemaskan.

Hal ini di manfaatkan Singto untuk mengamati wajah Krist agar tidak tertukar dengan Newwie nantinya. Sedangkan Krist terpesona dengan warna kulit Singto yang tampak maskulin dan mempesona. Pantas singa ini sangat tampan dan menawan.

" Kulit kamu bagus. Cantik! " Puji Singto yang menyadarkan Krist dari acara kesemsem sama ayang.

" Apasih. Mending lo mingkem! " Elak Krist yang kemudian membersihkannya luka-luka Singto perlahan-lahan sambil sesekali menghindari tatapan mata Singto. Bahaya singa ini kalo lama-lama di tatap ntar ga perawan lagi dede bisa-bisa.

"Bisa baik juga kamu— ADuhh! " Ringis Singto saat Krist dengan sengaja menekan luka yang ada di dahi Singto.

"Cerewet! " Krist.

Singto tersenyum kecil kemudian memejamkan matanya. Tangan Krist lembut dan berusaha pelan-pelan supaya ga buat abang sakit. Krist sendiri merasa lega karena Singto lebih memilih untuk memejamkan matanya jadi Krist ga usah lirik lirik takut di ngap lagi.

Selesai membersihkan luka nya, Krist lalu mengoleskan obat antiseptik pada luka Singto. Pelan-pelan penuh kasih sayang ya kan. Kalian mana pernah begitu, di notice crush aja kaga HAHAHAHAHA sama.

" Dahh. Tapi lo ga bisa kesekolah dengan muka kaya gitu. Ntar dikira lo OSIS doyan tawuran lagi! " Krist.

"Siapa bilang saya sekolah. Selama kamu di skors saya ikutan kelas online juga buat bimbing kamu. Kesekolah kalau ada urusan bareng anak OSIS lain yang perlu saya disana. " Singto

"Jadi 5 hari muka lo terus yang gue liat gitu? Anjir apa ga gumoh gue!! " Gerutu Krist.

" Gumoh gumoh nanti kalau udah keluar juga ditelan semuanya! " Ucap Singto asal

"Maksud lo?? Gausah mesum ya gue gorok tau rasa lo" Ancam Krist yang hanya di balas tawa oleh Singto. Kok malah tambah gemoy ini kura-kura. Pengen gigit deh tapi ntar di gorok gimana dong??.
























TBC

Mwehehehe aku back

Ini si abang ni sudah tercium aroma-aroma kemodusan nya ya. Lancar kali ngomong nya tu. Jangan jangan chapter depan langsung di ninuninu lagi. Waduh bund anaknya dalam bahaya bund.....

Dahh. Kasih komentar kalian buat si tukang modus modelan singa tampan ini..


See you👉





BAD SCHOOL PRESIDENT [SK] ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang