6. Januartha

2.4K 414 28
                                    

Ini sabtu sore, Jean baru saja selesai mengantar barang pesanan. Ibunya itu memiliki usaha kue, dan toko yang tak pernah sepi pengunjung. Tapi, kadang beberapa ada yang minta untuk diantar, biasanya Ibunya akan menggunakan jasa ojek online. Tapi, saat waktu libur sekolah, Jean lah yang membantu untuk mengantar. Jean tidak masalah akan hal itu, hitung-hitung sekalian jalan-jalan, katanya gitu.

Selesai mengantar, Jean tidak berniat langsung pulang. Ia meneruskan perjalanannya, menuju rumah Jio. Jean berniat mengajak Jio untuk mencetak makalah mereka sore ini, mumpung dia lagi diluar dan tidak terlalu jauh untuk menuju rumah Jio.

Saat memasuki gang, Jean melihat siluet seseorang yang sangat Jean kenali. Jean memelankan laju motornya, ia menoleh ke kiri, dimana ada lapangan basket dengan beberapa anak-anak yang ramai bermain. Seseorang yang mengenakan kaos tangtop berwarna putih dan juga celana joger abu mengalihkan perhatian Jean, ia tersenyum dibalik helmnya saat menyadari jika Jio duduk disalah satu bangku.

Jean memutar motornya, lalu memarkirkannya dibawah pohon yang berjarak sekitar lima meter, dimana tempat Jio duduk. Laki-laki itu, sepertinya tidak menyadari seseorang yang tengah berjalan mendekat, terlihat ia yang masih fokus dengan buku gambar ditangannya.

Jio berjengit saat Jean tiba-tiba duduk disampingnya, dengan buru-buru Jio membalik lembar halaman bukunya, seperti seseorang yang tengah menyembunyikan sesuatu. Dan sayangnya, Jean juga tidak sempat melihatnya.

"Gambar apa sih?" Tanya Jean yang sungguh penasaran.

"Gak ada," jawab Jio cepat. "Ngapain kesini?"

Jean tersenyum, "Punya waktu gak? Gue mau ngajak ngeprint makalah."

"Katanya besok."

Jean mengendikan bahunya, "Gue kebetulan lewat, jadi sekalian aja."

Jio mendengus, ia mencoret bukunya dengan asal, "Gak deh, besok aja. Gue baru duduk, males kalo balik rumah lagi."

Jean menahan kedutan disudut bibirnya dengan susah payah ketika melihat Jio yang memelas dengan bibir yang mengerucut tak kentara dengan kepala yang menunduk.

"Iya, besok aja," ucap Jean. "Lo suka gambar ya?"

"Suka. Kalo lagi sumpek banget, ya gambar. Kadang baca buku juga. Gue suka gambar sama baca," jawab Jio tersenyum tipis, walau ia sedang tidak menatap Jean.

"Baca buku sejarah?"

Jio kembali mendengus, "Itu sih bacaan lo."

Jean terkekeh, "Lain kali, gue boleh pinjem buku yang lo baca? Biar gak baca buku sejarah mulu."

Jio menoleh, ia mengangguk semangat. "Bolehlah. Besok ya," ucapnya dan kembali dengan gambarannya.

Jean bersedekap dada, ia menatap Jio yang masih sibuk dengan buku gambarnya, entah apa yang sedang laki-laki itu gambar. "Jio."

"Hm?" Jio menoleh sekilas lalu kembali menunduk.

"Gue boleh nanya?"

Jio terkekeh pelan, "Nanya aja kali."

"Lo sama Edgar deket banget ya?"

Jio menghentikan gambarnya beberapa detik, lalu kembali mencoretnya. "Oh, kak Edgar. Iya deket. Kenapa?"

Jean menarik nafasnya sesak saat Jio mengatakan dekat dengan Edgar. "Pacar?"

"Orang-orang sih mikirnya gitu, padahal engga. Gue kan udah bilang, kalo pacaran tuh, cuma buang-buang waktu," Jio menghela nafas. "Gue sama kak Edgar sepupuan, ya mangkanya deket. Bosen juga dengernya, kalo dikira pacarnya kak Edgar terus."

Kali ini Jean tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Ia sampai menegapkan tubuhnya yang sebelumnya bersandar, lalu menatap serius pada Jio. "Beneran?"

Jio terkekeh geli, Jean tampak begitu terkejut. "Bener. Emang banyak yang gak tau kalo gue sepupuan sama kak Edgar dan nyangkanya pasti pacaran. Papa aja pernah bilang Kalian gak pacaran 'kan? Edgar kayaknya suka kamu." Jio terkekeh saat menirukan gaya bicara Ayahnya. "Gue juga udah berapa kali bilang ke kak Edgar buat jangan terlalu deket ke gue, bukan benci. Kasian sama kak Edgar. Kak Edgar jadi putus sama pacar-pacarnya cuma karena salah paham. Tapi, ya gitu. Batu kalo dikasih tau."

Jean menganga, matanya menatap tanpa kedip pada Jio. Fakta yang cukup membuatnya tercengang.

"Kenapa lo natep gue gitu?" tanya Jio dengan kening yang menyerngit geli.

"Eh?" Jean tersadar, ia mengerjapkan matanya, kemudian terkekeh canggung dan menyandarkan punggungnya kembali pada kursi. "Hahaa, engga."

Jio menggeleng kecil, "Terus lo sendiri gimana?"

"Gue?" ulang Jean tidak mengerti.

Jio mengangguk, "Hm. Lo sama Elvana, pacaran?"

"Engga lah. Emang, keliatan kayak orang pacaran ya?"

"Gak juga sih," Jio menaikan sebelah kakinya, lalu menjadikan satu pahanya untuk meletakkan buku gambarnya, agar bisa menekan pensil lebih mudah. "Lo cuma keliatan deket aja sama El ketimbang yang lain. Lo 'kan keliatan cuek banget, jadi mana bisa ngira pacarannya sama siapa."

Jean terkekeh pelan, senang rasanya bisa mengobrol berdua dengan Jio. "Gue sama El udah temenan dari SD, jarak rumah cuma beda RT. Jadi, ya akrab gitu," Jean berhenti sejenak, kala ia lihat Jio mengangguk, mendengarkan ucapannya walaupun anak itu masih fokus pada bukunya. "Gak perlu ngira gue pacarannya sama siapa, soalnya gue emang gak punya pacar."

Jio menoleh sebentar, lalu terkekeh. "Gue gak nanya ya."

"Gue cuma kasih tau, siapa tau lo penasaran."

"Tapi, sekarang udah gak."

"Jadi, sebelumnya penasaran?" Jean bertanya lebih dekat, lalu tertawa pelan.

"Ya gitu," jawab Jio dan keduanya ikut tertawa.

Suara notifikasi dari ponsel Jean membuat obrolan keduanya berhenti. Jean merogoh ponselnya, lalu membaca sederet pesan dari Ibunya.

"Siapa?" Tanya Jio saat melihat Jean kembali memasukan ponselnya pada saku celana.

"Nyokap nyariin," Jean berdiri dari duduknya, membuat Jio ikut mendongak, menatap Jean yang berdiri menjulang didepannya.

"Ya udah, pulang gih. Diomelin ntar."

Jean melepas jaket denim yang dipakainya lalu memasangkannya pada bahu Jio, membuat laki-laki itu tersentak.

Jean tersenyum, "Lain kali, kalo keluar pake lengan panjang, angin sore kadang dingin."

Jio menatap Jean dengan mata yang mengerjap terkejut, "I-iya. Makasih."

"Gue duluan ya," pamit Jean dan berbalik meninggalkan Jio duduk sendirian.

Lagi-lagi, Jio tersenyum melihat Jean yang sudah pergi berlalu. Ia memperbaiki Jaket yang tersampir dibahunya, lalu memakainya dengan benar. Ketika Jio memasukan masing-masing lengannya pada jaket Jean, Jio bisa menghirup wangi Jean yang menempel dijaketnya.

Lalu Jio membuka kembali lembar halaman yang sebelumnya Jio sembunyikan pada Jean. Ia tersenyum saat melihat sketsa wajah dan tubuh sebatas pinggang yang berhasil ia gambar. Jio menambahkan sedikit gradasi dengan ujung pensilnya pada bagian baju yang digambar. Jio terdiam sebentar, mengamati hasil gambarnya yang sudah sempurna. Kemudian senyumnya kembali mengembang, menulis nama diujung kertasnya, untuk menandai, siapa pemilik sketsa wajah pada gambarannya. Dan orang itu adalah -

















Januartha.




























Jio menutup bukunya dengan cepat dan segera berdiri. Alana akan mengomel jika ia pulang dimalam hari, dan sekarang hari sudah mulai gelap.





To be continue...


School Love Story - Jaeyong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang