4. Nganter pulang

2.4K 430 62
                                    

Jean berlari menghampiri Jio yang masih berada diparkiran. Jean kira, Jio sudah pergi pulang sejak tadi.

"Sepeda lo kenapa?" tanya Jean dan menyadari jika Jio tengah memeriksa sepedanya.

"Bannya kempes. Tapi, kok bisa dua-duanya gini ya?" Jio bergumam pelan.

Jean menahan senyumnya. Elvana tidak bercanda tentang rencana pulang bersama Jio. Jean awalnya menolak, dia tidak pernah melakukan hal licik seperti mengempesi ban sepeda milik orang lain, dan ia juga takut ketahuan. Tapi, Elvana bilang, bukan mereka yang akan mengempesinya, melainkan adik kelas. Elvana yang menyuruh salah satu adik kelasnya dan memberi uang jajan sebagai upah.

"Mau gue anter pulang?" tawar Jean tenang. Padahal rasanya, ingin sekali melompat ditempat.

Jio menggeleng tak enak, "Gue bareng kak Edgar aja deh."

Jean menyerngit tak suka entah disadari Jio atau tidak. "Tapi, bukannya kelas 12 ada les ya?" Ya. Itu memang benar. Kelas 12 biasanya akan pulang terlambat untuk mengikuti les tambahan disekolah.

"Lama dong, pulangnya," keluh Jio.

"Gue anter."

"Emang gak ngerepotin?"

Jean menggeleng. Ia berlalu didepan Jio menghampiri motornya yang terparkir ditempat lain dan Jio mengekor dibelakangnya.

"Lo setiap hari emang bawa helm dua ya? atau jaga-jaga buat modus bonceng cewe-cewe?" Jio terkekeh dengan ucapannya lalu menerima uluran helm yang Jean berikan.

"Gue biasanya bareng Elvana," ucap Jean dan membantu Jio untuk memasang pengait dibawah dagu.

Jean tidak pernah tidak gugup jika apapun itu yang menyangkut Jio. Jantungnya selalu berdetak tidak normal hingga rasanya ingin meledak didalam sana. Satu hal yang tidak Jean ketahui. Jio pun, merasakan gugup yang sama dengannya.

Jio berdehem, saat helmnya sudah terpasang, "Terus Elvana gimana kalo lo pulang sama gue?"

"Dia sama temennya yang lain," jawab Jean kemudian menaiki motornya disusul Jio yang duduk dibelakang.

Tas punggung yang Jean bawa, ia taruh didepan dada. Ini saran Elvana, cewe itu bilang agar ia bisa lebih dekat dengan Jio tanpa penghalang tas besarnya yang berisi buku-buku.

Elvana juga bilang cobalah untuk —

"Duh!"

—rem mendadak. Membuat Jio tidak sengaja memeluk tubuh Jean.

"Eh, maaf. Gue gak liat, tadi ada kucing nyebrang."

Jio hanya mengangguk dan tahu pasti jika Jean tidak bisa melihatnya. Walaupun Jio duduk dibelakang, Jio masih bisa memperhatikan jalan didepan yang seingat Jio tidak ada kucing yang menyebrang.

Aneh. Batin Jio.

Butuh waktu sepuluh menit untuk tiba didepan rumah Jio. Ada yang Jio lupakan. Dia lupa memberi tahu Jean dimana alamatnya dan Jean sudah berhenti didepan rumahnya. Untungnya Jio tidak menggubris hal itu. Didalam hati, Jean sudah menyiapkan beberapa alasan jika Jio bertanya darimana ia tahu alamat rumahnya.

"Makasih ya," Jio turun dari motor lalu memberikan helmnya pada sipemilik.

Jean mengangguk. "Besok mau gue jemput?"

"Hah?" Jio menyerngit, "Gak usah lah."

"Tapi, ban sepeda lo rusak."

Jio mengibaskan tangannya, "Yaelah. Kempes doang itu, paling cuma kurang angin, dipompa bentar juga balik lagi."

"Oke," Jean mengangguk dan Jio tersenyum melihatnya. "Gue masuk duluan ya. Sekali lagi makasih," Jean mengacungkan jempolnya untuk menanggapi.

Jean tidak segera beranjak, ia memperhatikan punggung Jio yang sudah menghilang dibalik pintu. Laki-laki itu menghela nafas.

"Apa gue colong aja ya, bannya. Biar sekalian gak bisa dipake lagi."

***

Jean merebahkan tubuhnya pada kasur, lega ketika punggungnya menabrak kasur empuk kesayangannya. Ia pulang terlambat ke rumah karena harus putar arah setelah mengantarkan Jio pulang. Jean tidak menyesal, ia senang hari ini. Terlihat dari bibirnya yang terus menyunggingkan senyuman. Jean bahkan masih ingat bagaimana wangi Jio. Bagaimana wajahnya yang berjarak begitu dekat ketika ia membantu Jio memasangkan helmnya.

Jean meraih ponselnya yang tergeletak didekat bantal. Banyak notifikasi pesan yang masuk, dari grub kelas, Elvana, dan juga teman ekskul basketnya.

Jean membuka pesan Elvana lebih dulu, gadis itu menanyakan apa ia berhasil atau tidak pulang dengan Jio. Tentu, Jean akan membalas dengan senang hati jika ia berhasil, maka Elvana meminta uang tambahan sebagai imbalan karena berhasil membantunya. Jean mendengus, akhirnya mengiyakan permintaan gadis itu.

Jean kemudian membuka pesan dari grub kelasnya. Dimas ternyata membagikan nama kelompok. Tadi, sebelum jam pelajaran berakhir, Bu Elin memberi tugas untuk membuat makalah. Dan Bu Elin akan membagi perkelompok berisi dua orang yang akan dikirim digrub kelas setelah nama kelompok sudah diselesaikan.

Jean membuka file kelompok itu, menyerngit tak suka saat dia satu kelompok dengan Kalvin dan bukan Jio. Senyum Jean memgembang saat melihat siapa yang jadi teman kelompok Jio. Dengan cekatan, Jean menghubungi kontak Erick yang jadi teman kelompok Jio.

Erick (11 ipa 01)

Tuker kelompok

Hah?


Lo sama Kalvin, gue sama Jio

Dih, gak mau

gue tau lo suka sama Kalvin, yakin mau nolak?

gak deh, gue malu njing

bego
sebelum gue berubah pikiran ini


oke deh, deal

Jean tersenyum puas, rencananya berhasil. Jika begini, ia bisa lebih dekat lagi dengan Jio. Baru saja Jean akan meninggalkan roomchat, satu notifikasi yang tidak pernah ia bayangkan muncul paling atas. Jean terduduk, memegang dadanya yang kembali berdegup. Biarkan jika ia dianggap lebay, tapi ini kenyataan. Menetralkan jantungnya sebisa mungkin, lalu membuka pesan dengan tangan yang gemetar.

Jio—ku❤️

Erick minta tuker kelompok.
Gue disuruh sama elo aja.

oke
kapan ngerjainnya?

Langsung besok aja, gue males numpuk tugas.

ngerjain dimana?

Dirumah gue aja gapapa?
Gue mager kalo harus keluar rumah.

gapapa
besok pulang sekolah, jam lima sore gue ke rumah lo

Sip.

Jean melemparkan ponselnya pada kasur dengan asal, dia melompat ditempat lalu mengangkat kedua tangannya ke udara. "YESS!"

To be continue..

School Love Story - Jaeyong Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang