Bab 3✈

1K 118 8
                                    

                        Happy Reading                                    •                                    •                                    •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading


Hujan deras kini mengguyur sebagian besar kota. Arkan masih dengan lajunya mengendarai motornya menuju ke halte untuk berteduh. Remaja itu merengkuh kedinginan, ia lupa tidak membawa mantel hujan saat pergi ke sekolah tadi.

Saat Arkan duduk di halte bus ia mendengar suara tangisan seseorang. Seketika bulu kuduknya berdiri .Dan dengan penasaran dia melihat ke arah samping halte bus itu.

Arkan menghampiri seorang wanita yang basah kuyup dengan memeluk bingkai foto seseorang.
"Permisi bu, ibu ngapain disini?"tanya Arkan dengan sopan.

Wanita itu melihat kearah Arkan lalu berkata,"hikss saya baru kehilangan anak saya".

Arkan mengerutkan dahinya."Emangnya anak ibu kenapa."

" anak ibu baru aja meninggal karna penyakit gagal ginjal kronis,"lirih wanita itu dengan sendu sembari menatap bingkai foto anaknya.

Arkan menatap ke arah ibu itu dengan iba."Ibu berdoa saja agar anak ibu tenang di alam barunya kalo ibu begini terus,anak ibu juga pasti sedih disana."

Ucapan Arkan diangguki oleh wanita itu dan memeluk erat tubuh Arkan yang masih menyisakan isakan-isakan kecil dirinya.
"Ibu mau saya anter pulang?" tanya Arkan.

"Tidak usah nak, rumah ibu ada disekitar sini," tutur wanita itu dengan sedikit tersenyum.

"Yaudah kalo gitu Arkan pulang dulu ya bu,"ucap Arkan lalu mencium tangan wanita itu.

"Hati-hati ya nak,"lirihnya menatap Arkan yang akan pergi.

Setelah beberapa lama menempuh jarak dari halte bus sampai ke rumahnya.Ia memberhentikan motornya tepat di garasi samping rumahnya. Arkan menghela nafas kasar dan memejamkan matanya sebentar.Ia melangkahkan kakinya masuk ke rumah besar milik keluarga Dirgantara,yang bernuasa putih dengan sedikit lapisan warna abu-abu yang melekat pada dinding rumahnya itu.

Saat Arkan membuka pintu, sambutan hangat sudah siap dilontarkan Nathan kepada dirinya. Nathan berdiri tepat didepan pintu rumah mereka dengan tatapan tidak bisa diartikan lagi.
"Dari mana aja kamu,"ucap Nathan dengan bersedekap dada.

"Dari sekolah,"ketus Arkan lalu menundukkan kepalanya kebawah.

"Pulang sekolah jam segini, ngapain aja kamu diluar, mau jadi anak berandalan hah!" bentak Nathan.

"Tadi hujan jadi neduh dulu sebentar,"tutur Arkan.

Ditengah amarahnya Nathan ada seseorang yang membuka pintu rumahnya dengan wajah lesu.
"Ayah ngapain disini?"tanya Nicho yang baru saja pulang entah darimana dia pergi.

Nathan menghela nafas panjang."Nicho kamu pergi ke kamar dan bersihkan tubuh mu itu lalu istirahat,"tutur Nathan.

Mendengar ucapan ayahnya itu sontak membuat Nicho menoleh ke arah Arkan yang masih menundukkan kepalanya sedari tadi.
"Ayah, Arkan juga ya,"tawar Nicho.

Nathan menatap malas ke arah Arkan lalu menggaguk setuju.
"Hm pergilah," ucap Nathan lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

Nicho melihat Arkan dari bawah sampai ke atas lalu berucap,"lo hujan-hujanan."

"Ya," jawab Arkan dengan singkat.

"Lo ntar bisa sakit,bersihin badan lo terus istirahat," jelas Nicho yang meninggalkan Arkan sendirian.

Arkan berdecih sebal bagaimana bisa ayahnya itu selalu membeda-bedakan antara Arkan dengan Nicho saat pulang larut. Bahkan Nicho yang pulang paling lama tidak pernah mendapatkan hukuman atau amukan ayahnya itu.



𝐁𝐚𝐠𝐚𝐢𝐦𝐚𝐧𝐚 𝐤𝐞𝐬𝐞𝐫𝐮𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚? 𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧 𝐲𝐚.

PEMILIK ORIGAMI [UNPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang