One

634 44 9
                                    

SasuHina area!
© Masashi Kishimoto




-







Usapan lembut di pipi kanannya, membuat Sasuke mengerjapkan mata. Begitu manik onyx nya mendapati sang istri pelakunya, bibir itu tersenyum. Tangan kanannya menangkap tangan kiri istrinya yang masih di pipi. Pagi yang indah, selama lebih dari empat tahun sudah Sasuke merasakan suasana damai setiap pagi seperti ini.

"Ohayou, Sasuke-kun"
"Ohayou mo, Uchiha Hinata" Seperti biasa, rutinitas pagi sepasang suami-istri. Sarapan bersama,  walaupun beberapa kali yang Sasuke ingat Hinata mengatakan ini buatan sahabatnya, Haruno Sakura setidaknya tiga bulan sudah mereka sarapan dan makan malam buatan orang lain. Sasuke yang mandi, Hinata sang istri yang menyiapkan pakaian kantornya, dan mengantar Sasuke hingga pintu depan.

"Aku berangkat"
"Hati-hati" Sasuke mengangguk, mencium kening Hinata lama, sebelum akhirnya pergi menggunakan mobil yang terparkir di garasi rumah sederhananya.

-

"Sampai kapan kita akan membiarkan ini, Hiasi-san?" Pria paru baya yang sedang menikmati secangkir teh hangat di pagi hari menghela nafasnya perlahan. Menatap bunga bunga yang tertanam rapi dihalaman depan mansion Hyuga.
"Aku tidak tahu, Itachi. Aku sendiri pun belum menerima dengan semua hal yang terjadi. Semuanya terlalu mendadak untuk di tangani" pemuda berusia kurang lebih 27 tahun bernama Itachi mengangguk mengerti. Keheningan tercipta. Baik Hiasi maupun Itachi yang setia berdiri memandangi bunga bunga.

"Haruno-san bilang kalau Sasuke mungkin masih bisa diobati. Tapi dia tidak berani menegur adikmu" Itachi mengangguk, dirinya paham betul akan hal itu. Jangankan putri Haruno, seorang pemimpin klan Uzumaki saja tidak berani.
"Garaa akan datang siang ini. Dia ingin semua ini selesai. Dia yang akan menyelesaikan semuanya. Membuat Sasuke membuka mata, membuatnya sadar..." Itachi dengan hati-hati memperhatikan kepala keluarga Hyuga yang mulai mengatur nafas, terlihat matanya berair.

"Kenyataan bahwa Hinata sudah pergi meninggalkan kita semua" Itachi mengelus kelopak sebuah bunga. Memandang sendu kelopaknya yang indah, namun saat ia menyentuhnya kelopak itu gugur ke tanah.

-

Sasuke adalah manusia biasa. Manusia normal yang akan melakukan apa saja untuk orang yang berharga untuknya. Seperti sekarang ini, Sasuke bukanlah lelaki lembut penyuka tanaman, namun karena permintaan dari Hinata yang merupakan istrinya, dia rela setiap pagi menyempatkan waktu merawat sepasang bunga matahari di balkon kantor. Menyiram, bahkan setiap beberapa hari sekali memberikan pupuk.

"Ohayou, sunshine" sapa Sasuke pada bunga matahari dihadapannya. Tersenyum lembut saat tangannya mengelus kelopak salah satunya.
"Apa? Kenapa aku menangis?" Tanya Sasuke pada dirinya sendiri saat menyadari punggung tangannya basah karena air mata.

-

Suara ranjang rumah sakit yang membawa pasien gawat darurat memecah keheningan sebuah rumah sakit. Beberapa suster mendorong cepat, diikuti Sasuke yang panik. Jangan lupakan setelan kemeja berwarna abu yang kini bercampur dengan warna merah pekat. Di ranjang itu sendiri berbaring Hinata yang tidak sadarkan diri. Bagian perut wanita itu berdarah, juga mulut dan kepala yang tidak bersih sama sekali dari warna berbau anyir.

"Sasuke! Sasuke! Dengarkan kami" Sasuke dan beberapa suster yang membawa Hinata terus berjalan cepat, sampai pada ruangan dimana Hinata dan beberapa suster masuk, meninggalkan Sasuke yang terduduk dengan nafas tidak beraturan di kursi tepat didepan ruangan.

"Sasuke! Sasuke!" Tiga orang berpakaian serba hitam yang memang sudah berada di batas ruangan dimana Hinata berada dan ruangan lainnya berada mencoba menghalangi orang-orang yang mengikuti Sasuke.
"Biarkan kami masuk!" Seseorang berteriak. Itu adalah suara Kiba. Disamping kanan dan kirinya ada Itachi, Hiasi, Sakura, Ino, Shino bahkan Garaa ikut berteriak ingin masuk. Atau setidaknya ikut menemani Sasuke ynag tampak frustasi menunggu diruang tunggu.

"Keluar!" Semua keributan langsung hening saat Sasuke berteriak kencang. Atau mungkin karena setelahnya Sasuke menangis dan tampak sangat menyedihkan.
Tidak lama setelahnya seorang dokter dan satu orang suster keluar dari ruangan dimana Hinata berada.
Sasuke segera berdiri,pun dengan yang lainnya langsung mencoba mencari tahu bagaimana keadaan seorang istri Uchiha Sasuke. Para pengawal masih menjaga agar mereka tidak menggangu.

"Bagaimana?" Tanya Sasuke tidak sabaran. Sang dokter yang tadinya memakai masker, membuka maskernya dan menggeleng pelan. Menepuk bahu kanan Sasuke dan pergi bersama suster yang mengikutinya.

Sasuke terdiam sebentar, tatapannya kosong. Lalu airmatanya keluar, tubuhnya bergetar hebat. Tangannya mengepal meninju tembok tidak bersalah yang setelahnya menjadi tempatnya menyandarkan kepala.
"Akrgkh!" Teriaknya begitu pilu. Bahkan Hiasi dan Kiba sudah lemas, dan jangan tanyakan yang lainnya. Semua sama.

-

Kelopak matanya perlahan membuka. Sasuke melihat sekeliling. Ini kamarnya. Apa itu tadi? Mimpi? sungguh sangat tidak diharapkan.

"Sarapan untukmu, Sasuke-kun" bibirnya tersenyum lembut. Menyambut Hinata yang seperti biasa, menyiapkannya sarapan. Dan lagi-lagi istrinya hanya diam memperhatikan sambil tersenyum.
"Aku akan menyuapimu" Hinata menggeleng, berdiri dan memeluk Sasuke dari belakang. Memperlihatkan pada Sasuke betapa dia menyayanginya. Sasuke menikmati itu, menutup matanya merasakan kehangatan pelukan Hinata.

"Aku mencintaimu, Sasuke-kun"
"Aku jauh lebih mencintaimu, Hinata. Aku tidak bisa hidup tanpamu" pelukan itu terlepas. Membuat Sasuke menengadahkan kepalanya, membuatnya bertatapan dengan wajah manis Hinata yang tersenyum.
"Aku mencintaimu, Sasuke-kun. Dan mereka juga mencintaimu" Sasuke mengerutkan alis tidak mengerti. Sebelum matanya terpejam saat Hinata memajukan wajahnya, mencium keningnya lama.

-

Perjalanan cinta Hinata dan Sasuke bukanlah sesuatu yang mudah. Hinata yang sejatinya putri tunggal Hyuga harus mengikuti semua aturan keluarga, termasuk hanya menjalin hubungan dengan sesama Hyuga. Dan Sasuke adalah putra bungsu Uchiha. Keluarga dengan kehormatan dan keambisian mereka untuk menguasai semua pasar Konoha.

"Jangan macam-macam! Hinata adalah sahabatku! Dan aku tidak akan membiarkan dia dalam bahaya!" Sasuke tersenyum miring, seolah amarah dari Kiba adalah sebuah angin lalu. Meski dirinya bukan pewaris utama,Sasuke ahli memegang sejumlah bisnis ynag setara dengan pewaris utama, kakaknya, Uchiha Itachi.
"Aku bisa apa kalau Hyuga-san sendiri yang menjual Hinata sahabatmu tersayang, Inuzuka-san?" Kiba semakin emosi dengan apa yang didengarnya. Apa maksudnya itu.

"Sumimasen, Inuzuka-san" seseorang yang Kiba yakini adalah salah satu karyawan Sasuke memberikan sebuah map. Kiba dengan posisi berdirinya menatap sini Sasuke yang seenak jidat seperti seorang bos. Well, dia memang bos.

"Bagaimana, Inuzuka Kiba?" Dengan kesal pemuda penyuka anjing itu melempar kumpulan kertas ditangannya ke lantai. Menatap tajam Sasuke dan berlalu meninggalkan bungsu Uchiha.

'Sialan!'
Kiba sungguh tidak habis pikir. Bagaimana bisa Hiasi menerima permintaan keluarga Uchiha untuk menjadikan Hinata jaminan agar bisnis Hyuga tambah besar! Padahal Hyuga sendiri sudah menguasai hampir seperempat negara Konoha.



-

Sasuke tersenyum lembut memperhatikan betapa hangatnya senyuman Hinata yang sedang merawat bunga-bunga dihalaman rumah mereka. Sangat enak dan tentram untuk dipandang. Sesekali Hinata akan tersenyum ke arahnya dan tertawa kecil, membuat Sasuke mau tidak mau merasakan kehangatan. Baik itu dari Hinata maupun teh hangat yang menemaninya.


TBC

L.A publish lagi karena GABUT gak tahu mau ngapain😂

Gara-gara L.A yang lagi kecanduan sama reff lagu itu  😂😂 sebenarnya mau L.A buat oneshot tapi entah kenapa malah multichap kaya gini. Okay, mungkin bakal L.A lanjut kalau ada yang suka😘

See you


Pemalang, 23 Oktober 2024

Not ReadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang