© Masashi Kishimoto
-
Saat membuka mata, hal yang pertama Sasuke lihat adalah coretan asal berwarna merah pekat disebuah atap kamar. Sasuke segera bangkit, pandangannya mengedar ke segala penjuru ruang. Tujuannya hanya satu. Mencari Hinata, dia ingin mencari istrinya entah kenapa. Tubuhnya bergerak sembarangan hingga menabrak meja lampu, lemari kecil yang ada disamping ranjang, hingga menabrak lemari besar yang ada didekat pintu. Sesuatu terjatuh menimpa kepala Sasuke, membuatnya sedikit memfokuskan diri tentang keberadaannya.
'Ini..., Kamar tamu mansion' Sasuke kembali tidak bisa mengendalikan diri, apalagi setelah tahu pintu ruangan itu terkunci.
"Hinata..."-
Hanabi pikir setelah pindah Hinata tidak akan lagi tersiksa, namun kenyataannya Sasuke masih saja sering melampiaskan semua amarahnya. Menjadikan sasaran dari semua masalah yang Sasuke alami seharian. Walaupun Hanabi juga bingung sendiri, apalagi jika Sasuke tidak bisa menahan diri dan menyiksa Hinata sampai tidak sadarkan diri.
"T-tidak, maafkan aku" Sasuke menangis memeluk Hinata, lalu membaringkan istrinya di ranjang.
"Maaf" kembali Sasuke mengucapkan kalimat itu dengan memeluk erat Hinata yang tidak sadarkan diri."Sa-Sasuke-san" tergagap, Hanabi membawa peralatan P3K dan obat yang sudah menjadi barang wajib setelah semua ini. Sasuke sendiri yang membersihkan luka dan mengobati Hinata. Menemaninya hingga kelopak lavender itu kembali terlihat.
"..." Hinata diam dan tersenyum lembut saat Sasuke memeluknya erat dan meminta maaf berkali-kali. Membalas pelukan suaminya, memberi isyarat tak terucap bahwa semuanya baik-baik saja.Sudah hampir empat bulan mereka memutuskan untuk tinggal sederhana disebuah desa, tempat dimana Sasuke mengatakan ingin memulai semuanya dari awal, tempat dimana tidak ada lagi Sakura, Ino ataupun pesuruh mereka yang menyakiti Hinata.
Dirumah sederhana ini Hinata mulai merasakan betapa rapuhnya Sasuke terlepas dari sikap kasar yang Hinata dapatkan. Hinata tahu suaminya itu hanya kurang beruntung terjebak dalam takdir sebuah keluarga kaya namun kurang kasih sayang. Dan Hinata akan memastikan dia adalah salah satu sumber yang akan mendapatkan keberuntungan dihidup Sasuke.
"Saat aku tidak bisa mengendalikan diri dan membuatmu kembali pingsan, berjanjilah untuk bangun, Hinata" Sasuke masih memeluknya yang berbaring di ranjang. Hinata hanya bergumam dan tertawa kecil mendengar penuturan Sasuke. Ini sakit, tapi Hinata sudah biasa.
"Aku tidak bisa membuatmu bahagia, selalu membuatmu terluka. Tapi aku mohon jangan pernah tinggalkan aku" Hinata melepaskan pelukan Sasuke, sangat tidak nyaman karena Hinata berbaring dan Sasuke memeluknya namun kaki suaminya itu tertekuk disamping ranjang. Kini Hinata sedikit mengubah posisinya menjadi setengah duduk"Aku sudah bahagia Sasuke-kun. Dan juga, suatu saat nanti aku yakin aku tidak akan terluka karenamu" Sasuke mengangguk dan kembali memeluk Hinata dengan posisi yang lebih nyaman.
-
Sasuke mengobrak abrik seisi kamar, hingga didalam laci lemari kecil disamping ranjang ia menemukan sebuah amplop cokelat.
"Ti-tidak!" Melempar amplop hingga seisinya berantakan. Sasuke menjambak rambutnya keras, menatap beberapa foto dan sebuah kunci yang ada didalam amplop.Kepalanya seperti dihantam saat otaknya memaksa mengingat semuanya. Kejadian beberapa tahun yang lalu dan peristiwa tepat tiga bulan yang lalu.
Dirinya yang selalu menyiksa Hinata dan melampiaskan nafsu. Membuat luka cabukan juga goresan di tubuh bersih sang istri. Membuat Hinata menangis dan menderita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Ready
FanfictionSasuke tidak gila! Dia hanya belum siap SasuHina area! ©Masashi Kishimoto