Bab Satu

6 0 0
                                    


Hari ini minggu dan aku akan menghabiskan wish-list yang belum tercentang. Aku mulai dengan olahraga ringan di atas matras yang ditemani playlist lagu favoritku. Nasi goreng yang aku masak rasanya sedikit asin, walaupun begitu aku tetap menikmatinya. Sebenarnya aku kurang pandai dalam memasak, tetapi untuk masakan pada umumnya aku masih bisa mencoba untuk membuat. 

Siangnya aku pergi ke coffeshop yang lumayan jauh dari rumah tetapi lebih dekat dengan studioku. Aku memesan satu coffee latte. Aku menikmati suasan kafe dengan membaca buku self-improvement karya seorang psikolog terkenal. Musik jazz mengisi seluruh ruangan. Orang-orang tengah santai mengobrol bersama teman-temannya, pasangan yang dating penuh dengan cinta di wajahnya sembari menikmati makanan dan memandangi wajah pasangannya, serta orang yang sendirian tetapi menikmati harinya sepertiku.

Kopi pertamaku habis, aku masih nyaman untuk berada di kafe ini. Alhasil aku memesan minum berikutnya tetapi bukan kopi, aku memesan matcha dan satu porsi makan siang. Sembari menunggu makanan datang aku memotret suasana kafe dan memposting salah satu hasil fotonya ke akun media sosial. 

Di kafe ini, ketika kamu masuk membuka pintu, maka lonceng yang ada di atas pintu akan berbunyi. Aku meneguk matcha dan ini tegukan terakhir, aku memandangi pintu coklat yang estetik itu, seseorang masuk dan lonceng berbunyi. Badannya gagah dan tinggi, serta wangi parfumnya tercium dari bangku dudukku. Aku menyukai wanginya. Dia berbicara dengan barista dan mulai memesan, aku berdiri dari bangku dan pergi ke barista yang sedang melayani seseorang itu untuk membayar pesananku.

Aku berdiri di belakangnya. Aku tidak bisa melihat barista itu jika aku tepat berdiri di belakangnya, dia tinggi sekali untuk aku yang berbadan kecil. Seseorang itu selesai memesan dan berbalik, mata kami bertemu dan dia mengernyukan alis.

"Aera?" 

aku mengangatkan alis. "Siapa ya?"

"Aku, Lal"

Aku mencoba mengingat saat dia menyebutkan namanya. Aku teringat satu orang dan tidak salah lagi, karena hanya satu orang yang aku kenal dengan nama itu.

"Lal, anak basket?" jawabku dengan yakin dan bangga karena berhasil mengingat.

"Iya" dia tersenyum.

Tiba-tiba bayangan dari masa-masa itu memenuhiku dan membayangkan Lal saat itu membuatku gugup.

"Ra, kamu datang sendirian?"

Aku mengangguk.

"Bolehkah aku ajak kamu untuk bergabung?"

"Kamu datang bersama teman atau pa-"

"Aku datang sendirian, dan kebetulan  bertemu kamu di sini, jadi kenapa tidak sekalian reuni saja?"

"Hmm, boleh deh, lagi pula aku tidak sibuk." aku membaca papan menu dan memesan minuman lagi, kali ini aku pesan leci.

Kami memilih duduk di tempat tadi aku duduk.

"Maaf ya aku jadi menganggu waktu kamu" dia menari bangkunya lebih dekat dengan meja.

"Santai saja, aku juga sudah lama tidak bertemu teman sekolah" aku tersenyum.

Dia tersenyum juga.


Begin AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang