Bab Tiga

3 0 0
                                    

Tiga hari setelah aku dijemput oleh Genta dan itu untuk pergi ke dokter gigi, Lori datang ke studio. Dia menceritakan tentang bagaimana dia sangat senang bertemu dengan Lal, terlebih lagi saat aku meninggalkan mereka berdua.

"Sepertinya aku masih menyukainya, Ra"

"Kamu yakin?"

"Iya" Lori mengangguk.

"Bagaimana dengan orang yang kamu ajak kencan waktu itu?" aku sembari membuat secangkir teh untuk Lori.

"Dia hanya teman kencan dan itu tidak lebih, Ra"

"Kali ini aku sangat yakin, aku jatuh hati kedua kalinya kepada Lal"

"Aku harus mendukung kamu atau tidak?" aku memberikan segelas cangkir berisi teh kepada Lori. Aku menarik kursi kayu bulat dan duduk.

"Tentu saja kamu harus mendukung. Waktu itu hampir mencapai, Lal. Tetapi kami putus kontak ketika masuk kuliah. Dia jarang sekali menjawab pesanku semenjak masuk kuliah sampai aku sibuk sendiri dan melupakan keberadannya"

"Hmm, jadi sekarang keberadannya kembali" aku tersenyum dan menendang kecil ke arah kaki kanannya.

Hari-hari beriktunya Lori selalu membicarakan Lal. Saat bertemu langsung atau mengirim pesan. Semuanya dipenuhi Lal yang membuatnya dipenuhi orang itu. Katanya Lal yang belum mengiyakan ajaan Lori karena masih sibuk dan belum tahu kapan dia akan punya jadwal kosong. Katanya Lori mengajak Lal pada akhir pekan dan Lal yang tidak bisa karena ada urusan. Melihat wajah Lori sepertinya dia sangat frustasi. Meskipun aku tidak terlalu memahami perasaan seperti itu, mungkin aku akan mengalami hal yang sama jika hal itu terjadi padaku. 

Lori belum menyerah tentang Lal. Tetapi dia tidak membicarakan Lal setiap hari seperti sebelumnya. Dia akhir-akhir ini sibuk dengan kegiatannya. Hal ini cukup bagus untuk Lori yang membuatnya tidak terlalu patah hati memikirkan Lal.

*** 

Aku mengunci studio dan bersiap untuk pulang. Aku mendengar klakson mobil dan aku menoleh. Mobil tersebut berhenti di depan studio dan seseorang keluar.

"Sepertinya aku terlambat. Ternyata sudah tutup ya" orang itu berjalan ke arahku.

"Lal?" aku memasukkan kunci ke dalam totebag.

"Tadinya aku ingin mampir sebelum jam ini, tetapi kerjaanku baru selesai"

"Kamu mampir mau melukis atau beli perlengkapan lukis?" tanyaku.

"Sebetulnya ingin melihat-lihat saja. Kebetulan kamu menyebutan melukis, mungkin berikutnya aku akan melukis"

"Dan sekarang kamu masih ingin melihat studioku?"

Dia menggelengkan kepalanya. "Karena sudah tutup, maka lain kali saja. Berhubung kamu akan pulang, boleh aku antar kamu?"

Aku mengangkat bahu dan tersenyum. "Kenapa tidak?"

Jalanan malam ibukota selalu telihat indah karena banyak lampu dimana-mana. Perjalanan pulang dari studioku pasti melewati gedung-gedung pencakar langit. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Begin AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang