Beginning

371 11 0
                                    

    Halo semuanya, terimakasih sudah mampir ke cerita aku yang satu ini.

Bersyukur banget akhirnya bisa juga ngewujudin keinginan aku untuk buat cerita bertema fantasi kerajaan. Sebenarnya udah dari lama pengen buat tapi belum kesampaian.

Kalau nanti ada kesalahan kata atau apapun itu harap dimaklumi, aku cuma penulis pemula.

Cerita ini hasil pemikiran sendiri, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat dan lainnya. Semuanya murni ketidak sengajaan.

Selamat membaca, semoga kalian suka.😄🦋

•••🦋•••

Malam itu cahaya bulan purnama remang remang memasuki celah jendela kamar seorang gadis yang terbuka.

Tirai bergoyang tipis akibat hembusan angin yang berlalu. Terlihat pencahayaan di kamar itu minim, hanya ada lima buah lilin yang mengelilingi tiga gadis yang sedang duduk bersila sembari memejamkan mata.

Salah satu gadis berambut coklat gelap dan sedikit bergelombang, terlihat jika mulutnya bergerak gerak entah sedang menggumamkan apa. Kemudian tangan gadis itu bergerak sendiri menggapai sebuah kapur yang tidak jauh dari tempat dia duduk.

Lalu gadis itu menggambar sesuatu di lantai dengan gerakan patah patah tapi cepat. Sembari menggambar mulut gadis itu masih setia bergerak gerak dengan mata yang terpejam. Tidak dia pedulikan tangannya yang sedang di kontrol oleh 'mereka'.

Saat tangan gadis itu berhenti bergerak, entah kebetulan atau tidak ketiganya membuka mata secara bersamaan. Dan tepat setelah itu gambar yang ada dilantai tiba tiba saja mengeluarkan cahaya mengikuti garis dan menyorot ke atas mengukir sebuah kata kata yang mungkin terangkum dalam gambar tersebut.

Kata kata atau lebih tepatnya kalimat itu, bak sebuh hologram yang transparan. Ketiga gadis yang berada di dalam ruangan itu saling pandang.

"Apa maksudnya itu sebuah mantra?"' Celetuk gadis bersurai merah muda, dia Gracia. Bukan warna rambut asli hanya cat rambut untuk mengikuti tren karena warna rambut aslinya adalah hitam.

"Mung..kin?"

"Apalagi yang kalian tunggu, ayo segera ucap kan mantranya." Ujar Evelyn. Gadis dengan manik mata hijau terang.

Lily dan Gracia mengangguk kemudian tiga gadis itu mengucapkan mantra tersebut dengan lantang.

Setelah mengucapkan mantra itu, tiba tiba tanah terasa bergetar, angin di luar berhembus kencang seolah badai
akan datang serta sinar bulan yang semakin terang. Kini bukan hanya sinar remang yang menyusup, akan tetapi cahaya itu menyorot langsung kedalam kamar gadis gadis tersebut.

Tak lama kemudian lantai menjadi retak dan lama lama amblas menyisakan ruang kosong yang gelap dan mengerikan. Mereka kira kejadian itu sudah selesai tapi ternyata belum.

Retakan itu semakin lama semkin besar. Lily, Gracia dan Evelyn sudah mencoba menepi dan berniat keluar dari  kamar, tapi naas ketiganya justru ikut terperosok dalam ruang kosong dari retakan tanah tersebut.

Lily pada saat itu mencoba untuk tenang, dia tidak boleh panik. Melihat ke sekitar, dia melihat Evelyn yang sedang berteriak ketakutan karena saat ini mereka sedang melayang, terjun bebas tanpa tahu akan berakhir dimana nantinya.

Lily berusaha memanggil Evelyn. Evelyn yang menyadari ada yang sedang memanggil namanya pun menoleh.

"Lily!"

Young Ladies of peace Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang