FOURTH

2K 239 13
                                    

Suara gemuruh air hujan disertai dengan jatuhnya ribuan rintik air dari arah langit membuat suasana malam yang sebelumnya sudah dingin bertambah lagi dinginnya.

Pemuda manis itu masih setia berjongkok disisi pelataran luar rumah sakit dengan tangan kanannya yang masih menggenggam plastik hitam berisi makanan yang beberapa waktu lalu ia beli. Mungkin keadaan makanan berbahan dasar tepung beras itu kini sudah menjadi dingin.

Bukannya memilih tempat yang lebih kering untuk menunggu, pemuda maret itu malah dengan sengaja memilih tempat yang bisa saja membuat tubuhnya basah karena cipratan-cipratan air hujan. Bahkan suhu udara yang semakin menurun kini sudah berhasil membuat tubuh kurusnya setengah menggigil.

Sudah dua puluh menit Renjun menunggu agar seseorang yang sedang menjenguk sang kakak itu pergi. Dan sekarang mungkin waktu yang tepat untuknya masuk, jika perkiraannya tepat mengenai orang itu yang kini seharusnya sudah pergi.

Renjun bangkit dari posisi berjongkoknya, sedikit membenahi bajunya yang sedikit kusut. Lalu berjalan menuju kearah pintu lobby. Namun baru beberapa langkah kakinya berpindah, seseorang yang menjadi alasannya menunggu, tengah berdiri dihadapannya dengan pandangan yang sulit Renjun artikan.

"Rambutmu basah. Kenapa tak menunggu didalam saja?" Tanya Jaehyun membuat si Huang meneliti keadaannya. Benar, kondisinya saat ini memang setengah basah, namun sekali lagi pikirannya seolah berkata 'Apa pedulimu?'

"Bosan, lebih baik menunggu diluar sekaligus menghitung berapa ton kira-kira air yang turun malam ini" Ucapnya asal dan berniat meninggalkan Jaehyun.

"Apa yang ada ditanganmu?" Tanya Jaehyun lagi.

Renjun mendengus kesal, kenapa lelaki itu cerewet sekali? Kemana perginya sikap dingin Jaehyun yang dulu selalu ia berikan kepada Renjun? Rasanya lebih menyakitkan mendapatkan afeksi peduli dari Jaehyun, karena menurutnya hanya rasa kasihan yang melatar belakangi Jaehyun bersikap seperti demikian itu.

"Tteokbokki dan odeng. Tapi aku ingin membuangnya karena ini sudah dingin" Jawab Renjun, walau kesal namun ia masih berbaik hati meladeni semua pertanyaan Jaehyun.

Tanpa berniat menjawab pertanyaan yang lebih muda, Jaehyun tanpa permisi langsung merebut plastik hitam itu dan berjalan meninggalkan Renjun untuk kembali masuk kedalam rumah sakit.

Yang lebih kecil menunjukkan raut wajah kebingungan melihat tingkah Jaehyun. Apa lelaki Jung itu tak mendengar bahwa Renjun berniat membuang makanan itu karena rasanya yang mungkin sudah tak senikmat saat makanan itu masih dalam keadaan panas.

Namun tungkai Renjun tetap melangkah mengikuti langkah jenjang Jaehyun tanpa berniat bertanya maksud sang dominan. Memasuki area rumah sakit dan berjalan kearah cafetaria yang terdapat didekat lobby.

Keduanya duduk disebuah bangku dengan meja bulat disudut cafetaria. Dengan tanpa meminta izin, Jaehyun segera membuka bungkusan plastik hitam itu dan mengeluarkan isinya.

Kue beras dengan kuah merah yang kini terlihat mengembang itu sudah tersaji ditengah meja. Jaehyun meraih sumpit sekali pakai lalu segera menyumpit satu buah tteokbokki, ingin memasukkannya kedalam mulut namun sebuah tangan menginterupsi kegiatannya.

"Lebih baik aku belikan yang baru" Ucap Renjun.

Tak ingin mendengarkan ucapan yang lebih muda, Jaehyun segera menepis tangan Renjun dan kembali ke niat awalnya untuk mencicipi hidangan pedas tersebut.

Kepalanya mengangguk merasakan tekstur kue beras itu yang kini terasa lebih lembek. Namun tak mengurangi rasa khas dari makanan berkuah merah itu.

Renjun menatap tak percaya kearah Jaehyun. Otaknya yang tak seberapa pintar itu mencoba mencari alasan yang tepat untuk perbuatan Jaehyun saat ini, namun lelaki Huang itu tak menemukan jawaban atas pertanyaannya.

LOSER [JAEREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang