Suara riuh para mahasiswa yang memenuhi kantin di jam makan siang membuat pikiran pemuda cantik itu melayang ke masa-masa lalu, ketika dirinya masih menjadi seorang mahasiswa. Rasanya rindu namun untuk mengulang lagi ke masa itu rasanya hati dan pikirannya menolak.
Hatinya menolak karena menurutnya masa itu terlalu buruk, dan menjadi salah satu kenangan yang ingin ia hapuskan dari cerita sejarah hidupnya, mengingat tentang penolakan lelaki Jung itu padanya. Serta pikirannya pun menolak karena materi yang menurutnya terlalu sulit membuat si Huang tak jarang merasakan pening akibat tugas-tugas yang diberikan oleh dosen. Jadi ketika sang suami menyuruh untuk dirinya kembali berkuliah, tentu saja akan Renjun tolak dengan tegas, terlepas dari masalah biaya yang tak sedikit.
"Kau sudah menunggu lama?" Satu suara membuyarkan lamunan Renjun dan segera mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara. Pemuda maret itu tersenyum mendapati sang sahabat kini sudah duduk tepat disebelahnya.
"Tidak terlalu" Jawab Renjun singkat.
"Kau ingin makan? Akan aku pesankan kalau kamu mau" Tawar Haechan, ingin beranjak dari duduknya namun pergelangan tangannya di tahan oleh Renjun. Membuatnya harus kembali duduk, lantas memandang penuh tanya kearah Renjun.
"Aku tidak lapar, kalau kau lapar tahan dulu" Ucap Renjun.
Haechan mengangguk mengerti, dan menuruti untuk duduk manis disamping yang lebih kecil. "Aku turut berduka untuk Winwin gege, maaf saat itu aku tak bisa hadir karena harus pergi ke Jepang untuk menemani ayahku" Tutur Haechan dengan raut wajah bersalah.
Renjun mengulum senyum dan menatap lembut sang sahabat. "Tak masalah. Aku juga tak ingin kau melihatku dalam keadaan kacau, cukup saat aku kabur waktu itu" Jawab Renjun.
"Tapi jujur saja, wajah kacaumu membuatku ingin tertawa dan kasian secara bersamaan" Haechan menahan tawanya saat mengingat bagaimana air muka sang sahabat ketika mendatanginya waktu itu. Cekungan dibawah matanya terlihat seperti sosok hantu yang biasa dilihatnya di film horror yang pernah ia tonton.
"Kau selamat karena aku sedang dalam mood tak ingin berdebat denganmu, Lee Haechan-ssi" Renjun memutar tubuhnya untuk menghindari temu tatap dengan lelaki Lee itu, yang sudah ia labeli sebagai manusia termenyebalkan yang pernah Renjun kenal. Haechan tertawa ringan mendapati si lawan bicaranya lebih memilih mengalah dibanding meladeninya.
Setelah puas menertawakan Renjun yang menurutnya lucu, Haechan kembali memasang wajah serius. Karena ada beberapa pertanyaan yang ingin ia tanyakan kepada Renjun. "Lalu sekarang bagaimana? Kerja? Tentu saja kau harus bekerja. Tapi maksudku... Aku benar-benar mengkhawatirkanmu, Renjun-ah" Ucap Haechan tulus.
Kekhawatirannya tentang Renjun yang kini harus tinggal seorang diri setelah kepergian Winwin membuat rasa prihatin mengenai kehidupan pemuda Huang itu menghinggapi perasaannya.
"Ten hyung menawariku pekerjaan. Dan sepertinya aku akan mengambil tawaran itu, karena Ten hyung mengatakan jika gajinya lumayan"
"Dimana? Jangan bilang.."
"Iya, di Club tempat Ten Hyung dulu bekerja"
"Tidak, Renjun. Sebaiknya kau fikirkan lagi tentang pekerjaan itu. Kau tahu, lingkungan seperti itu tak cocok dengan kepribadianmu" Tolak Haechan dengan tegas, berharap jika Renjun mau mendengarkannya untuk sekali saja.
"Tapi aku membutuhkan banyak uang untuk mengganti semua biaya rumah sakit itu" Ucap Renjun tanpa sadar membuat Haechan mengerutkan keningnya, tak paham dengan ucapan Renjun.
"Sepertinya ada hal yang belum ku ketahui mengenai hal itu?" Tanya Haechan.
Pemuda Tan itu juga teringat mengenai biaya rumah sakit yang dulu menjadi salah satu masalah yang Renjun hadapi. Darimana Renjun mendapatkan biaya itu, karena jika hanya dari hasil bekerja paruh waktu selama dua minggu, rasanya tak mungkin bisa menutup biaya rumah sakit yang cukup besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOSER [JAEREN]
Fanfiction[END] Dengan mengesampingkan sifat malu dan membuang harga dirinya, Renjun terus saja berusaha mendekati Jung Jaehyun. Walaupun tingkah lakunya terlihat tak jauh berbeda dengan seorang jalang yang mengemis perhatian dari mangsanya. Namun ia sama sek...