FIFTH

2.3K 266 45
                                    

Satu minggu berlalu, dan tak ada dalam seharipun yang terlewati oleh pemuda Huang itu tanpa bekerja. Diawali dari pagi buta hingga larut malam, Renjun habiskan seluruh harinya untuk bekerja di empat tempat yang berbeda.

Lelah. Jika ada kata yang mampu mendeskripsikan lebih dari kata lelah, mungkin kata itu yang lebih pantas untuk menggambarkan kondisi Renjun saat ini.

Tubuh kurusnya semakin terlihat lebih kurus hingga tulang pipinya tercetak begitu jelas disana, disertai kantung mata yang begitu tebal dibawah matanya. Membuat kondisinya terlihat cukup memprihatinkan bagi siapa saja yang melihatnya.

"Jangan terlalu bekerja keras, Renjun-ah" Ucap Winwin seraya mengusap lingkaran hitam tepat dibawah netra serupa rubah milik sang adik.

Renjun tersenyum tanpa arti, walau rasa lelah begitu ia rasakan, namun sepertinya rasa lelah dan capek itu belum mampu mengalahkan bagaimana rasa sakit yang akhir-akhir ini selalu dirasakan oleh Winwin.

Tak jauh berbeda dengan si bungsu, kondisi si sulung juga hari demi hari terus saja menurun dan membuat Renjun merasa khawatir bukan main. Tak jarang juga dirinya menjadi tak fokus dengan pekerjaannya karena selalu teringat kondisi Winwin.

"Sebentar lagi, ge. Aku pastikan kau segera operasi" Yakin Renjun. Walaupun uangnya kini masih belum terkumpul separuhnya. Namun Renjun akan mengusahakan bernegosiasi dengan pihak rumah sakit untuk membayar biaya operasi itu secara berkala.

"Tak akan ada yang berubah sekalipun gege di operasi, kau menyerah saja ya?"

"Ge!" Sentak Renjun.

Tak setuju dengan ucapan Winwin. Kata menyerah tak pernah ada dalam kamus hidupnya. Jikapun ia harus menyerah karena usahanya yang hanya akan berakhir sia-sia, maka itu hanya akan ia lakukan untuk cintanya pada Jaehyun. Dan tidak akan berlaku untuk kesembuhan Winwin.

"Gege harus tetap hidup jika tak ingin aku menyerah untuk hidupku" Lanjut Renjun.

Winwin menatap sendu kearah yang lebih muda. Ingin sekali mengatakan kepada si bungsu untuk tak terlalu berkorban untuk dirinya. Winwin hanya takut, jika semua usaha Renjun hanya akan sia-sia mengingat kondisinya saat ini yang mungkin tak bisa diharapkan.

Renjun meraih telapak tangan sang gege, lalu menggenggamnya erat. Memberikan afeksi hangat yang dimilikinya untuk menghalau rasa dingin ditangan lentik Winwin.

"Gege harus sembuh, dan jangan lagi merasakan sakit" Lirihnya, namun masih bisa didengar oleh yang diajak bicara.

Tak bisa berjanji, namun tak ada salahnya Winwin mengamini harapan si bungsu. Setidaknya itu tak akan membuat si paling muda merasa sedih.

"Doakan yang terbaik untuk gege, ya?" Pesan Winwin. Dan mendapat anggukan mantap dari Renjun. Tanpa diminta pun, doa untuk kesembuhan Winwin selalu terucap setiap harinya entah dihadapan Tuhannya langsung atau hanya diucapkan dalam hati saja.

***

Tangan bertanda lahir itu dengan telaten menata tumpukan mie instan kedalam rak. Diurutkan berdasarkan merk dan jenis mie, ditata dengan barisan rapih yang akan mempermudah pelanggan untuk memilih jenis mie yang diinginkan.

Setelahnya, ia berpindah kearah lemari pendingin yang terletak paling ujung, yang menampilkan berbagai jenis minuman. Dan lagi, tangan terampilnya kembali menata beberapa kaleng dengan jenis minuman bersoda kedalam kotak pendingin itu.

Pusing dikepalanya tak menjadi alasan untuk dirinya absen dari pekerjaannya. Bahkan sesekali Renjun harus menahan saat tubuhnya terasa sangat berat untuk diajak bekerja sama. Pemuda manis itu juga merasa jika saat ini tubuhnya sedang mengalami demam. Namun semua itu masih bisa ia tahan. Mengingat jangka waktu operasi sang kakak sudah sisa satu minggu. Dan Renjun tak memiliki waktu untuk hanya sekedar memanjakan tubuhnya untuk istirahat yang akan membuang-buang waktu. Memanfaatkan sebaik mungkin waktu untuk mengumpulkan uang demi biaya operasi Winwin.

LOSER [JAEREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang