Pembantaian [01]

2.8K 227 118
                                    

Tes... Tes...

"Hah... Hah... Hah...," Nafas nya naik turun dengan begitu cepat seiring degupan jantung yang kian meronta gila.

Cairan merah searoma besi menjadi hidangan langganan bagi indra penciuman sang pria, jangan lupa hidung itu juga mengeluarkan darah yang membeku beberapa menit lalu.

Seluruh tubuhnya ngilu saat digerakkan, tulang patah itu kian memburuk di setiap kakinya melangkah apalagi darah yang kian mengucur deras menambah penderitaan hidupnya.

Sobekan kain berwarna hitam melingkar di lengannya yang basah penuh darah akibat serangan beberapa waktu lalu, bibir putih pucat tak henti hentinya bergerak membentuk kalimat penenang, "kita akan baik baik saja."

Kebohongan apa yang engkau ciptakan baik untuk dirimu sendiri atau bagi remaja di pangkuan mu itu? bukankah kalian sama-sama tahu bahwa nasip buruk sudah berada tepat dibelakang kalian. Jangan terlalu banyak berbohong hanya untuk mempertahankan setitik rasa semangat, namun apa daya hanya ini yang sanggup kamu lakukan.

Sang remaja terkulai lemah di punggung pemuda bermanik ruby yang diduga sebagai dua bersaudara yang masih tersisa setelah pembantaian besar-besaran di markas mafia, bukan mereka sang kelompok mafia terbesar yang menjadi puncak rantai kekuasaan seperti biasanya, kali ini status mereka hanyalah makhluk lemah diambang kematian. Merangkak mencari tempat aman di sudut dunia yang gelap, bermimpilah selagi bisa karena itu adalah hal yang mustahil!!!

Seonggok tubuh tergeletak layu dilantai, degupan jantung yang telah lama terpadam kan, puncak kejayaan sudah lah usai kini adalah saat nya bagi sang bunga untuk berguguran membawa angin dingin dan hati yang membeku.

Mencoba mematikan hati yang terus meronta tak terima akan nasip rekan seperjuangan nya yang sudah lebih dulu berpulang, menjadi penyesalan besar bagi nya yang tak dapat mengurus tubuh ringkih dan lemah tanpa nyawa. Tapi ia tau, dilubuk hatinya yang terdalam, sudah tak ada lagi kesempatan, hanya menunggu beberapa waktu lagi tarikan nafas nya ini akan terputus berakhir menjadi seonggok sampah dunia dengan cairan merah sebagai hidangan terakhir di mulutnya.

Berbohong lah selagi bisa, teruslah bertahan meski kau tau bahwa harapan tlah lama pupus, itulah tugasmu.

"Hei... Bertahan lah... Kita hampir sampai." Sang kakak mengelus lembut surai hitam kecoklatan milik adiknya yang sudah tak bergerak sedari tadi.

Tak henti-henti nya cairan merembes dari bagian dada kiri sang adik, tubuhnya kaku dan dingin membekukan luka dibeberapa bagian tubuhnya.

Halilintar Thunderstorms, ia hanya dapat tersenyum tipis penuh makna, siapa yang coba ia bohongi??

Tidak ada yang akan baik baik saja!!

Pembohong!!

Mereka sudah pergi!!

Hanya kau yang tersisa bodoh!!

Dasar lemah!! Sadar!!

Kau hanya menggendong mayat selama setengah jam!!

Mereka telah mati!!

Menyerahlah!! Usahamu hanya akan jadi sia-sia!! Menyerahlah!!

Bayangan hitam dihatinya berteriak histeris sambil tertawa lalu kembali menangis, mereka sudah gila dan kau juga sudah gila. Dunia ini gila!

Bruk!

Tangannya terlepas bebas, membiarkan tubuh Sang adik jatuh tersungkur dilantai yang penuh darah, menyatu bersama onggokan mayat tak terhitung jumlahnya, sadarlah adik mu sudah menjadi mayat sedari tadi... Siapa yang coba kau bohongi?

Reinkarnasi Boss Mafia [Halilintar] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang