Beauty & the Beast

4 0 0
                                    

Sekolah yang mungil itu ibaratnya, seperti kota kecil yang hanya dihuni oleh puluhan kepala keluarga dengan jumlah penduduk sama kecilnya dengan kota itu sendiri. Begitupun sekolah mungil itu, nyaris setiap penghuninya mengenali penghuni lainnya.

Semua orang mengenalnya. Remaja tanggung kelas tiga SMA pinggiran kota. Lengkap dengan serba tanggungnya. Tidak terlalu cantik, bukan berarti jelek. Tidak terlalu tinggi, juga tidak pendek. Tidak terlalu pintar, dan pasti tidak bodoh. Anehnya, dia begitu dikenal oleh semua penghuni SMA Pinggir Kota itu.

Jika ada yang bertanya, "Maaf, kenal Yomiko Asakura?" maka niscaya akan mendengar berbagai macam jawaban dengan inti yang sama dan ekspresi wajah yang sama.

"Ah, Yomiko itu ya?"

atau "Yomiko yang itu ya?"

Yang paling parah, "Ngapain cari Yomiko?", dan

"Bikin masalah apalagi tuh anak?"

Pokoknya semua jawaban itu intinya satu, bahwa semua orang mengenal Yomiko. Langganan terlambat, paling malas mengerjakan tugas rumah, dan yang paling aneh dari semua perbuatannya adalah hobinya yang suka nabrak orang kalo lagi jalan. Benar-benar bikin bete semua orang pokoknya. Makanya anak itu begitu terkenal di sekolah mungilnya.

Kenapa sekolah mungil? Ratusan alasan bisa saja diajuin, tapi cuma satu hal yang pasti. Sekolah itu hanya terdiri dari satu bangunan tiga lantai, yang luasnya gak jauh beda sama kuburan di desa-desa.

Sayangnya, dia terkenal dengan segala hal yang tidak patut-patut amat buat dibanggakan. Didukung darah serba separonya-hasil persilangan gen asiatis dan melayu, yang membuatnya terlihat berbeda diantara kerumunan siswi lain di sekolahnya.

Bentuk mata, hidung, dan bibirnya benar-benar menurun dari ayahnya yang keturunan Jepang tulen dipadukan dengan kulit sawo matang ibunya yang melayu tulen membuatnya terlihat unik. Sekali lagi, sayangnya dia tidak begitu mensyukuri nikmat tuhan yang begitu besar itu. Hampir tiap pagi selalu terdengar keluhannya.

Seperti pagi ini-yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pagi-pagi yang sebelum-sebelumnya. Bangun tidur dengan rambut acak-acakan plus kemalasan tingkat kroniknya. Menguap dan nyaris kembali menjatuhkan diri di kasur sebelum akhirnya pengasuhnya sejak dia berumur lima tahun menyeretnya ke kamar mandi.

"Mbok yang mandiin atau mandi sendiri?" tanya pengasuhnya sambil mengangkat gayung penuh air. Siap untuk mengguyur Yomiko kapan saja.

"Terserahlah! Miko ikut aja." Jawabnya masih dengan mata terpejam. Berani taruhan menjawab itu pasti terbawa dari dalam mimpi. Dan...

PYASSS...

Segayung penuh air mengguyur kepala sampai tubuhnya yang masih mengenakan piyama bergambar Mickey Mouse kesukaannya. Akhirnya, dia terbangun dari tidurnya.

"Aduh! Apaan sih, Mbok? Aku kan udah gede, ngapain dimandiin segala sih?" matanya yang bulat kecil menyipit menatap pengasuhnya itu. Mbok-nya yang super suabarrr itu hanya melengos dan meninggalkannya setelah menyantelkan handuk dan menutup pintu kamar mandi. Membiarkan Yomiko menggerutu tidak jelas.

Setelah menghabiskan waktu 30 menit di kamar mandi-hanya tuhan yang tahu apa saja yang dilakukannya di sana, Yomiko mengenakan seragam putih-abu-abunya lengkap dengan kerudungnya di depan cermin, mengeluh sebentar tentang betapa unik wajahnya.

"Ya tuhan! Seharusnya jika aku harus mirip ayah, maka buatlah seluruhnya mirip dengannya. Jika memang aku harus mirip ibu, maka buatlah seluruhnya mirip ibu. Jangan separo-separo begini!" keluhnya. Untuk yang ke sekian kalinya dan selalu sama setiap paginya. Kemudian dengan gontai menarik tas sekolahnya yang kemarin sepulang sekolah dia lemparkan ke kolong tempat tidurnya, buru-buru menarik buku-buku yang tertata berantakan di rak buku besarnya.

Being AsakuraWhere stories live. Discover now