"ASAKURAAA!" Yomiko melepas headset-nya, begitu suara nyaring yang sangat dikenalinya memekakkan telinganya. Dia mematikan iPod-nya dan berbalik menghadap seorang cewek bertubuh mungil yang sedang meringis meminta maaf ke arahnya.
"Ada apa?" tanyanya menampilkan wajah yang seakan mengatakan, ngomongnya gak usah bertele-tele kayak biasanya ya?
"Eh!" cewek itu menggaruk kepalanya, mencoba mencari kalimat yang tepat, singkat, dan jelas untuk disampaikan kepada Yomiko yang kadang loading-nya kelewat lama. "Kita mau ngadain acara makrab seangkatan. Asakura harus ikut, ya?"
Yomiko kadang ngerasa aneh dengan teman-teman sekelasnya. Sejak kelas satu sampai kelas tiga ini, teman-temannya lebih suka memanggilnya dengan nama keluarganya daripada nama depannya.
"Kamu minta apa maksa, sih?"
Cewek itu tertawa tertahan, "Hehe. Dua-duanya. Habis, kamu kalo cuma diminta pasti gak dateng. Jadi, kita mau maksa aja. PLISSS! habis ini kita gak bisa kumpul-kumpul lagi loh!"
Yomiko memutar bola matanya, mungkin untuk memvisualiasikan kata hatinya, "Terus? Masalah kalo aku gak ikut?"
Sebelum cewek itu menjawab dengan ketus, teman disampingnya menyahut. "Penting! Sebenarnya kita malas ngajak kamu lagi. Tapi, karena ini request dari anak-anak kelas IPA-A. akhirnya kita maksa kamu."
"Insyaallah, ya?" jawabnya. Memutar tubuhnya ke depan lagi. Namun kedua cewek itu segera teriak bersamaan menghentikan gerakannya.
"Gak boleh Insyaallah! Harus bilang Iya. Kamu tega kalo biarin kita dipiting sama anak IPA-A?" Apa coba dipiting itu?
Yomiko memiringkan wajahnya, bingung. "Loh? Emangnya anak IPA-A, kenapa? Sejak kapan mereka jadi sumo?"
Seseorang di sampingnya memukul kepalanya dengan buku tulis. "Kamu itu emang gak peduli sekeliling, ya? Anak IPA-A itu punya pengaruh ke kepala sekolah, mungkin bisa jadi malah anak emasnya. Mereka bisa membatalkan satu acara kalo mereka mau, meskipun sekolah udah ngeluarin biaya banyak."
"Terus?"
"Lah! Acara ini tuh pasti selalu anak-anak IPS yang punya ide. Segala sesuatu mengenai perijinan diurus langsung sama anak IPA-A. kamu tahu sendiri, kan? Pak kepala kayak gak begitu ngeh sama anak IPS."
Yomiko mengangguk mengerti. "Oke deh! Aku usahain. Kapan sih, acaranya?"
"Sabtu depan, neng!"
"Lah emang hari ini hari apa sih?" sekarang ketiga temannya itu menimpuk kepalanya dengan selembar kertas yang sudah dibulatkan.
*
Rumah berarsitektur khas Jepang itu tampak aneh di kelilingi rumah-rumah mewah. Bagian depannya dipagari dengan pohon bambu mini yang berjajar rapi dengan pintunya yang terbuat dari kayu yang akan berbunyi "Kriet" ketika di buka. Setapak kecil akan membawa ke pintu masuk geser.
Kebiasaan Yomiko sejak kecil adalah melompat masuk dan meninggalkan sepatunya terlempar entah kemana dan mengganti dengan sandal rumah dengan kepala boneka Smurf yang aneh lengkap dengan topi putihnya. Kemudian berteriak sekeras-kerasnya,
"SALAMUALAIKUUUM! TADAIMA[1]..."
Seperti biasanya Mbok-nya akan menongolkan kepalanya dari pintu dapur, "Sudah pulang?"
Tanpa menjawab Yomiko berbalik menuju tangga yang tersembunyi di balik dinding sekat. Tepat disana adalah kamarnya. Dilemparkannya tas sekolahnya ke meja belajar. Naas! Tasnya mendarat dengan sukses di bawah meja.
Siang ini, seperti kebiasaannya ketika sedang liburan, Yomiko menjatuhkan diri di kasur dan sekejap kemudian terlelap.
*
YOU ARE READING
Being Asakura
Randomapa yang terjadi ketika benda yang tidak bisa digerakkan bertemu dengan benda yang tidak bisa dihentikan?