"SALAMUALAIKUUUM!!! TADAIMAAA..."
Yomiko melepas sepatu sekolahnya, menggantinya dengan sandal rumah lengkap dengan kepala boneka smurf kesukaannya.
"Waalaikumsalam!" jawab perempuan setengah baya yang selama ini sudah tidak pernah dilihatnya. Lengkap dengan laki-laki setengah baya berwajah ketimuran yang menyambutnya di pintu dapur.
"Ibu? Ayah?" panggilnya pada kedua orang itu. Tidak mempercayai apa yang dilihatnya.
Yomiko langsung melompat memeluk ibunya. Tidak bisa menahan tangisnya.
Mbok tersenyum penuh haru. Setidaknya untuk beberapa bulan ke depan, rumah ini akan di penuhi teriakan-teriakan Yomiko saja.
*
Beker berbentuk doraemon itu berteriak nyaring. Bahkan mungkin bisa membuat orang sekampung terlonjak bangun dari tidur lelapnya.
Sebuah tangan kurus menyembul dari balik selimut. Meraba-raba meja disamping tempat tidurnya, dimana jam beker yang melengking itu berada. Sekali pencet, jam itu kembali tenang.
Sayangnya, ketenangan yang dirasakan Yomiko tidak bertahan lama. Beberapa menit kemudian muncul sosok yang menarik selimutnya.
"Ih! bangun putri tidur..." sosok itu berusaha menggelitiki tubuh Yomiko.
"aduh... aduh..." mereka bergelut di tempat tidur kecil itu. "geli, Bu!"
"Ayo mandi!" ibunya menarik tangannya yang terkulai membawanya bangkit. "Ayolah! Nanti kamu telat."
"Bu.. pening ini lho, kepalaku!" ujar cewek itu, berusaha kembali duduk.
"Emang, kemarin tekanan darahmu berapa?" ibunya menatapnya khawatir.
Yomiko memperhatikan ibunya dengan enggan, kemudian menggeleng, "Tau lah. Males aku."
Dia bangkit dari tempat tidurnya. Berjalan menubruk-nubruk apapun yang ada di depannya menuju ke kamar mandi. Mengacak rambut pendeknya yang selalu acak-acakan ketika dia bangun tidur.
Beberapa saat kemudian dia sudah siap untuk meninggalkan rumahnya.
"Omi! Gak sarapan bareng?" ibunya meneriaki dari ruang makan. Sayangnya dia sudah melesat ke pintu depan.
"Tanggung! Udah telat, bu!" sebelum menutup pintu, dia kembali pamitan jarak jauh, "Ittekimaaas!"
"Dasar!" Gerutu ayahnya.
Di dalam bus, tingkah Yomiko berbeda dari biasanya. Biasanya dia akan tertidur di bus sampai kernetnya yang buaik hati membangunkannya. Sekarang, boro-boro tidur. Yang ada malah tersenyum-senyum kayak orang gila. Pasalnya, pagi ini dia merasa berada dalam keluarga yang sesungguhnya. Tidak seperti biasanya yang hanya diisi pembicaraan singkat antara dia dan Mbok yang selalu sabar menghadapinya.
Dia benar-benar tidak berpikir tentang sekolahnya hari ini. Hanya menginginkan pulang secepatnya dan kembali berkumpul dengan ibunya.
Berkat ibunya yang memasang beker lebih pagi dari biasanya, sekarang dia sampai di sekolah tepat lima menit sebelum bel masuk. Pengurus OSIS yang bertugas menerttibkan murid-murid yang datang, sampai memanadanginya tidak percaya.
Tapi, dia tetap masa bodoh seperti biasanya. Melenggang ke kelasnya yang berada di lantai tiga. Dia sedang bermain-main dengan ponsel baru oleh-oleh dari ayahnya, saat seseorang menyapanya.
"Hai! Tumben berangkat pagi." Yomiko menoleh dan mendapati Kenang sudah berjalan di sampingnya. Sepertinya dia juga baru datang.
"Bekernya bunyi terlalu pagi." Sahutnya sekenanya. Kenang terkekeh.
YOU ARE READING
Being Asakura
Randomapa yang terjadi ketika benda yang tidak bisa digerakkan bertemu dengan benda yang tidak bisa dihentikan?