Puzzle O1 ─ Awal

67 5 0
                                    

Malam yang sepi ini menemani pemuda tampan nan manis yang sedang asik memainkan gitarnya dan mulutnya bergerak menyanyikan tiap lirik lagu yang ia buat sendiri, di balkon kamarnya.

"Hahh, andai aja ayah ngizinin gue buat jadi penyanyi, pasti sekarang gue udah bisa ngeluarin lagu-lagu yang gue buat sendiri." Ucap pemuda itu sambil memandang langit-langit malam yang di penuhi bintang.

"Andai aja ayah gue itu ayahnya bang Kenzo, pasti gue udah jadi kaya bang Kenzo yang nyanyi dimana aja tanpa kekangan." Ya, lagi-lagi dia hanya bisa berandai saja, karena nyatanya sampai kapanpun sang ayah tidak akan mengizinkannya untuk menjadi seorang penyanyi, namun ayahnya ingin menjadi Dokter.

Pemuda itu lantas berdiri dan masuk ke dalam kamarnya yang di penuhi oleh berbagai poster idolanya. Ia merebahkan dirinya di kasur miliknya lalu menatap langit kamarnya.

"Ayah, Nasa mau kaya bang Markenzo. Jadi penyanyi, tapi kenapa ayah selalu aja nyuruh Nasa buat jadi apa yang ayah mau." Ya, dia Nasabian Jakeesha, sosok pemuda yang sejak tadi hanya berbicara sendiri tentang hidup yang ia inginkan.

Selang beberapa menit, pemuda itu di serang rasa kantuk, perlahan Nasabian memejamkan matanya dan pergi ke alam mimpinya.

・ ・ ・ ✦

Nasabian mengawali paginya dengan bersiap untuk berangkat ke sekolah, pemuda itu sekarang tengah berjalan menuju ruang makan yang terdapat sang ayah dan bundanya.

"Nasa mau roti atau nasi goreng?." Tanya wanita cantik satu satu nya dirumah itu, dia Anggita Prameswara, bunda Nasabian.

"Roti aja bun." Dapat jawaban dari anaknya tersebut, Anggita pun mulai menyiapkan roti dengan selai coklat untuk sang anak.

"Nasa, tahun depan kamu sudah kelas 12. Jadi, apa kamu sudah memikirkan untuk melanjutkan kuliah kedokteran dimana?." Suara berat itu adalah suara sang ayah, Garry Mahaputra.

Nasabian menggeleng sambil mengunyah roti yang tadi disiapkan bundalnya, "Nasa masih belum tau yah, lagian Nasa masih kelas 11, masih mau santai dulu yah." Ujar Nasabian.

"Ya sudah terserah saja, tapi jika kamu belum mendapatkannya, ayah yang akan mencarikan." Nasabian tentu hanya bisa menggangguk pasrah dengan ucapan sang ayah, sudah biasa menurutnya.

Setelah menghabiskan rotinya, Nasabian langsung pamit untuk berangkat ke sekolah, karena di sekolah pun dia memiliki tugas, seperti tugas tugas nya sebagai sekretaris osis.

・ ・ ・ ✦

Sampai di sekolah, ia langsung berjalan menuju kelasnya. Ia duduk di kelas 11 MIPA 1, Nasabian termasuk siswa pintar di sekolah tersebut, tak heran jika ia masuk ke kelas unggulan.

Saat sudah masuk dikelasnya, Nasabian di sambut oleh ketiga temannya.

"Oit Nasa, gue liat tugas kimia boleh?." Aish temannya satu ini sering sekali melihat tugasnya dan menyalin ke dalam buku tugas miliknya. Dia Hazkiel Bumiandra, tak banyak orang tau tentang dirinya, hanya teman teman terdekat nya saja yang paham oleh sosok Hazkiel.

"Lo mah emang dasarnya bodoh, gue rasa Nasa bosen tiap hari di mintain contekan sama lo." Ucapan tersebut keluar dari mulut seorang Renjana Zaveiryo, salah satu dari mereka yang memiliki kesabaran yang sangat sedikit.

"Udah lah gapapa Ren, lagian itung-itung gue amal kebaikan." Ujar Nasabian.

"Lo mah emang dasarnya terlalu baik Nasa." Ucap pemuda yang sedari tadi hanya memperhatikan ketiga temannya itu, Arveno Khafindra. Pemuda yang memiliki aura dingin dan di anggap pelindung oleh teman-teman nya karena postur tubuhnya bak preman pasar kalo kata Hazkiel.

PUZZLE PIECE - NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang