Suzuri Bako 硯箱

66 46 3
                                    


Roda sepeda berputar cepat, udara pagi yang dingin, kini mulai di hangatkan matahari yang terbit di arah timur di desa nelayan itu, angin menyibak nyibakan rambut Hiroshi yang tengah mengayuh kencang pedal sepedahnya, semakin lama nafasnya mulai terengah-engah. dengan ekspresi yang gembira dia menyapa semua orang yang hampir setiap hari dia temui di perjalanan menuju sekolah. sepedanya terhenti tepat di depan sebuah gang kecil selebar 2 meter.

sambil menunggu biasanya dia memainkan rubik kayu pemberian ayahnya sebagai kado ulangtahunnya yang ke tujuh.

namun pagi itu baru saja dia mengeluarkan rubik dari dalam kantong kecil di tas punggungnya sesosok gadis muncul dengan jaket merah yang mencolok terdapat banyak sulaman benang berbentuk bunga di jaketnya. tentu saja itu buatan tangannya sendiri.

gadis itu berkata
"selamat pagi!, bagus sekali, kau selalu tepat waktu" dengan senyuman yang disertai lesung pipi yang membuatnya bertambah manis, tanpa basa basi gadis itu langsung menaiki jok belakang sepeda Hiroshi.

gadis itu bernama Hikari, mereka berteman baik dari sejak mereka duduk di sekolah dasar dan tetap berteman baik hingga kini mereka duduk di kelas 2 SMA.

Hiroshi dan Hikari berjanji akan selalu menjadikan satu sama lain sebagai hal yang utama demi persahabatan.

"kau keluar cepat hari ini, apa kau bangun pagi sekali?"Hiroshi mulai mengayuh sepedanya.
Sinar matahari kini menerpa wajahnya yang rupawan. dengan hidung yang mancung dan bibir yang tipis, di tambah matanya yang terlihat begitu tajam dan cemerlang, tak tanggung-tanggung ketika dia tersenyum pun kerap gigi taring kecil menghiasi bibir tipisnya itu.

"biasanya aku menyelesaikan rubikku tiga hingga empat kali permainan, setelahnya baru kau keluar" timpal Hiroshi.

"ah?, hari ini aku tidur lebih awal. acara televisi yang biasanya ku tonton semalam tidak di tayangkan." ekspedisi Hikari sedikit kesal.

"entah kenapa malah menayangkan berita sepasang suami istri yang bunuh diri di Izo Oshima, dan lebih membuatku tak mengerti kenapa beritanya harus di tayangkan malam-malam. itu membuat orang sedikit tak nyaman. seperti rasa takut, ngeri atau semacamnya. bukankah begitu?"

"benar juga" komentar pendek Hiroshi.

"padahal aku menantikan bagian yg ini. pemeran prianya sedang menanti nantikan si wanitanya yang sudah lama terbaring koma tak sadarkan diri".

"bukankah itu sama sedihnya dengan berita yang di tayangkan?"komentar Hiroshi.

"kau sungguh tak mengerti mana hal yang nyata dan hanya sebuah kebohongan." hardik Hikari.

"jika kau tau itu kebohongan, kenapa harus melihatnya?" Hiroshi tertawa terbahak-bahak.

Hikari tak menjawab. mukanya kesal dan mengerucutkan bibirnya. melayangkan sedikit cubitan ke arah samping perut Hiroshi.

"Aaaarrghh.." Hiroshi berteriak kesakitan.

"rasakan ini, rasakan!" tak hentinya Hikari mencubit bagian samping perut Hiroshi.
karenanya sepeda pun tak seimbang dan menabrak sebuah pagar rumah seseorang. sebelum akhirnya mereka berdua terjatuh.

"sakitku berkali lipat. sudah kau cubit, sekarang aku tersungkur." keluh Hiroshi yang berusaha membangkitkan sepedanya.

sementara di sisi lain Hikari sedang mencoba bangkit dari posisinya yang terduduk dengan rok yang penuh dengan debu jalanan.

mereka seling bertatap tajam beberapa waktu. dan kemudian pecah dengan gelakan tawa, karna mereka mentertawakan nasib mereka sendiri yang menurutnya lucu, harus menabrak pagar orang di pagi hari di jalanan yang sepi hanya karena membahas acara televisi.

SHIKIGURUMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang