Tepat pukul delapan malam gerimis mengguyur kota, gerimis yang deras hingga banjir sedikit melanda lalu menganggu pengguna jalan. Aku tidak pernah berani menanam ekspetasi lebih terhadap Sangkuala karena sekali lagi, kita tidak pernah dekat.
Aku hanya bersiap menggunakan pakaian yang kelewat biasa saja. Mungkin ia tidak jadi menjemputku karena hujan, mungkin saja ia lupa menelpon, mungkin saja Sangkuala menggunakan banjir sebagai alasan utama pertemuan kita dibatalkan.
Namun semua dugaaanku salah. Salah besar.
Sangkuala datang dengan mobil sedan hitamnya yang ia berhentikan di depan rumah lalu berjalan dengan santainya menuju masuk ke dalam pekarangan rumahku. Ia seolah mengerti jika aku tidak bisa turun karena air menggenang sampai depan pintu. Jadi secara cekatan dibukanya pagar serta pintu rumahku, sekonyong-konyong ia mengucap salam dan berjalan masuk.
"La, astaga. Kenapa dateng? Rumah aku daerah banjir.."
Sangkuala terkekeh sembari mengangkat benda yang tak asing, yaitu sepasang kantong sepatu berbahan plastik yang entah ia beli di mana, bagaimana bisa terpikir olehnya untuk membawa benda konyol seperti itu ke dalam rumah.
"Kita tetep jalan-jalan, cuma kamu pakai ini dulu. Biar kakinya nggak basah."
Aku merutuk dalam hati, inikah sisi Sangkuala yang belum ku ketahui? "Yakin? Malem-malem gini? Kita tetep keluar?"
Sangkuala mengangguk. Nampak kukuh dengan keinginannya.
Tidak ada pilihan lain yang bisa aku ambil selain menyetujui permintaan Sangkuala untuk tetap pergi di tengah cuaca yang menyebalkan.
Ia memakaikan sepasang kantong sepatu itu, memasukkannya secara telaten ke dalam sepatuku yang lagi-lagi kebetulan berwarna putih tulang.
Setelah selesai, kami berjalan memasuki mobil. Aku merapatkan sweater guna menghangatkan badan sementara di luar sana tengah gerimis hujan. Sepertinya Sangkuala juga merasakan hal yang sama. Karena selama di perjalanan, ia tidak menyalakan pendingin mobil barang sebentar.
Awalnya semua terasa biasa saja. Aku tidak membuka mulut untuk memulai obrolan karena terlalu bingung, Sangkuala pun begitu. Ia hanya bersenandung kecil mengenai sebuah lagu yang kerap kali aku dengar di media sosial. Pelafalan bahasa Inggris nya begitu fasih dan enak didengar, tanpa terputus senandung itu meliuk lihai mengudara memenuhi sudut ruangan.
Perutku serasa tergelitik karena selama kurang lebih lima tahun menyukainya, tidak pernah sedikitpun terpikirkan olehku untuk bisa mendengar Sangkuala bersenandung pada jarak sedekat ini. Ia berada di sampingku, memegang penuh kendali setir tanpa menurunkan sunggingan di bibirnya.
"Kamu tau lagunya, kan?"
Aku terhenyak, "Iya, sempet denger di medsos, deh. Kamu suka banget kayanya." Sengaja ku akhiri dengan kekehan kecil pada akhir percakapan. Supaya tidak terlalu garing, bisa-bisa malu setengah mati.
Secara tiba-tiba, Sangkuala mengangkat sebelah tangannya dan menyalakan radio mobil dengan volume kencang. Bulu kuduk ku merinding hebat, karena lagu yang baru saja dinyanyikan Sangkuala terputar merdu di sana.
Sangkuala mengurangi kecepatan laju mobil, lewat ekor mataku dapat kulihat Sangkuala curi-curi pandang sembari tersenyum. Ia tidak pernah begini, maka dari itu aku selalu merasa gugup.
"Judulnya W.H.UT. kamu hafal liriknya, kan?"
Demi menghargai apa yang Sangkuala sukai, aku mengangguk saja. Padahal dikata hafal pun tidak.
Sangkuala mengajakku bernyanyi bersama. Ia latunkan lagu W.H.UT sekali lagi, meresapi setiap arti yang mengalun indah hingga membuat saraf otakku nyaris berhenti.
Aku tidak menyanyikan semua bagian karena memang tidak terlalu hafal, aku hanya sekadar bersenandung lirih mengenai beberapa lirik yang ku ketahui sedang Sangkuala mengambil alih sisanya.
Aku terbawa oleh suasana syahdu yang ia ciptakan, aku terbuai oleh ketenangan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Menyanyi bersama Sangkuala? Siapa yang akan mengira aku bisa sampai sejauh ini dalam mengaguminya?
Go on and ask me
How I feel thinkin' about you every night
Just to be mine
Now that I got you, breathe me in and out
Is say I love you
Pada lirik terakhir, Sangkuala memberi ruang pada kami. Ia menekankan setiap kalimat seolah arti-arti pada lagu itu adalah seperempat dari kisah hidupnya.
Ia menoleh dan memintaku melanjutkan.
Don't ask me why
When you walk pass by
Baby, you know I tried to sit still but I just can't help it, oh
These goosebumps oh, I
Am silently screamingAs you go approachin' me
And holdin' me tight
Dinginnya semilir angin karena kaca mobil yang sedikit terbuka tidak lagi terasa bagiku. Yang aku lakukan hanyalah menikmati setiap momen bersama Sangkuala. Mengabadikan apa yang aku lakukan bersamanya di dalam pikiran. Karena bagiku, apa yang ia lakukan sangat janggal. Apakah ini pernyataan cinta? Atau Sangkuala hanya sekadar memastikan perasaanku?
Lagu W.H.U.T sampai pada klimaks secara sempurna. Sangkuala menutup, membungkus dan membuat semuanya semakin jelas. Sorot mata yang ia ciptakan tidak pernah sekalipun terlihat ragu. Penuh dengan kobar api semangat hingga secercah kehidupan.
"Kita berhenti di sini dulu, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
2021 dan Sepenggal Lagu W.H.U.T
Romance"Pun jika lagu ini berhenti mengalun, bukan berarti kisah kita kubiarkan buntu di tengah perjalanan, 'kan?" Rinai benar. Ia serius dengan ucapannya barusan. Rinai betul-betul membuat, merekam, dan mengabadikan semuanya tanpa tersisa. Termasuk tokoh...