ANONIM

66 44 2
                                    


Yosuke Iwata pria yang kini berusia 29 tahun, yang sempat mengenyam pendidikannya di sebuah Universitas Swasta jurusan Psikologi namun harus terhenti perihal orang tua Yosuke yang terjerat kasus penggelapan dana perusahaan atau yang kita sebut korupsi, akhirnya Yosuke hanya berakhir menjadi seorang pria yang bekerja di sebuah pabrik permen.

Dia yang kala itu berusia 21 tahun dan memasuki tahun ke 3 program study menyaksikan Tn Iwata, yang tak lain ayahnya sendiri di seret dan di hukum pidana, sementara Ny Iwata ibu Yosuke memilih pergi meninggalkan anak semata wayangnya itu.

Ny Iwata merasa Yosuke akan menambah beban hidupnya dan beranggapan jika anaknya pun telah cukup usia saat itu untuk bisa menghidupi dirinya sendiri. Lantas perbuatan Ny Iwata membuat Yosuke yang kini sebatang kara menyerah dan tak pernah berniat mencari dimana keberadaan Ibu kandungnya lagi.

beberapa hari setelah Ayahnya mendapat hukuman, rumah besar milik yang sedang di tempatinya, telah di sita untuk menutupi kerugian-kerugian yang di perbuat ayahnya.

Rumah yang dahulu penuh kehangatan bagi Yosuke, kini terlihat seperti neraka,yang menggores sebuah trauma.

Yosuke memberi penilaian terhadap nasib keluarganya yang tak jauh beda dari sebuah tanaman bunga geranium, yang sering ibunya tanami di pekarangan rumah.

"Tanaman Geranium yang bisa berusia lama, namun rentan mati hanya dengan terpaan sinar matahari dan kekeringan, bukankah ini terlihat sama?"

Yosuke pun memutuskan mengakhiri studynya, bukan hanya karena tidak mampu untuk membayar biaya pendidikannya, namun dia sering juga di kucilkan, di hakimi, dan menerima perundungan selama di Universitas karna kesalahan Ayahnya.

Tak kuat menanggung semuanya, Yosuke pun berniat meninggalkan kota kelahirannya itu dan memulai hidup baru seorang diri di Tokyo hingga mendapat pekerjaan di sebuah pabrik permen yang sekarang membuatnya bisa menyambung hidup.

beberapa tahun dia bekerja keras di pabrik permen, seolah tak mau bergerak mencari pekerjaan lain. Yosuke hanya berfikir - tidak ada yang tahu tentang masalalunya saja, sudah menentramkan hidupnya-.

dia bersyukur, tidak ada lagi orang yang bertanya tentang latar belakangnya yang sangat memalukan sekaligus menyedihkan, pikirannya selalu mengingat perbuatan Ayahnya, yang membuat dia pernah di rundung hingga merasakan pedihnya menjadi tunawisma.

Siang itu di jam istirahat, rekan kerja yang Yosuke panggil dengan sebutan Sakaguchi-san menghampiri Yosuke dan mengajaknya makan bersama. mereka memutuskan hanya membeli Bento dan beberapa kudapan saja di Konbini.

"kau mau pilih yang mana Yosuke?" tanya Sakaguchi-san begitu membuka lebar pintu lemari pendingin.

Yosuke menyebarkan pandangannya ke seluruh isi lemari pendingin di Kombini itu.
"aku Onigiri saja" jawab Yosuke sambil mengambil dua buah Onigiri dan di tangan kirinya telah memegang sebotol minuman fermentasi yang sudah dia ambil sebelumnya.

suasana disana cukup sepi,
sehingga mereka menyantap makan siangnya di meja yang terdapat di muka Konbini. di halaman kombini terdapat sebuah pohon pinus yang meneduhkan pandangan, dedaunannya berdesau tertiup angin memberi udara sejuk kepada dua pemuda yang telah lelah berkerja di depan pemanas gula.

"Yosuke?" Sakaguchi-san memajukan posisi kursinya lebih dekat dengan Yosuke.

Yosuke menoleh pada Sakaguchi-san dengan alisnya yang terangkat.

"Apa sepulang kerja kau tidak sibuk?" timpal Sakaguchi-san.

Yosuke mengunyah makanan di mulutnya dengan cepat dan menjawab "tidak sama sekali Sakaguchi-san"

"kalau begitu bisakah kau ikut denganku? mengunjungi seorang teman yang selama ini sangat berjasa bagiku. dia sudah satu minggu di Jepang. dan aku belum sempat menemuinya" keluh Sakaguchi-san.

NOT MY SELFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang