Mulai Bercerita

58 39 0
                                    


wanita yang Sakaguchi-san bilang sebaya dengan Yosuke itu, memiliki rambut panjang pirang kecoklatan yang terurai hingga ke punggung. dengan bentuk mata almond yang dalam dan hidung yang mancung. bibirnya tipis dengan gigi yang rapi namun terdapat satu gigi taring runcing kecil di bagian kiri yang jika ia tersenyum membuatnya semakin terlihat manis.

kini setengah berbaring di depan Yosuke, masih dengan senyuman yang seolah menyimpan banyak kesedihan, dia pun mencoba ingin bersikap terbuka dengan orang yang resmi akan menjadi psikiater pribadinya itu.

"sudahkah kamu benar-benar mengenaliku?"

"aku tidak benar-benar yakin, tapi aku rasa anda memang orang yang sama, seseorang yang selama ini namanya ada di deretan musisi muda yang berpengaruh pada industri musik dunia"

"oh, aku tak menyangka bisa sepopuler itu, jika itu pendapatmu aku akan menganggapnya begitu. anggaplah aku itu orang yang benar-benar kau maksud"

"jadi itu benar?" tanya Yosuke dengan nada yang lebih terkejut.

"bisa iya, bisa tidak. lagi pula kau tau aku ini musisi, mungkin karena banyak alat musik yang memenuhi rumah ini?''

Yosuke terdiam, dia berfikir dalam benaknya berkata bahwa yang di hadapanya itu sungguhlah orang yang sama.

"jadi anda..?"

"anggaplah aku sebagai dia. dia yang wajahnya mirip denganku. dengan begitu, itu akan mempermudahku dan itu juga akan meringankanmu"

Yosuke hanya mengangguk, dan pandangannya beralih kepada Sakaguchi-san yang tersenyum penuh maksud kepada Yosuke.

"baiklah Yosuke, aku mendengarkan bagaimana riwayat pendidikanmu dari rekan kerjamu ini" wanita itu mengalihkan pandanganya kepada Sakaguchi-san.

"jika itu benar, aku akan sangat berterimakasih padamu jika kau bersedia mendengarkan semua yang aku alami saat itu. hidupku akan merasa lebih ringan jika ada yang lebih mengerti, seperti menceritakan hal yang berharga kepada orang yang di percaya dari belahan dunia manapun, bahkan aku belum menceritakan semua kepada Sakaguchi-san yang lebih lama aku kenal. tentu aku juga akan meminta maaf padanya karena, karena aku tak bermaksud tidak mempercayainya. tapi kali ini kau akan mendengarkan semua dongeng-dongeng tak masuk akal ini, nyata atau tidak bagimu, percaya atau tidak, aku harap kau tetap mau mendengarkannya. bagaimana pendapatmu, itu urusanmu. keinginanku hanya bercerita dan tugasmu hanya mendengarkan saja sudah cukup bagiku" ungkapnya penuh harap.

Yosuke membungkuk dan berkata "iya, saya bersedia. mohon bantuannya. saya akan melakukan apapun yang terbaik semampu saya"

wanita itu memanggil seorang pelayan, yang tak lain adalah wanita tua yang membukakan pintu tadi. sang tuan memerintahkan pelayannya untuk menyiapkan dua buah kursi, lengkap dengan 1 meja yang di atasnya di sediakan teh dan kudapan sejenis kue gulung khas Eropa.

Sakaguchi-san dan Yosuke mulai duduk. Wanita itu juga membetulkan letak bantal penyangga tubuhnya untuk mempernyaman posisinya.

Yosuke mengeluarkan sebuah buku bersampul kulit berwarna biru tua, berikut pena di dalam tas selempangnya.
Pelayan kembali datang dengan segelas air hangat untuk tuannya. tuannya pun mengucapkan terimakasih.

"tulislah apa yang ingin kau tulis, tapi aku minta jangan pernah kau tulis namaku di bukumu, cukup kau tau jika aku adalah seorang musisi yang kau bilang wajahnya mirip denganku" pinta wanita itu lagi pada Yosuke.

Yosuke mengangguk dan mulai meluarkan mata penanya. lalu wanita itupun mulai bercerita ...

***

ini di mulai ketika aku masih berusia 18 tahun.
sore itu aku sedang duduk disebuah bangku taman setelah kelas usai, tepat di depan sekolah ketika aku masih menjadi siswi SMA di tahun terakhir. cuaca saat itu begitu hangat, sinar matahari yang akan bersembunyi memancarkan cahaya jingga di langit. saat itu juga aku melihat banyak anak yang di jemput oleh orangtuanya.  menggunakan mobil mewah, ada pula yang hanya di jemput dengan mengendarai sepeda motor. ada satu dari mereka yang di jemput oleh ibunya. itu seketika merebut perhatianku, sekaligus membuatku merasa iri. namun apalah aku yang sudah di tinggal  pergi ibuku ketika aku masih duduk di kelas VII. aku yang saat itu merasa sedih tiba-tiba di kagetkan oleh suara klakson dari mobil tua Mersedes-Benz W202 yang melintas tepat di hadapanku. ketika pintu mobil terbuka turunlah seorang pria bertubuh gempal dengan jenggot dan kumis yang lumayan lebat. menggunakan kemeja pendek kotak-kotak dan topi koboy kebanggaannya. dia tidak lain adalah pria satu-satunya yang aku cintai. ayahku yang mulai membesarkanku seorang diri setelah kepergian ibu.

dan pria yang menyayangiku tanpa batas itu adalah seorang pengrajin kayu yang terkenal di distrik tempat kami tinggal. aku melihat expresinya yang sedikit terkejut karena wajahku yang terlihat sedih di dapatinya sedang memperhatikan anak yang sedang bergurau bersama ibunya tadi. sepertinya dia paham apa isi kepalaku saat itu. dia langsung menghampiriku dengan berkata

"ayo kita pulang, ayah sudah membeli Poutine makanan kesukaanmu di kedai Mr.George". sambil mendaratkan tangan kanannya di bahuku.
aku tau dia juga ingin menghiburku saat itu, tapi aku juga lebih tau jika dia tak pernah mengerti bagaimana caranya, menghibur anak semata wayangnya yang telah berusia 18 tahun.
aku hanya mengiyakan dan sedikit tersenyum agar membuat ayahku berpikir aku lebih kuat dari pada yang dia kira selama ini.

aku tumbuh menjadi remaja yang introvert, setiap hari setelah aku menyelesaikan tugas sekolahku aku hanya diam di kamar menghabiskan waktu dengan membaca buku, mendengarkan musik dari CD peniggalan ibuku, yang terdiri dari album-album Air Supply, Bon Jovi dan Shania Twain, atau memainkan piano yang juga ibu tinggalkan untukku. yang bilamana aku memainkanya, aku selalu berjanji pada diriku sendiri jika sampai kapanpun aku takan pernah menjualnya.

karena ayah selalu melihat aku yang hanya menyendiri dan tak ada kegiatan lain selain yang aku jelaskan tadi,akhirnya ayahku mendaftarkanku untuk les bermain biola tak jauh dari distrik tempat tinggal kami. dari sana aku bisa bermain biola dengan sangat baik, selain karena aku menyukai musik, itu juga karena aku dapat membuat ayah ku merasa senang karena apa yang dia lakukan untukku tidaklah sia-sia.

tapi tetap aku tak juga mendapatkan teman satupun di tempat les biolaku. ayahku tak menyerah hanya karena aku tidak bisa bersosialisasi lebih dengan mereka.

Jadi saat malam ketika itu aku mulai merangkak naik ke atas tempat tidurku.pria yang penuh dengan kerutan di dahinya itu mengetuk pintu dan memasuki kamarku, dia duduk di kursi tempat aku sering duduk menyandarkan diri di depan jendela kamarku sambil memainkan gitar.

dia berkata
"nak, apa yang ingin kamu lakukan selanjutnya?" ayahku bertanya sambil membuka majalah musik yang ada di atas meja kamarku, lalu melanjutkan "jika kau mau ayah bisa mendaftarkanmu untuk masuk kelas piano selanjutnya, agar kau bisa lebih mahir memainkan Mrs.Swietenia" dia menawarkannya dengan nada yang amat ragu. mungkin takut jika aku menolak dan lelah dengan usahanya.

"apa itu Mrs. Swietenia?" tanya Yosuke menghentikan cerita si Nona Rumah.

Mrs.Swietenia adalah nama piano peninggalan ibuku. Ibuku memberi nama Swietenia Macrophylla. saat aku tanya kepada mendiang ibuku saat itu dia hanya menjawab jika itu bermakna pohon mahoni, entah itu benar atau tidak, jujur sampai bertahun-tahunpun aku tak pernah mencari tahu kebenarannya, karna bagiku namanya tidaklah penting, yang lebih penting adalah piano itu sendiri dengan segala kenangan bersamanya.

lalu tanpa berpikir aku langsung menyetujui pendapat ayahku tentang les piano. apapun yang ayah sarankan selama itu berhubungan dengan musik aku langsung menyetujuinya. aku tau pria itu selalu mendukung apapun yang aku sukai.

***

Rabu petang aku mulai meninggalkan rumah, kususuri jalan di musim gugur, saat itu masih ku ingat daun-daun dari pohon maple meninggalkan ranting ratingnya, beberapa dari mereka menempel di topi beani ku.

awan yang menggantung lembut menambah pemandaangan yang terrekam di dalam memoriku. ku temukan sebuah toko kue di sebrang jalan, ayah bilang jika tempat les pianoku terletak tepat di belakang toko kue yang saat itu aku lihat sedang sepi pengunjung, dengan Standing Banner Mario Bross sebagai maskotnya di dekat anak tangga yang mengarah ke pintu utama.

saat ku dekati toko kue itu terlihat seorang pelayan pria yang membersihkan etalase yang digunakan untuk menjajakan semua jenis kue yang mereka jual. pria itu terlihat sebaya denganku, entah mengapa saat aku melihatnya sekilas, pria itu seperti menyadarinya, dia juga langsung menyadari keberadaanku, namun aku langsung pergi menerobos gang toko kue menuju tempat les pianoku.

dan sampailah aku di tempat kursus pianoku.
tempatnya sungguh di luar dugaanku.
kau tau tempat macam apa? aku tidak yakin kau dan Sakaguchi-san juga pernah melihat tempat semacam itu, tempat yang membingungkan untuk di jadikan tempat les piano.




2

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NOT MY SELFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang