First meeting Part 2

2 2 11
                                    


Keesokan harinya

Jiumi dan sang kakak sudah sampai di depok, rumah orang tua mereka tinggal. Loh mereka pisah rumah? Jawabannya iya, kata ayahnya sih biar anak-anaknya mandiri, kalau ibu sih setuju aja tapi masih ngawasin anak-anaknya, soalnya pada ceroboh apalagi jiumi yang suka ngerusakin pantat panci milik ibunya. Jika kalian bertanya gimana reaksi jiumi dan kakaknya waktu dibilang begitu, jawabannya mereka biasa aja dan ga peduli lagian mereka udah disuruh mandiri ketika jiumi masih kelas 3 sd, yang penting masih dikirim uang perbulan.

Ketika memasuki halaman mereka sudah disambut oleh ayah dan ibu mereka. Sang ibu membawa barang-barang anaknya ke dalam rumah, sedangkan sang ayah mulai menuntun mereka ke teras rumah. Disana terdapat kandang yang dipakai untuk memelihara kelinci dulu, dan itu membuat kedua anak itu bingung, mereka berpikir apa ayah mereka mendapat kelinci dari temannya lagi?. Namun ketika melihatnya dari dekat yang mereka lihat bukanlah kelinci melainkan kucing berbulu panjang berwarna white broken dengan garis hitam di kepalanya yang seperti avatar, serta mata birunya yang kalau dilihat dalam kegelapan akan menjadi merah dan jangan lupa keadaan sang kucing yang mengenaskan, dimana terdapat kutu, koreng, dan juga cacingan di tubuh kucing itu. Kucing itu sedang tertidur, nampaknya dia habis diobati oleh ayah.

"apa ayah memungut kucing ini?" tanya sang kakak penasaran.

"ya, ayah mungut kucing ini ketika ayah sama ibu kalian beli es kelapa di dekat mansion pinggir jalan itu." Jawab sang ayah sambil menunjuk pedagang es kelapa yang dimaksud.

Jiumi yang sejak tadi fokus ke sang kucing langsung mengalihkan perhatiannya ke sang ayah, wajahnya yang semula agak kasian (namun ga ditunjukin banget) berubah jadi datar kembali, dia pun berkata "nanti kalau pemiliknya nyariin gimana? Lagian masa nemunya di tukang es kelapa, ga aesthethic banget. Padahal mau ku bikin buku nanti."

"kucingnya aja udah dibuang sama pemiliknya, kata ibu yang jualan es kelapa sih karena kucing itu sakit. Dan juga pas ayah nanya begitu, tiba-tiba aja kucing itu memelas di kaki ayah minta dibawa pulang, jadi ayah bawa pulang aja deh." Jawab sang ayah.

Jiumi yang mendengar perkataan sang ayah hanya bisa mengerutkan keningnya dan mengepalkan tangannya kesal, ia pun berkata "memang ya kebanyakan orang Cuma merawat kucing ketika mereka cantik dan sehat, coba aja kalau mereka sakit pasti udah mereka buang. Terkadang aku berfikir mereka cuma membuang-buang uang mereka untuk membeli kucing yang cantik, sedangkan diluar sana banyak kucing liar yang sedang kelaparan."

"yah mau gimana lagi, tindakan mereka yang bisa merubah Cuma diri mereka sendiri, kita bersyukur masih ada pecinta kucing dan juga orang baik yang kadang menolong kucing-kucing liar diluar sana." Sahut sang kakak sambil mengusap punggung sang adik seraya menenangkannya.

"kakak benar, untung ayah membawa kucing ini, pasti kucing ini bakal jadi kucing yang cantik nantinya." Kataku sambil tersenyum sangat tipis.

"karena itu ayah mau kalian berdua merawat kucing ini, ayah yakin kalian bisa membesarkannya dengan baik. Kalau masalah uang nanti ayah yang mengurusnya" ucap ayah sambil menepuk bahu kedua putrinya dan tersenyum meyakinkan.

Tersadar akan sesuatu, jiumi spontan bertanya ke ayahnya "bukannya ibu paling ga suka pegang kucing yang begini ya? Terus gimana cara kalian bawa kucing ini kemari?"

"oh.. ayah masukin kucing itu ke plastik, terus ayah suruh ibu kalian pegang deh, kan ayah bawa motor pas itu." Jawab ayah dengan wajah ga berdosa. Jiumi dan kakak yang mendengar itu hanya bisa sweatdrop dengan tingkah ayah mereka.

Disaat mereka sedang mengobrol tiba-tiba saja terdengar suara dari dalam kandang dan ternyata kucing itu sudah bangun sejak tadi. Ayah pun mengeluarkan kucing itu dan membiarkan kedua putrinya bermain dengannya. Mereka tentu saja tidak keberatan dan mulai menggendong kucing itu, mereka memutuskan untuk pergi ke luar rumah sambil melihat-lihat sekitaran rumah. Puas dengan jalan-jalan ringan tadi, mereka memutuskan kembali ke rumah. Sejak tadi jiumi sibuk memerhatikan kucing itu diam-diam, dia merasa sangat beruntung karena kucing ini sangat tenang. Mungkin tidak akan susah untuk mengurusnya nanti.

Kakak menurunkan kucing itu dilantai dan langsung pergi ke dapur untuk membantu ibu membuat makan malam. Jiumi yang merasa bosan memutuskan untuk bermain pancingan tikus bersama sang kucing, kenapa tiba-tiba ada mainan kucing? Oh jangan salah, ayah mereka sangat gesit jika sudah memutuskan untuk merawat kucing ini, lalu apa yang ayah lakukan? Tentu saja bermesraan dengan ayam dan burungnya di halaman.

Ketika sedang bermain, jiumi merasa dia harus menarik kembali ucapannya bahwa kucing ini sangat tenang dan mudah untuk diurus, justru sebaliknya kucing ini malah sangat aktif sejak tadi, bahkan telinga tikus mainannya sudah ada yang copot satu, jiumi hanya bisa sweatdrop dengan tingkah kucing itu yang menurutnya agak psikopat. Lelah bermain dengan kucing kelebihan energi dan psikopat ini, jiumi memutuskan pergi mandi dan meninggalkan kucing itu bersama mainan tikus malang itu.

Skip saat makan malam

Suasana makan kali ini agak berbeda, yah tentu saja karena ada tambahan makhluk berbulu yang satu ini. Terlihat semua orang menikmati waktu makan malam bersama karena besok jiumi dan sang kakak sudah akan kembali ke rumah mereka, lagipula sudah lama mereka tidak makan seperti ini, paling hanya saat idul fitri dan juga tahun baru mereka berkumpul bersama seperti ini. Sepertinya kucing ini juga membawa berkat karena dapat membangun suasana hangat di keluarga ini, bahkan seorang jiumi yang jarang menunjukkan ekspresinya kali ini terlihat bahagia dan seperti orang yang sudah melepaskan beban pikirannya saat melihat tingkah kucing itu. Sang ibu yang melihat itu berharap kalau kucing ini dapat membuat kedua putrinya tidak kesepian, sedangkan sang ayah berharap agar kedua putrinya dapat belajar bertanggungjawab dengan apa yang mereka rawat.

Skip di kamar tidur

Setelah makan malam, Jiumi dan kakaknya pergi kekamar untuk tidur, bagaimana dengan kucingnya? Dia sudah dimasukkan kandang kembali, kata sang kakak sih biar ga kelupaan besok. Jiumi tidak bisa tidur cepat malam itu, dia terus memikirkan apa yang harus dia lakukan besok dan juga memberi kucing itu sebuah nama. 2 jam berlalu dan jiumi yang sudah lelah bertengkar dengan pikirannya memutuskan untuk tidur karena besok mereka akan berangkat pagi.

Keesokan pagi

Jiumi dan sang kakak sudah selesai bersiap-siap untuk pulang, namun mereka masih menunggu orang tua mereka. Jika kalian berpikir mereka anak baik karena ingin berpamitan dulu sebelum pergi maka kalian salah, karena sebenarnya mereka hanya menunggu diberi uang lebih untuk merawat kucing itu baru mereka akan pergi. Sungguh anak yang baik kepada orang tuanya.

"loh kirain kalian udah kabur kayak biasa, tumben masih disini" tanya ayah

jiumi dan kakaknya hanya memandang ayah mereka dengan wajah datar seolah-olah berkata "is daddy kidding? even dad hasn't given the extra money he promised yesterday". jiumi pun menjawab singkat perkataan ayahnya tetap mempertahankan wajah datarnya "uang"

sang ayah yang baru menyadari janjinya hanya tertawa pelan seraya menunjukkan raut wajah menyesal telah menjanjikan uang tambahan kemarin "hiks.. ternyata yang mereka tunggu uangnya" batin ayah kecewa dan memberikan uang tambahan yang dijanjikan. 

jiumi tersenyum ga berdosa sambil mengambil uang tersebut. Ia langsung pergi masuk mobil dengan sang kakak, jiumi memandang ayah dan ibunya dari dalam mobil sambil berkata "gitu dong, lain kali aku minta lebih yak, dadah mah pah" 

"dasar anak laknat" batin orang tua jiumi sambil melambaikan tangan ke arah mobil kedua putrinya yang mulai menjauh. 

Disepanjang jalan jiumi hanya memandang keluar jendela mobil sambil mendengarkan lagu dari earphonenya dan melamun bertengkar kembali dengan pikirannya, oh jangan pernah berpikir seorang jiumi akan galau mengingat buaya peliharaannya karena itu sangat mustahil. Sedangkan sang kakak sedang berbicara dengan kucing itu, entahlah mungkin sang kakak lelah karena beban hidupnya bertambah. 


17/12/2022

jiumi: see you in the next chapter

kakak: tinggalkan like dan komen kalau kalian suka dengan buku ini

miaw!!

MOMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang