a name

2 1 9
                                    

Tidak terasa sudah seminggu jiumi dan sang kakak merawat kucing itu dan mereka belum memberinya nama sampai saat ini juga. Hal ini membuat jiumi kesal dan tanpa sadar memandang kucing itu dengan tatapan yang sangat tajam membuatnya berlari menjauhi majikan yang satu ini.

Pov jiumi

Sebenarnya kucing ini sudah diberi nama oleh ayah yaitu buluk, ibu menamainya white, dan kakak menamainya emeng, namun aku menolak semua nama itu karena menurutku nama-nama itu tidak aesthetic di telingaku dan sangat pasaran. Sudah seminggu sejak aku merawat kucing ini dan masih belum menemukan nama yang cocok. Aku sangat kesal namun tidak menyerah begitu saja. Aku bertekad untuk memberi kucing itu nama karena aku akan merasa seperti majikan yang tidak bertanggungjawab jika tidak memberinya nama. Aku berguling-guling dilantai ruang tengah dan mengacak-acak rambut panjangku frustasi, kutatap kucing itu dari kepala sampai ekornya yang malah membuat kucing itu kabur dan terlintas satu kata di pikiranku yaitu Cemong. haha! jika ada yang berfikir aku akan menamainya dengan nama-nama jepang atau inggris maka mereka salah, karena menurutku itu juga sudah terlalu biasa.  Aku tersenyum puas karena kata yang kutemukan tadi. 

Pov kakak

Aku kaget saat kucing itu tiba-tiba menghampiriku dan bersembunyi diantara kakiku. Aku menghela nafas, untung saja aku tidak reflek melempar cangkir teh ini. Aku meletakan cangkir teh dimeja dan mengendong kucing itu. Pemandangan yang kulihat saat keluar dapur yaitu jiumi dengan smirk andalannya. Oh.. aku yakin dia sudah mempunyai ide untuk nama kucing ini. Aku memandang kucing ini dan jiumi bergantian, pantas saja dia lari menghampiriku, ekspresi adikku saja sudah seperti villain yang mendapat ide untuk menyiksa tokoh protagonis. Sepertinya kucing ini juga harus kuat mental jika memiliki majikan seperti jiumi.

Pov author

Jiumi melihat sang kakak yang berdiri di depan pintu dapur sejak tadi dan menyuruh kakaknya untuk mendekatinya

"kak, kemarilah, aku sudah menemukan nama yang bagus buat kucing ini" kata jiumi seraya menunjukan smirk percaya dirinya.

"heh, kayaknya kamu percaya diri banget, emang kamu nemuin nama apa?" ucap sang kakak sambil duduk disebelah jiumi.

"aku baru terfikir kata cemong tadi, aku rasa itu sesuai untuk kucing ini" kata jiumi seraya mengalihkan pandangannya keatas sambil berfikir.

Sang kakak yang mendengarnya kesal dan dengan nada meledek berkata "kamu waktu itu berkata nama yang ayah, ibu bahkan kakak berikan sangat tidak aesthetic, namun kamu sendiri memberikan nama yang lebih buruk dari itu".

Jiumi yang tidak terima dengan ucapan sang kakak pun membalasnya "ih, aku belum selesai ngomong tau, yang tadi itu nama dasarnya, kalau nama panjangnya cemongin" sambil berfikir akhirnya terlintas ide di kepala jiumi, dia pun meneruskan dengan semangat "ah! Kalau begitu aku akan memberikan nama kucing ini mongie! Itu nama yang jarang ada bukan?"

"kenapa kamu bisa berpikir tentang nama-nama aneh itu?" tanya sang kakak bingung sambil menatap jiumi meminta penjelasan lebih.

"yah.. kakak liat aja sendiri kondisi badan kucuing ini berantakan, banyak luka koreng dan lainnya di tubuhnya. Aku justru melihatnya seperti anak kecil yang ga sengaja ketumpahan tepung kue dan membuat mukanya jadi cemong. Terus kalau dipanjangin kan jadi cemongin, nah aku kepikiran buat ngambil bagian belakangnya jadi mongie deh" jawab jiumi santai.

Sang kakak yang mendengar penjelasan adiknya hanya bisa pasrah dengan kebiasaan adiknya yang sangat suka berpikir di luar nalar dan membiarkan adiknya menamai kucing itu. Jiumi menggendong kucing itu sambil menatapnya dan tersenyum percaya diri sambil berkata "mulai sekarang namamu mongie dan tidak ada yang boleh menggantinya aatu aku akan marah".

Mongie hanya memandang bingung sang majikan, dan untuk pertama kalinya dia mengeluarkan suaranya "miaw..". mendengar hal itu sontak membuat kakak adik itu tertawa karena suaranya yang sangat mungil.

"pffttt... hahahaha!! Suaranya seperti tikus kejepit pintu dapur!" ucap jiumi sambil tertawa terbahak-bahak.

"pfftt.. astaga padahal kucing ini jantan loh, tapi suaranya mungil sekali" ucap sang kakak seraya tertawa pelan.

"hah?! Kucing ini jantan?!" kata jiumi yang seketika menghentikan tawanya dan mulai melihat kelamin mongie dan benar saja ternyata dia memiliki biji.

Hal ini membuat jiumi tidak percaya namun dia sudah melihatnya dengan mata kepala sendiri. Jiumi berpikir setidaknya dia tidak salah memberikan nama untuk mongie. 

"mah..." meongan dari mongie membuat jiumi tersadar dari lamunannya. jiumi memandang kucing itu dan mencoba mengajarinya mengeong seperti kucing laki-laki pada umumnya "mongie coba ngomong meong yang keras, meong! gitu" kata jiumi seraya memperagakannya

mongie menatap jiumi bingung dan mulai mencobanya namun tetap dengar suara pelan "meong" 

jiumi yang mendengar itu memandang dengan wajah pasrah dan berkata "dahlah mungkin dia transgender sebelum dibuang"

"kamu aneh-aneh aja, mana ada kucing transgender yang ada mah di steril" kata kakak sambil menjitak gemas kepala adiknya.

"aduh! huh.. lagian kayak banci gitu, pasti kalau dilepas langsung diincar kucing jantan di luar" kata jiumi cemberut seraya mengusap kepalanya.

"jangan mikir yang aneh-aneh lagi!" kata sang kakak kesal dan ingin menjitak kepala adiknya lagi.

jiumi yang melihat kakaknya ingin menjitak kepalanya lagi reflek menghindar dan kabur ke kamar sambil teriak "kakak jelek! ga seru! pantesan aja jomblo!"

"apa dosaku sampe punya adik begini, untung cuma punya satu" ucap kakak seraya mengelus dadanya pelan mencoba bersabar dengan sikap adiknya yang selalu diluar nalar. 







jiumi: chapter ini agak pendek ya karena saya tidak tau tanya aja authornya sendiri :) 

kakak: chapter ini pendek kayak otakmu yang sering ngelag 

jiumi: kadang lancar yak! kakak sok tau kembungkan pipi kesal

kakak: mengalihkan topik kalau begitu sampai jumpa di next chapter 

mongie: wauuu! 


17/12/2022

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MOMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang